Bupati Abdullah Azwar Anas berkunjung ke rumah singgah milik Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, yang ada di Surabaya, guna memastikan kondisi rumah tersebut nyaman ditempati oleh warga Banyuwangi yang sedang berobat di kota Metropolitan itu.

Informasi yang dihimpun ANTARA, Jumat, menyebutkan sejak pertengahan 2017, Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, membuka layanan rumah singgah di Surabaya, untuk warga Banyuwangi yang dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Warga Banyuwangi yang sakit diperbolehkan membawa maksimal dua pendamping yang bisa menginap dan memperoleh fasilitas makan di rumah singgah itu.

"Alhamdulillah kemarin kami cek ke Surabaya, dan perkembangannya bagus. Kamar, tempat ibadah, toilet, semua bersih serta dapur, kulkas, televisi bagus. Ada tenaga perawat khusus, ada petugas bagian konsumsi. Tapi saya lihat perlu diperbanyak pengatur sirkulasi udara. Sudah saya minta ke tim untuk melengkapi," ujar Bupati Azwar Anas.

Dalam setahun, lebih dari 600 pasien warga Banyuwangi beserta pendampingnya memanfaatkan rumah singgah, dan rata-rata ada 25 pasien warga Banyuwangi yang memanfaatkan rumah singgah milik Pemkab Banyuwangi  yang terletak dekat dengan RSUD dr Soetomo Surabaya.

"Saya juga minta diperbanyak majalah, buku dan penambahan wifi biar warga dan keluarga pendamping tidak bosan di sana," ujar Anas.

Menurut Anas, rumah singgah didirikan untuk membantu warga yang dirujuk ke Surabaya, biaya pengobatan warga kurang mampu selama ini memang sudah ditanggung lewat berbagai skema, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan jaminan kesehatan daerah.

Tapi biaya penginapan dan konsumsi keluarga pengantar tidak termasuk dalam skema itu, dan sebelum ada rumah singgah, warga biasanya menyewa kos harian atau losmen.

"Dan itu cukup berat, penginapan di Surabaya bisa sampai Rp150.000 per hari. Kalau lebih sehari bagaimana, seperti tindakan radioterapi yang butuh berhari-hari? Belum lagi biaya makan. Dulu biasanya warga Banyuwangi saweran untuk saling bantu, dengan rumah singgah ini warga bisa lebih nyaman dan tenang, bisa konsentrasi untuk pemulihan," katanya.

Anas menambahkan, secara bersamaan dua rumah sakit milik Pemkab Banyuwangi terus berbenah, dan salah satunya RSUD Blambangan yang sudah bertipe B.

Ada penyakit yang dulu harus dirujuk ke Surabaya, kini bisa ditangani di Banyuwangi, seperti bedah saraf, pendarahan otak dan hidrosefalus.

"Tapi, memang ada penyakit yang tetap harus dirujuk ke Surabaya, terutama yang cukup berat. Rumah singgah bisa membantu warga yang dirujuk," tuturnya.

Salah seorang warga yang memanfaatkan rumah singgah, Nur Giwantoro asal Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, mereka harus mendapatkan radioterapi rutin setiap hari selama lebih dari 20 hari.

Di rumah sakit, pasien ini hanya butuh waktu beberapa jam, dan sudah sebulan terakhir Giwantoro beserta istrinya tinggal di rumah singgah, milik pemkab.

Pasien lain yang kini tinggal di rumah singgah adalah Musahri, ia juga menjalani radioterapi rutin setiap hari.

"Kalau tidak ada rumah singgah ini, saya bingung mau tinggal di mana. Mohon doa semoga saya cepat sembuh," kata Musahri. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019