Petani tambak yang ada di Sidoarjo, Jawa Timur, terpaksa menggunakan tenaga mesin diesel untuk membantu memenuhi pasokan air ke dalam tambak mereka, menyusul saat musim kemarau ini debit air sungai mengalami penyusutan.
Haji Kumaidi salah satu petani tambak di Buncitan, Sidoarjo, Selasa, mengaku harus mengeluarkan dana ekstra untuk menambah pasokan air ke dalam tambak mereka.
"Kalau dalam sebulan kami bisa mengeluarkan dana sekitar Rp700 ribu hanya untuk membeli solar diesel," sebutnya.
Ia menjelaskan, kalau hanya mengandalkan debit air sungai, maka bisa dipastikan tambaknya pasti kekurangan air, karena ketinggian air sungai lebih rendah dibandingkan dengan tambak.
"Jadi, tidak mungkin kalau tidak menggunakan diesel untuk membantu menambah pasokan air," lanjutnya.
Terlebih lagi, saat ini kondisi air sungai juga tidak begitu bagus jika digunakan sebagai air baku pasokan air tambak.
"Sebagai langkah antisipasi, kami juga tidak berani menebar benih udang, karena rentan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan ikan bandeng," tambahnya.
Ia menyebutkan, kalau dipaksakan menggunakan air baku dari sungai, dikhawatirkan bisa gagal panen, terutama untuk petani tambak tradisional seperti saat ini.
"Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, supaya petani tambak ini bisa mendapatkan pasokan air yang berkualitas untuk tambak kami," lanjutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Haji Kumaidi salah satu petani tambak di Buncitan, Sidoarjo, Selasa, mengaku harus mengeluarkan dana ekstra untuk menambah pasokan air ke dalam tambak mereka.
"Kalau dalam sebulan kami bisa mengeluarkan dana sekitar Rp700 ribu hanya untuk membeli solar diesel," sebutnya.
Ia menjelaskan, kalau hanya mengandalkan debit air sungai, maka bisa dipastikan tambaknya pasti kekurangan air, karena ketinggian air sungai lebih rendah dibandingkan dengan tambak.
"Jadi, tidak mungkin kalau tidak menggunakan diesel untuk membantu menambah pasokan air," lanjutnya.
Terlebih lagi, saat ini kondisi air sungai juga tidak begitu bagus jika digunakan sebagai air baku pasokan air tambak.
"Sebagai langkah antisipasi, kami juga tidak berani menebar benih udang, karena rentan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan ikan bandeng," tambahnya.
Ia menyebutkan, kalau dipaksakan menggunakan air baku dari sungai, dikhawatirkan bisa gagal panen, terutama untuk petani tambak tradisional seperti saat ini.
"Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, supaya petani tambak ini bisa mendapatkan pasokan air yang berkualitas untuk tambak kami," lanjutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019