Sivitas akademika STKIP PGRI Trenggalek, di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur berharap tak ada lagi gejolak massa menjelang maupun pascasidang putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pemilihan Umum Presiden 2019.
"Banyak aspirasi dari teman-teman pendidik (dosen), mahasiswa maupun jaringan penggiat pendidikan lain yang dalam setiap diskusi menginginkan Indonesia kembali damai. Jangan ada kericuhan lagi karena segala urusan (sengketa pilpres) telah diserahkan sepenuhnya di tangan MK," kata Ketua STKIP PGRI Trenggalek Yudi Setiyono di Trenggalek, Sabtu.
Menurut dia, kegalauan akademisi kampus di kota kecil seperti di Trenggalek ini wajar. Kendati tak berdampak langsung , sengketa pilpres 2019 yang berlanjut menjadi aksi pengerahan massa salah satu kubu di kantor Bawaslu RI pada 21-22 Mei berujung ricuh.
Ia berharap aksi massa yang mengarah ke gerakan pembangkangan sipil itu tidak terulang.
Bagi rakyat Indonesia, kata Yudi, tragedi berlatar belakang politik itu traumatis karena selain memicu korban dan sejumlah kerusakan, kericuhan juga memperburuk fragmentasi bangsa.
Dikatakan, keputusan masing-masing kubu untuk membawa kasus sengketa pilpres di MK dinilai arah yang sangat positif.
"Serahkan dan percayakan penyelesaian masalah (pilpres) ke proses hukum. Biar hakim yang menguji fakta-fakta hukum, bukti materiil yang dibawa kuasa hukum masing-masing kubu," ujarnya.
Karenanya, Yudi mengimbau masyarakat berhenti membuat opini sepihak. Tidak melakukan provokasi isu, apalagi membuat atau memproduksi konten berita bohong (hoaks).
"Mari jaga persatuan dan kesatuan. Jaga perdamaian di negeri ini," katanya.
Kini, proses hukum di MK sedang berjalan. Sidang dilakukan terbuka dan dapat dipantau seluruh rakyat Indonesia di media televisi, siaran langsung melalui kanal YouTube milik Mahkamah Konstitusi, maupun pemberitaan yang diproduksi media massa lainnya.
Yudi dan sejumlah penggiat dunia kampus lain di Trenggalek berharap masyarakat Indonesia mau bersabar, menerima dan mendukung apapun hasil putusan MK atas sengketa pilpres yang akan dibacakan pada 28 Juni, pekan depan.
"Mari bersatu untuk Indonesia yang lebih baik," ucapnya.
Dukung TNI-Polri
Seperti juga kampus-kampus di belahan daerah lain, lanjut Yudi, seluruh sivitas akademika di Kabupaten Trenggalek juga mendukung penuh langkah tegas TNI-Polri dalam mengawal keseluruhan jalannya demokrasi sebagaimana tercermin dalam Pemilu/Pilpres 2019 mulai awal hingga akhir, termasuk selama sidang sengketa pilpres berlangsung di MK.
"Mari kita dukung TNI-Polri untuk menindak tegas pelaku kerusuhan (jika masih ada) dalam mewujudkan masyarakat yang tenang, aman, dan damai dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ucap Yudi.
Ia mengimbau rakyat Indonesia kembali bersatu padu. Merajut tali silaturahim antara seluruh elemen dan kelompok anak bangsa.
"Mari kita bersama ucapkan selamat kepada rakyat Indonesia karena Pemilu 2019 telah usai. Apapun hasilnya (sidang MK). rakyat bersama TNI-Polri pasti akan selalu menang," demikian Yudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Banyak aspirasi dari teman-teman pendidik (dosen), mahasiswa maupun jaringan penggiat pendidikan lain yang dalam setiap diskusi menginginkan Indonesia kembali damai. Jangan ada kericuhan lagi karena segala urusan (sengketa pilpres) telah diserahkan sepenuhnya di tangan MK," kata Ketua STKIP PGRI Trenggalek Yudi Setiyono di Trenggalek, Sabtu.
Menurut dia, kegalauan akademisi kampus di kota kecil seperti di Trenggalek ini wajar. Kendati tak berdampak langsung , sengketa pilpres 2019 yang berlanjut menjadi aksi pengerahan massa salah satu kubu di kantor Bawaslu RI pada 21-22 Mei berujung ricuh.
Ia berharap aksi massa yang mengarah ke gerakan pembangkangan sipil itu tidak terulang.
Bagi rakyat Indonesia, kata Yudi, tragedi berlatar belakang politik itu traumatis karena selain memicu korban dan sejumlah kerusakan, kericuhan juga memperburuk fragmentasi bangsa.
Dikatakan, keputusan masing-masing kubu untuk membawa kasus sengketa pilpres di MK dinilai arah yang sangat positif.
"Serahkan dan percayakan penyelesaian masalah (pilpres) ke proses hukum. Biar hakim yang menguji fakta-fakta hukum, bukti materiil yang dibawa kuasa hukum masing-masing kubu," ujarnya.
Karenanya, Yudi mengimbau masyarakat berhenti membuat opini sepihak. Tidak melakukan provokasi isu, apalagi membuat atau memproduksi konten berita bohong (hoaks).
"Mari jaga persatuan dan kesatuan. Jaga perdamaian di negeri ini," katanya.
Kini, proses hukum di MK sedang berjalan. Sidang dilakukan terbuka dan dapat dipantau seluruh rakyat Indonesia di media televisi, siaran langsung melalui kanal YouTube milik Mahkamah Konstitusi, maupun pemberitaan yang diproduksi media massa lainnya.
Yudi dan sejumlah penggiat dunia kampus lain di Trenggalek berharap masyarakat Indonesia mau bersabar, menerima dan mendukung apapun hasil putusan MK atas sengketa pilpres yang akan dibacakan pada 28 Juni, pekan depan.
"Mari bersatu untuk Indonesia yang lebih baik," ucapnya.
Dukung TNI-Polri
Seperti juga kampus-kampus di belahan daerah lain, lanjut Yudi, seluruh sivitas akademika di Kabupaten Trenggalek juga mendukung penuh langkah tegas TNI-Polri dalam mengawal keseluruhan jalannya demokrasi sebagaimana tercermin dalam Pemilu/Pilpres 2019 mulai awal hingga akhir, termasuk selama sidang sengketa pilpres berlangsung di MK.
"Mari kita dukung TNI-Polri untuk menindak tegas pelaku kerusuhan (jika masih ada) dalam mewujudkan masyarakat yang tenang, aman, dan damai dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," ucap Yudi.
Ia mengimbau rakyat Indonesia kembali bersatu padu. Merajut tali silaturahim antara seluruh elemen dan kelompok anak bangsa.
"Mari kita bersama ucapkan selamat kepada rakyat Indonesia karena Pemilu 2019 telah usai. Apapun hasilnya (sidang MK). rakyat bersama TNI-Polri pasti akan selalu menang," demikian Yudi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019