Sebanyak 653 milenial mendaftar secara daring (dalam jaringan) untuk mengikuti kompetisi perencanaan dan bisnis rintisan pertanian (agribusiness startup compettition) di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Informasi yang dihimpun ANTARA di Banyuwangi, Minggu, menyebutkan ajang "Banyuwangi Agribusiness Startup Competition" ini rutin digelar setiap tahun sejak 2017, dan pada tahun ini  kembali mendapat antusiasme tinggi dari kalangan muda.

"Jumlah peserta meningkat dari tahun ke tahun. Artinya, anak muda belum kehilangan minat pada dunia pertanian. Seperti yang sering saya sampaikan, masa depan bukan hanya milik ASN, bankir, atau youtuber, tapi juga anak muda yang berani masuk ke bisnis pertanian yang sering dipandang sebelah mata," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Menurut dia, kompetisi perencanaan dan bisnis rintisan pertanian merupakan ikhtiar menarik minat generasi milenial agar terjun ke bisnis pertanian sekaligus untuk meregenerasi pelaku usaha pertanian.

"Regenerasi ini penting, karena 61 persen petani di Indonesia berusia 45 tahun ke atas," ujarnya.

Ia mengatakan, kompetisi ini juga untuk menarik minat anak-anak muda dengan kualifikasi pendidikan yang cukup memadai untuk mengakselerasi dunia pertanian.

"Data menunjukkan, 72 persen petani berpendidikan SD, dari ajang ini semoga lahir petani-petani muda visioner dan melek teknologi, baik untuk peningkatan produktivitas, pengolahan pascapanen, maupun pemasaran pertanian," paparnya.

Kepala Dinas Pertanian Pemkab Banyuwangi, Arief Setiawan menyampaikan kompetisi perencanaan dan bisnis rintisan pertanian ini terdiri atas dua kategori.

Yakni, perencanaan bisnis (business plan) dan bisnis rintisan yang sudah berjalan, dengan total ada 653 anak muda yang mengikuti ajang tersebut.

Dan para peserta membentuk tim dan mengirimkan 267 proposal, sedangkan peserta tahun ini meningkat dibanding 140 proposal pada 2018.

Sementara pemenang dalam ajang ini, akan meraih hadiah sebagai modal usaha Rp150.000.000.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, hanya diikuti anak muda Banyuwangi, sedangkan tahun ini ajang tersebut diikuti anak-anak muda dari berbagai daerah.

Mulai anak muda dari Makassar, Mataram, Yogyakarta, Jakarta, Malang, Jember, Batu, Bondowoso, Pasuruan, Kediri, Bangkalan, Bandung, Manado, hingga Semarang.

"Tapi mayoritas atau sekitar 80 persen, peserta tetap dari Banyuwangi, karena memang itu sasaran utama kami," kata Arief.

Beragam proposal yang telah dikirim oleh peserta lewat daring, mulai olahan pangan beragam komoditas pertanian, platform "internet of things" pertanian dan perikanan darat, platform "crowdfunding" bisnis pertanian, hidroponik, hingga pengolahan limbah pertanian, peternakan dan agribisnis lainnya.

Sampai saat ini, sudah dipilih 54 finalis yang nantinya akan mempresentasikan proposalnya pada akhir Juni 2019, dan mereka juga mendapat materi workshop, mulai teknologi pertanian, pemasaran digital, manajemen keuangan petani muda, hingga pendekatan desain kemasan produk pertanian.

Sedangkan mentornya, berasal dari berbagai kalangan, mulai ahli Badan Penerapan Pengkajian Teknologi (BPPT) perencana keuangan hingga startup TaniHub.

"Dengan workshop tersebut, kami berharap mereka tumbuh menjadi petani muda berdaya saing tinggi," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019