Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, mencatat terdapat lima desa di wilayah kerjanya yang saat ini mengalami krisis air bersih sejak memasuki musim kemarau.

Kepala Pelaksaana BPBD Magetan Ari Budi Santosa di Magetan, Minggu, mengatakan lima desa yang mengalami krisis air bersih tersebut, tiga di antaranya terdapat di Kecamatan Parang dan sisanya di Kecamatan Karas.

"Tiga desa di Kecamatan Parang yang krisis air bersih adalah Desa Trosono, Sayutan, Bungkuk. Selain itu, krisis air juga terjadi di wilayah Karas," ujar Ari Budi.

Untuk mengatasi kesulitan air bersih yang dialami warga, BPBD Magetan telah melakukan pengiriman bantuan air bersih ke desa-desa krisis air. Bantuan air bersih di antaranya telah dikirim ke Desa Trosono dan Sayutan di Kecamatan Parang.

Untuk mempermudah distribusi air bersih tersebut, petugas tinggal mengisi tandon atau tangki yang sebelumnya sudah dipasang di desa yang mengajukan bantuan air. Warga kemudian berdatangan untuk antre mendapatkan air bersih tersebut.

Ari Budi menambahkan, BPBD akan rutin mengirim bantuan air bersih ke desa-desa sesuai kebutuhan warga. Bagi warga yang mengalami kekeringan dan membutuhkan air bersih, bisa menghubungi BPBD dengan mengajukan surat permohonan bantuan air bersih melalui desa dan diketahui oleh camat setempat.

Baca juga: Kekeringan, puluhan hektare pohon jeruk pamelo di Magetan mati
Baca juga: Atasi kekeringan, Pemkab Magetan bangun empat sumur pompa baru

Salah satu warga Desa Sayutan, Lilis mengaku kesulitan air bersih sudah dirasakan warga sejak sebulan terakhir saat memasuki musim kemarau. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga biasanya bergantung pada air sumur dan sumber air di dekat desa.

"Namun, air sumur sumbernya mulai berkurang bahkan sering kering. Demikian juga dengan sumber air desa, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga sehari-hari," kata Lilis.

Karena itu, warga sangat senang mendapat bantuan air bersih dari BPBD setempat. Meski demikian, air dari bantuan tersebut harus dihemat. Utamanya untuk minum dan memasak.

"Kalau untuk mandi ataupun mencuci baju, warga biasanya ke sungai yang berjarak sekiar 8 kilometer dari rumah," kata dia.

Warga memprediksi, kesulitan air bersih masih akan terjadi hingga beberapa bulan ke depan seiring berlangsungnya musim kemarau. Warga meminta bantuan air bersih dari pemda tersebut rutin dilakukan hingga masuk musim hujan mendatang.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019