Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik program Akuakultur Pengelolaan Tambak Udang Ramah Lingkungan yang telah berjalan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dan diharapkan tambak udang bisa menjadi alternatif wisata edukasi.
Dalam keterangannya di Banyuwangi, Jumat, Azwar Anas menyampaikan dengan pengelolaan yang baik, tambak udang bisa menjadi alternatif wisata edukasi, seperti tambak-tambak di luar negeri yang bisa menjadi wisata edukasi.
"Ini program bagus, bisa menjembatani bagaimana tambak bisa tumbuh tapi ekosistem terjaga, serta melibatkan banyak tenaga kerja. Kami yakin program ini akan bisa meningkatkan produksi udang dari lahan yang sudah ada, tanpa harus menambah lahan dan sekaligus mereduksi polusi," kata Anas.
Program akuakultur ini didukung oleh Walton Family Foundation, selain kerja sama dengan Pemkab Banyuwangi juga institusi filantropi Amerika Serikat, kerja sama akuakultur pengelolaan tambak udang ramah lingkungan ini juga menggandeng empat organisasi non-pemerintah (NGO/non-governmental organization) untuk menjalankan program budi daya perikanan tersebut.
Sementara itu, Direktor Program Kemaritiman dari Conservation International (CI) Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan pihaknya telah bertemu dengan Pemkab Banyuwangi dan asosisasi petambak udang.
"Kami juga sudah menggelar kick-off meeting sebagai tanda bahwa program ini siap dimulai," katanya.
CI Indonesia merupakan salah satu NGO yang diajak kerja sama dalam program yang didanai Walton Family Foundation, Walton Foundation sendiri adalah yayasan yang didirikan keluarga Walton, pendiri jaringan supermarket terbesar di dunia, Walmart.
Pada 2018, yayasan itu mengeluarkan hibah Rp8,5 triliun untuk menjalankan misi sosial, termasuk program perikanan lestari di berbagai negara.
Victor mengatakan, program ini akan berjalan hingga dua tahun ke depan dan dalam kurun waktu itu, ada pendampingan penataan budi daya teknik, serta pengembangan kapasitas petambak, termasuk dengan pendekatan ekonomi kreatif.
"Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas petambak udang dan produktivitas udang lewat pengelolaan tambak berkelanjutan. Tambak udang juga akan dikemas sebagai destinasi wisata yang menarik," ujarnya.
Manajer Kebijakan Karbon Biru dan Perikanan CI Indonesia, Audrie J Siahainenia menyampaikan bahwa program ini diawali dengan mengumpulkan data dasar tambak udang.
Seperti karakteristik tambak udang, pengusahaannya hingga rantai dagang udang. Selain itu, katanya, memetakan peran dan keterlibatan para pemangku kepentingan, mulai pemerintah, swasta, universitas hingga masyarakat akuakultur.
"Dari situ, kami menetapkan lokasi tambak yang menjadi percontohan. Kami monitor perkembangannya setelah satu atau dua siklus produksi pasca ada intervensi teknologi perbaikan tambak," tuturnya.
Luasan perikanan tambak udang di Banyuwangi tercatat 1.384 hektare, dengan produksi mencapai 19.700 ton. Dari angka tersebut, sekitar 19.200 ton diekspor ke luar negeri.
"Target kami, di akhir program ini ada perkembangan produksi dengan pendekatan ramah lingkungan. Para petambak bisa mengatasi penyakit udang dengan cara ramah lingkungan dan lokasinya pun bisa menjadi destinasi wisata baru," kata Audrie.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Dalam keterangannya di Banyuwangi, Jumat, Azwar Anas menyampaikan dengan pengelolaan yang baik, tambak udang bisa menjadi alternatif wisata edukasi, seperti tambak-tambak di luar negeri yang bisa menjadi wisata edukasi.
"Ini program bagus, bisa menjembatani bagaimana tambak bisa tumbuh tapi ekosistem terjaga, serta melibatkan banyak tenaga kerja. Kami yakin program ini akan bisa meningkatkan produksi udang dari lahan yang sudah ada, tanpa harus menambah lahan dan sekaligus mereduksi polusi," kata Anas.
Program akuakultur ini didukung oleh Walton Family Foundation, selain kerja sama dengan Pemkab Banyuwangi juga institusi filantropi Amerika Serikat, kerja sama akuakultur pengelolaan tambak udang ramah lingkungan ini juga menggandeng empat organisasi non-pemerintah (NGO/non-governmental organization) untuk menjalankan program budi daya perikanan tersebut.
Sementara itu, Direktor Program Kemaritiman dari Conservation International (CI) Indonesia Victor Nikijuluw mengatakan pihaknya telah bertemu dengan Pemkab Banyuwangi dan asosisasi petambak udang.
"Kami juga sudah menggelar kick-off meeting sebagai tanda bahwa program ini siap dimulai," katanya.
CI Indonesia merupakan salah satu NGO yang diajak kerja sama dalam program yang didanai Walton Family Foundation, Walton Foundation sendiri adalah yayasan yang didirikan keluarga Walton, pendiri jaringan supermarket terbesar di dunia, Walmart.
Pada 2018, yayasan itu mengeluarkan hibah Rp8,5 triliun untuk menjalankan misi sosial, termasuk program perikanan lestari di berbagai negara.
Victor mengatakan, program ini akan berjalan hingga dua tahun ke depan dan dalam kurun waktu itu, ada pendampingan penataan budi daya teknik, serta pengembangan kapasitas petambak, termasuk dengan pendekatan ekonomi kreatif.
"Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas petambak udang dan produktivitas udang lewat pengelolaan tambak berkelanjutan. Tambak udang juga akan dikemas sebagai destinasi wisata yang menarik," ujarnya.
Manajer Kebijakan Karbon Biru dan Perikanan CI Indonesia, Audrie J Siahainenia menyampaikan bahwa program ini diawali dengan mengumpulkan data dasar tambak udang.
Seperti karakteristik tambak udang, pengusahaannya hingga rantai dagang udang. Selain itu, katanya, memetakan peran dan keterlibatan para pemangku kepentingan, mulai pemerintah, swasta, universitas hingga masyarakat akuakultur.
"Dari situ, kami menetapkan lokasi tambak yang menjadi percontohan. Kami monitor perkembangannya setelah satu atau dua siklus produksi pasca ada intervensi teknologi perbaikan tambak," tuturnya.
Luasan perikanan tambak udang di Banyuwangi tercatat 1.384 hektare, dengan produksi mencapai 19.700 ton. Dari angka tersebut, sekitar 19.200 ton diekspor ke luar negeri.
"Target kami, di akhir program ini ada perkembangan produksi dengan pendekatan ramah lingkungan. Para petambak bisa mengatasi penyakit udang dengan cara ramah lingkungan dan lokasinya pun bisa menjadi destinasi wisata baru," kata Audrie.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019