Coba cek smartphone kita sekarang. Buka facebook, twitter, instagram dan whatsapp. 90 persen pesan yang tertulis di status maupun yang dikirimkan rekan kita adalah ucapan minta maaf.

Yang paling ramai sudah tentu whatsapp. Jalur pribadi dan grup menjadi sasaran. Mayoritas semua materi tulisannya sama, mengucapkan selamat Idul Fitri, memohon maaf dan mendoakan keselamatan kita di dunia dan akhirat.

Yang membedakan adalah kalimat, bahasa dan gambar. Ada yang hanya tulisan, ada yang disertai foto diri dan keluarga, ada juga yang sudah menggunakan video lengkap dengan audionya.

Di catatan whatsapp pribadi saya, semuanya ada. Sejak "H-1" atau 30 Ramadhan atau hari terakhir puasa, sudah tak terhitung notifikasi yang masuk dan berucap maaf. Kemudian bertambah saat suara gema takbir berkumandang, ditambah lagi setelah memasuki 1 Syawal atau "hari H" Lebaran.

Begini salah satunya, "Andai jemari tak sempat berjabat, jika raga tak bisa bersua, bila ada kata membekas luka. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Selamat merayakan kemenangan, menikmati liburan dan kegembiraan Lebaran. Selamat berbahagia bersama keluarga, sanak saudara, dan handai taulan".

Di akhir kalimat tertulis nama pengirim dan keluarga, kemudian di atasnya terdapat foto pengirim beserta keluarga, lengkap dengan busana muslim seragam.

Saat ini, pengucapan kalimat maaf melalui digital memang menjadi favorit. Di tengah era digitalisasi, ditambah minimnya waktu bertemu langsung, membuat ucapan melalui whatsapp menjadi pilihan.

Dulu, sebelum ada whatsapp, mereka yang tak sempat bertemu saling mengucapkan maaf dan selamat Idul Fitri melalui kartu pos, kemudian tidak lama beralih ke kartu lebaran.

Lalu, muncul ponsel dengan fitur pesan singkat atau sms. Nah, ucapannya beralih ke sms, hingga media sosial berbagai jenis sampai sekarang ini. Tetap whatsapp dengan segala inovasi yang dimilikinya menjadi media paling favorit.

Praktis, teknologi seolah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Di rumah, di tempat kerja, di sekolah atau kampus, di jalan, di tempat rekreasi, di di pusat perbelanjaan, bahkan di tempat ibadah, tak bisa dipungkiri bahwa teknologi hadir.

Ponsel yang dimiliki setiap orang kini tak hanya sebagai alat komunikasi sambungan telepon atau sekadar piranti komunikasi, tapi penyedia informasi, pengetahuan sekaligus hiburan.

Sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Nasional Al Akbar, saya sempat bertemu salah seorang ustadz yang juga ketua salah satu partai politik Islam tingkat Jawa Timur.

Berbincang tentang pengiriman ucapan maaf melalui whatsapp, sang ustadz tersenyum dan menyatakan bukan suatu masalah, karena sebagai salah satu sarana agar tetap bisa terjalin hubungan baik atau interaksi dengan orang lain yang belum tentu bisa bertemu dalam waktu dekat.

"Intinya adalah maksud pengiriman ucapan, yaitu memperkuat ukhuwah dan saling memaafkan. Tapi, tetap lebih afdhol (utama) bertemu langsung," katanya saat itu.

Dipikir-pikir memang benar, sebab di saat kita tidak sempat bertemu tatap muka karena terhalang oleh jarak dan waktu, maka pilihan tepat adalah saling berucap maaf melalui media sosial.

Oh iya, ada satu catatan, bahwa meski kita berucap via whatsapp, namun hanya sebagai alasan. Jika ada waktu untuk bertamu, lalu bertemu, maka kenapa tidak dilakukan?

Melalui catatan ini juga saya ingin berucap "Taqabalallahuminnawaminkum.. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Idul Fitri 1440 Hijriah, semoga kita semua diberi kesehatan, keselamatan dan rejeki yang berkah".

Juga, semoga di bulan Syawal ini segala persoalan yang melanda Tanah Air segera pulih. Konflik yang terjadi usai pemilihan umum legislatif dan pemilihan presiden segera berakhir. Pihak yang bertentangan segera islah dan rekonsilisasi menuju perdamaian terjadi.

Harapan Indonesia menjadi negara yang dilindungi, dinaungi dan diridhoi Allah SWT terkabulkan. Semoga negara ini menjadi negara yang "baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur". Bismillah...

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019