Harga cabai rawit di pasar tradisional Kota Madiun, Jawa Timur mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Rp25.000 hingga Rp30.000/kg menjadi Rp58.000 hingga Rp60.000/kg akibat pasokan menurun, sementara permintaan meningkat.
Salah satu pedagang sayuran di Pasar Besar Madiun, Suyati, Sabtu mengatakan, harga cabai rawit saat ini berkisar antara Rp58.000 hingga Rp60.000 per kilogram.
"Harga semua jenis cabai terus naik. Kenaikan paling tinggi terjadi untuk cabai rawit dan keriting," ujar Suyati kepada wartawan di Madiun.
Menurut dia, kenaikan harga cabai mulai terjadi pada akhir bulan Juni setelah Lebaran. Sebelumnya, harga cabai terpantau di kisaran Rp25.000 sampai Rp30.000 per kilogram.
Harga kemudian melonjak drastis pada awal bulan Juli yang mencapai kisaran Rp40.000 hingga Rp55.000 per kilogram. Kini harga cabai rawit di Madiun telah mencapai Rp60.000 per kilogram, cabai keriting Rp57.000 per kilogram, dan cabai merah besar mencapai Rp50.000 per kilogram.
Para pedagang menilai naiknya harga komoditas cabai tersebut dipicu minimnya pasokan barang dari sentra produksi. Tanaman cabai banyak yang gagal panen akibat musim kemarau.
Harga cabai yang melonjak tinggi tersebut membuat omzet para pedagang menurun. Hal itu karena daya beli konsumen menurun. Bahkan, para konsumen beralih membeli cabai impor yang mulai masuk pasaran Kota Madiun seminggu terakhir karena harganya yang lebih murah.
"Banyak yang beli cabai impor. Untuk cabai lokal hanya buat campuran saja. Jadi beli cabai impor bisa dua hingga lima kilo, sedang cabai lokal hanya sekilo saja," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun Gaguk Hariyono mengatakan meningkatnya harga cabai lokal dipicu oleh faktor alam. Saat ini, produksi cabai menurun drastis karena terdampak musim kemarau. Tanaman cabai yang ditanam petani mengalami gagal panen karena kekurangan air.
"Pasokan cabai dari sentra produksi menipis karena musim kemarau. Cabai lokal yang dijual oleh pedagang di Kota Madiun biasa dipasok dari sentra produksi di Magetan dan Kediri. Akibatnya sangat berpengaruh," katanya.
Ia juga membenarkan tentang keberadaan cabai kering impor di sejumlah pasar tradisional Kota Madiun. Komoditas itu sifatnya musiman dan beredar sejak sepekan lalu.
"Pemicunya karena harga cabai rawit lokal yang mahal. Cabai impor itu merupakan alternatif pilihan bagi konsumen. Di samping lebih pedas, dari segi harga juga sedikit lebih murah dibanding cabai lokal. Jadi, bisa menekan harga cabai yang lokal," kata Gaguk.
Sementara, kondisi bahan kebutuhan pokok di Madiun terpantau stabil. Meski ada kenaikan harga, namun itu dinilai masih wajar. Beras medium jenis IR 64 di pasaran masih di angka Rp9.000 per kilogram, sedangkan beras premium mencapai Rp10.000 hingga Rp11.000 per kilogram.
Kemudian, telur ayam ras Rp22.000 per kilogram, gula pasir Rp12.000 per kilogram, dan daging sapi Rp110.000 per kilogram. Kenaikan terjadi untuk daging ayam broiler yang mencapai Rp35.000 dari sebelumnya Rp33.000 per kilogram. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Salah satu pedagang sayuran di Pasar Besar Madiun, Suyati, Sabtu mengatakan, harga cabai rawit saat ini berkisar antara Rp58.000 hingga Rp60.000 per kilogram.
"Harga semua jenis cabai terus naik. Kenaikan paling tinggi terjadi untuk cabai rawit dan keriting," ujar Suyati kepada wartawan di Madiun.
Menurut dia, kenaikan harga cabai mulai terjadi pada akhir bulan Juni setelah Lebaran. Sebelumnya, harga cabai terpantau di kisaran Rp25.000 sampai Rp30.000 per kilogram.
Harga kemudian melonjak drastis pada awal bulan Juli yang mencapai kisaran Rp40.000 hingga Rp55.000 per kilogram. Kini harga cabai rawit di Madiun telah mencapai Rp60.000 per kilogram, cabai keriting Rp57.000 per kilogram, dan cabai merah besar mencapai Rp50.000 per kilogram.
Para pedagang menilai naiknya harga komoditas cabai tersebut dipicu minimnya pasokan barang dari sentra produksi. Tanaman cabai banyak yang gagal panen akibat musim kemarau.
Harga cabai yang melonjak tinggi tersebut membuat omzet para pedagang menurun. Hal itu karena daya beli konsumen menurun. Bahkan, para konsumen beralih membeli cabai impor yang mulai masuk pasaran Kota Madiun seminggu terakhir karena harganya yang lebih murah.
"Banyak yang beli cabai impor. Untuk cabai lokal hanya buat campuran saja. Jadi beli cabai impor bisa dua hingga lima kilo, sedang cabai lokal hanya sekilo saja," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Madiun Gaguk Hariyono mengatakan meningkatnya harga cabai lokal dipicu oleh faktor alam. Saat ini, produksi cabai menurun drastis karena terdampak musim kemarau. Tanaman cabai yang ditanam petani mengalami gagal panen karena kekurangan air.
"Pasokan cabai dari sentra produksi menipis karena musim kemarau. Cabai lokal yang dijual oleh pedagang di Kota Madiun biasa dipasok dari sentra produksi di Magetan dan Kediri. Akibatnya sangat berpengaruh," katanya.
Ia juga membenarkan tentang keberadaan cabai kering impor di sejumlah pasar tradisional Kota Madiun. Komoditas itu sifatnya musiman dan beredar sejak sepekan lalu.
"Pemicunya karena harga cabai rawit lokal yang mahal. Cabai impor itu merupakan alternatif pilihan bagi konsumen. Di samping lebih pedas, dari segi harga juga sedikit lebih murah dibanding cabai lokal. Jadi, bisa menekan harga cabai yang lokal," kata Gaguk.
Sementara, kondisi bahan kebutuhan pokok di Madiun terpantau stabil. Meski ada kenaikan harga, namun itu dinilai masih wajar. Beras medium jenis IR 64 di pasaran masih di angka Rp9.000 per kilogram, sedangkan beras premium mencapai Rp10.000 hingga Rp11.000 per kilogram.
Kemudian, telur ayam ras Rp22.000 per kilogram, gula pasir Rp12.000 per kilogram, dan daging sapi Rp110.000 per kilogram. Kenaikan terjadi untuk daging ayam broiler yang mencapai Rp35.000 dari sebelumnya Rp33.000 per kilogram. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019