Mahasiswa Program Studi Biologi (Bioteknologi) Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya Indrawaty Paramitha Halim mengolah tanaman okra menjadi yogurt yang berkhasiat menurunkan kadar gula untuk penderita diabetes.
"Saya membuat yogurt dari tanaman okra yang diberi nama Yokra, karena penderita diabetes di Indonesia cenderung masih tinggi yakni 10,9 persen," kata Indrawaty di kampus setempat, Rabu.
Alasan lain dari Indrawaty membuat Yokra adalah tanaman okra keberadaannya belum dikenal luas oleh masyarakat, padahal manfaat okra sangat banyak untuk tubuh.
Pada bagian okra terdapat serat sebesar 1,7 persen yang sangat baik untuk menurunkan gula darah bagi penderita diabetes.
"Saya berkreasi membuat yogurt okra untuk memberikan manfaat bagi kesehatan sistem pencernaan sekaligus menurunkan kadar gula dalam darah. Di samping itu, okra memiliki serat serta antioksidan yang tinggi," katanya.
Berbeda dengan yogurt pada umumnya, perempuan asal Makassar ini menambahkan coconut palm sugar untuk memberikan cita rasa lain.
"Biasanya proses pembuatan yogurt menggunakan gula pasir tebu. Di sini saya menggunakan coconut palm sugar yang memiliki kandungan glikemik jauh lebih rendah dibanding gula pasir. Sehingga mendukung manfaat yogurt sebagai produk yang dapat menurunkan kadar gula darah serta disarankan dikonsumsi bagi penderita diabetes," katanya.
Pembuatan produk yogurt okra merupakan skripsi milik Indrawaty yang berjudul "Pembuatan Yogurt Okra (Abelmoschus Esculentus) dengan Penambahan Gula Merah Kelapa".
Dia mengungkapkan, butuh waktu selama tiga bulan untuk menyelesaikan skripsinya tersebut, mulai dari pengumpulan riset, proses produksi, hingga hasil uji organoleptik terhadap 25 orang terkait warna dan rasa produk.
"Sementara proses pembuatan yogurt dari tanaman okra memerlukan waktu tiga hingga empat hari," tuturnya.
Yogurt okra menggunakan dua kultur bakteri, yaitu Lactobacillus Acidophilis dan Streptoccocus Thermophilus.
Pada proses pembuatan, awalnya bakteri ditanam pada media pertumbuhan bakteri, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya kultur cair bakteri dipindahkan ke media starter untuk diinkubasi kembali selama 24 jam. Setelah itu, hasil air rendaman okra (maserasi) selama 24 jam dipanaskan untuk melarutkan coconut palm sugar.
"Langkah berikutnya adalah menurunkan suhu hingga 70 derajat celcius untuk melarutkan susu skimnya. Setelah larut, suhu diturunkan lagi hingga 45 derajat celcius untuk memasukkan kultur starter (bakteri) lalu diinkubasi kembali selama 24 jam untuk menghasilkan yogurt okra," ujarnya.
Dikatakannya bakteri akan mati jika suhu terlalu tinggi dan tidak tumbuh secara optimal jika suhu terlalu rendah.
"Minuman ini dalam satu botol berisi 200 ml ini mampu bertahan selama satu minggu dalam lemari pendingin. Yokra juga bisa dikonsumsi untuk semua umur khususnya penderita diabetes," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Saya membuat yogurt dari tanaman okra yang diberi nama Yokra, karena penderita diabetes di Indonesia cenderung masih tinggi yakni 10,9 persen," kata Indrawaty di kampus setempat, Rabu.
Alasan lain dari Indrawaty membuat Yokra adalah tanaman okra keberadaannya belum dikenal luas oleh masyarakat, padahal manfaat okra sangat banyak untuk tubuh.
Pada bagian okra terdapat serat sebesar 1,7 persen yang sangat baik untuk menurunkan gula darah bagi penderita diabetes.
"Saya berkreasi membuat yogurt okra untuk memberikan manfaat bagi kesehatan sistem pencernaan sekaligus menurunkan kadar gula dalam darah. Di samping itu, okra memiliki serat serta antioksidan yang tinggi," katanya.
Berbeda dengan yogurt pada umumnya, perempuan asal Makassar ini menambahkan coconut palm sugar untuk memberikan cita rasa lain.
"Biasanya proses pembuatan yogurt menggunakan gula pasir tebu. Di sini saya menggunakan coconut palm sugar yang memiliki kandungan glikemik jauh lebih rendah dibanding gula pasir. Sehingga mendukung manfaat yogurt sebagai produk yang dapat menurunkan kadar gula darah serta disarankan dikonsumsi bagi penderita diabetes," katanya.
Pembuatan produk yogurt okra merupakan skripsi milik Indrawaty yang berjudul "Pembuatan Yogurt Okra (Abelmoschus Esculentus) dengan Penambahan Gula Merah Kelapa".
Dia mengungkapkan, butuh waktu selama tiga bulan untuk menyelesaikan skripsinya tersebut, mulai dari pengumpulan riset, proses produksi, hingga hasil uji organoleptik terhadap 25 orang terkait warna dan rasa produk.
"Sementara proses pembuatan yogurt dari tanaman okra memerlukan waktu tiga hingga empat hari," tuturnya.
Yogurt okra menggunakan dua kultur bakteri, yaitu Lactobacillus Acidophilis dan Streptoccocus Thermophilus.
Pada proses pembuatan, awalnya bakteri ditanam pada media pertumbuhan bakteri, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya kultur cair bakteri dipindahkan ke media starter untuk diinkubasi kembali selama 24 jam. Setelah itu, hasil air rendaman okra (maserasi) selama 24 jam dipanaskan untuk melarutkan coconut palm sugar.
"Langkah berikutnya adalah menurunkan suhu hingga 70 derajat celcius untuk melarutkan susu skimnya. Setelah larut, suhu diturunkan lagi hingga 45 derajat celcius untuk memasukkan kultur starter (bakteri) lalu diinkubasi kembali selama 24 jam untuk menghasilkan yogurt okra," ujarnya.
Dikatakannya bakteri akan mati jika suhu terlalu tinggi dan tidak tumbuh secara optimal jika suhu terlalu rendah.
"Minuman ini dalam satu botol berisi 200 ml ini mampu bertahan selama satu minggu dalam lemari pendingin. Yokra juga bisa dikonsumsi untuk semua umur khususnya penderita diabetes," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019