Underpass Jalan Mayjend Sungkono yang diresmikan bertepakan Hari Jadi Kota Surabaya ke-726 pada 31 Mei 2019 selain mengurai kemacetan juga mengangkat perekonomian yang ada di Kota Pahlawan, Jatim.  

Fungsi utama underpass Mayjend Sungkono memang sebagai pengurai kemacetan akses dari dan menuju Surabaya Barat.  Menurut Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengatakan dengan arus lalu lintas yang lebih lancar, tentu akan berdampak positif, khususnya pada sektor pengembangan ekonomi di kawasan tersebut.

"Indeks Perekonomian di Surabaya selalu menunjukkan kenaikan, seperti tahun ini. Saya berharap adanya pembangunan underpass ini mampu mengangkat perekonomian," katanya.

Di samping itu, pembangunan underpass Mayjend Sungkono sejatinya punya makna yang lebih dalam karena proyek ini terealisasi dari urunan 19 pengembang, atau dengan kata lain dibangun tanpa dana APBD Kota Surabaya. Hal itu merupakan wujud nyata kolaborasi antara pemerintah dan swasta. Kolaborasi tersebut terjalin karena adanya kepercayaan kepada pemerintah kota dalam membangun Surabaya.
    
Sekjen Real Estate Indonesia (REI) Nasional Paulus Totok menuturkan, sumbangsih pada lini infrastruktur menjadi hal yang selalu diprioritaskan oleh para anggota REI. Untuk pembangunan underpass Mayjend Sungkono ini, para anggota REI mengumpulkan dana hingga Rp70 miliar guna merealisasikan proyek tersebut. 
    
Paulus menyatakan pihaknya meyakini bahwa pembangunan tersebut tak akan sia-sia. ”Surabaya punya prospek yang sangat baik di berbagai lini, termasuk properti. Kami, para investor, meyakini bahwa wilayah barat juga sangat potensial dan proyeknya paling besar,” ungkapnya.
    

Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Ketua DPD Persatuan REI Jawa Timur Danny Wahid. Menurutnya, underpass membawa hal positif bagi banyak pihak termasuk end user dan masyarakat luas. Danny yakin bahwa underpass itu bakal menjadi embrio yang baik untuk masa depan.
    
"Ke depan, kami berharap ini akan jadi motivasi bagi pihak lain untuk turut andil dalam memajukan Kota Surabaya," katanya.

Salah seorang warga Surabaya Hardiyanti mengaku terbantu dengan adanya underpass Mayjend Sungkono. Kini, perjalanan dari rumahnya di kawasan Wonokromo menuju tempat kerjanya di Surabaya Barat menjadi lebih lancar. 

"Biasanya selalu terhambat di bundaran karena harus menunggu traffic light. Tapi sekarang jauh lebih lancar," ujar ibu dua anak ini.


Kurangi Antrean Hingga 51,4 Persen
    
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan, jalur underpass tersebut memiliki panjang hingga 450 meter dan lebar jalur 16,8 meter. Sementara itu untuk kelandaian jalan sekitar 3 persen dan jarak lantai jalan ke overpass 4,2 meter.
    
"Meski sempat terkendela beberapa faktor seperti kondisi cuaca hujan dan adanya jaringan pipa PDAM, namun underpass bisa diselesaikan dengan baik dan tepat waktu," katanya.

Kepala Dinas Perhubungan Surabaya Irvan Wahyudrajad menambahkan, sebelum dibangun underpass, bundaran Satelit memiliki empat titik simpang, namun kini hanya ada dua simpang. Titik simpang yang berkurang, meminimalkan jumlah traffic light. Hal itu membuat waktu tempuh makin singkat. Sebelumnya, untuk menuju Jalan HR Muhammad dari Jalan Mayjend Sungkono dibutuhkan waktu tempuh 10 menit. Kini, hanya membutuhkan waktu dua menit.
    
"Underpass ini bisa mengurangi 51,4 persen panjang antrean pada simpang bundaran Satelit. Otomatis, kemacetan juga bakal berkurang," katanya.

Menyambut dibukanya underpass, Dishub Surabaya juga telah melakukan konsep manajemen dan rekayasa lalu lintas operasional Kawasan Underpass Satelit Jalan Mayjend Sungkono. Pelebaran telah dilakukan di Jalan Mayjend Sungkono dan Jalan HR. Muhammad untuk memberikan jalan masuk bagi kendaraan menuju underpass. Tujuannya, menghindari antrean kendaraan yang hendak melalui underpass atau overpass. Irvan juga menjelaskan bahwa pihaknya telah memasang empat buah titik kamera CCTV di lokasi tersebut. (ADV)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019