Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan Ketua TP PKK serta seluruh tenaga kesehatan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis, berkomitmen dan sepakat mendorong percepatan penanganan stunting dengan menandatangani piagam kesepakatan.

Penandatanganan ini melibatkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), kepala puskesmas se-Banyuwangi dan para camat.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, penanganan stunting (gangguan pertumbuhan pada anak) menjadi program yang penting bagi Pemkab Banyuwangi.

"Penanganan stunting penting bagi kami dan ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi. Penanganannya yang masuk dalam program kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan yang masuk dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), karena ini menyangkut investasi masa depan negara," ujarnya.

Stunting yang merupakan kondisi di mana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan seusianya, penyebabnya kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga anak lahir dan ini terlihat ketika anak memasuki usia dua tahun.

Oleh karena itu, Anas berharap penanganan stunting dilakukan kolaborasi banyak pihak, mulai dari kecamatan, puskesmas, desa, bidang, hingga tokoh masyarakat turut dilibatkan.

"Kalau kita berkolaborasi, tentu penanganannya akan menjadi mudah. Oleh karena itu saya harapkan camat, kades, kepala sekolah dan PKK juga dilibatkan. Sebab kesehatan ibu dan anak memang menjadi prioritas. Semoga target ke depan tercapai," kata Anas.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Juwana mengatakan bahwa Banyuwangi telah mengambil langkah lebih dahulu untuk mendorong percepatan penanganan stunting.

Meskipun Banyuwangi bukan tempat (locus) stunting di Jawa Timur, yang standarnys telah ditetapkan adalah 28 persen.

"Walaupun begitu, kita tetap harus waspada. Sebab di 2030 kita akan mendapatkan puncak  bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding usia nonproduktif. Harapannya anak-anak yang berusia produktif pada saat itu adalah anak-anak yang sehat," ujar Juwana.

Juwana menjelaskan, kasus stunting biasanya ditemukan di daerah dataran tinggi, karena di kawasan itu konsumsi yodium, air yang tidak sehat, banyaknya zat-zat yang menghambat penyerapan gizi dan konsumsi ikan laut tergolong rendah, di mana kekurangan zat-zat tersebut mengakibatkan stunting.

"Karena itu, kami banyak fokus ke kawasan dataran tinggi. Salah satunya dengan menggerakkan tukang sayur di daerah tersebut. Penjual sayur ini akan membantu distribusi ikan laut atau garam beryodium yang cukup bagi penduduk di kawasan yang rawan stunting," paparnya.

Menurut Juwana, sejumlah upaya pencegahan yang dilakukan Dinas Kesehatan terkait stunting, yakni memastikan asupan nutrisi pada ibu hamil saat bayi lahir dan disusui dan pemberian makanan tambahan hingga 1.000 hari pertama kehidupan bayi.

"Untuk program ini kami telah mengajak kader PKK, posyandu untuk rajin memantau perkembangan gizi dan nutrisi ibu hamil dan balita di daerahnya masing-masing. Bila ada kecenderungan stunting, segera laporkan ke puskesmas atau pihak kecamatan dan desa setempat untuk segera diatasi bersama," katanya.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019