Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Banyuwangi I Komang Sudira mengatakan adanya tulisan berisi tudingan "Arabisasi" terkait gagasan pariwisata halal merupakan kezaliman untuk masyarakat Banyuwangi.

Dalam keterangan tertulis diterima ANTARA di Banyuwangi, Minggu, Komang Sudira mengemukakan tidak ada umat Hindu di Banyuwangi yang berpikiran seperti maksud dalam tulisan tersebut dan selama ini umat Hindu Banyuwangi hidup penuh toleransi dengan umat beragama lainnya.

"Tidak ada intimidasi, tidak dikekang dan bahkan jajaran pimpinan Pemkab Banyuwangi kerap mendatangi undangan acara-acara umat Hindu," ujarnya.

Beredarnya tulisan seorang warga luar Banyuwangi yang berisi tudingan "Arabisasi" terhadap gagasan pariwisata halal yang beberapa tahun lalu dicetuskan Pemkab Banyuwang telah mendapat reaksi keras dari para tokoh lintas agama dan budayawan.

Dan bahkan, umat Hindu menilai tulisan berjudul "Di Tanah Hindu Itu, Arabisasi Dipaksakan Tumbuh" itu dinilai menzalimi seluruh masyarakat Banyuwangi.

"(Tulisan) itu dibangun untuk kepentingan pribadi, entah siapa yang menyuruh, di umat Hindu tidak ada semacam itu. Itu sudah menzalimi masyarakat Banyuwangi. Kami percaya dengan hukum karmapala. Saya harap tidak perlu khawatir, kalau berlaku jahat ingin merusak kerukunan Banyuwangi, maka mereka akan menerima akibatnya," ucapnya.

Menurut Komang, pihak yang menulis dengan tudingan itu dipastikan tidak memahami Banyuwangi yang justru malah merayakan perbedaan dengan berbagai atraksi seni-budaya khas kearifan lokal berbagai suku yang hidup di kabupaten tersebut, mulai Suku Osing, Bugis, Madura, Jawa, dan masyarakat Tionghoa.

"Di Banyuwangi ini seni budaya dirayakan semarak, dari Suku Osing sampai masyarakat Tionghoa ada festivalnya. Semuanya dirayakan tanpa memandang agama. Inilah cara kami di Banyuwangi untuk guyub, jadi tidak akan mudah dipecah belah orang luar," kata Komang.

Diketahui, di media sosial telah beredar tulisan yang menuding ada "Arsbisasi" dalam pengembangan pariwisata Banyuwangi hanya dengan merujuk pada pengembangan halal tourism di pantai kecil yang ada di Banyuwangi.

Padahal, di Banyuwangi, tradisi dan ritual adat khas Suku Osing begitu semarak digelar dan bahkan masuk dalam kalender Banyuwangi Festival yang difasilitasi Pemkab Banyuwangi.

"Halal tourism itu hanya strategi pemasaran semata. Tidak ada urusan dengan arabisasi. Saya menyesalkan ini karena kita mengembangkan pariwisata Banyuwangi ini dengan kerja keras dan strategi, sekarang orang yang tidak tahu apa-apa seenaknya sendiri berbicara arabisasi," kata Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda.

Dengan adanya tulisan tersebut dan kemudian membuat orang batal ke Banyuwangi, dampaknya warung-warung yang sebelumnya dibanjiri wisatawan, rezekinya (pendapatannya) akan berkurang.

"Orang kadang asal menulis, tanpa berfikir dampaknya ke masyarakat luas yang telah merasakan hasil pengembangan pariwisata Banyuwangi," kara Bramuda.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019