Komunitas gereja di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, berharap aksi kericuhan "berdarah" yang dilatarbelakangi sengketa hasil Pemilu 2019, seperti barusan terjadi di Jakarta pada 21-22 Mei tidak terulang.
"Aksi kerusuhan itu benar-benar layak dikecam, karena selain membuat situasi tidak kondusif, gerakannya bisa memicu sentimen SARA dan itu sangat merugikan, terutama bagi kelompok minoritas," kata Ketua Badan Musyawarah Antar-Gereja (Bamag) Kabupaten Trenggalek Nicolas Andrew Marvin Ante di Trenggalek, Minggu.
Kecaman tidak hanya datang dari komunitas gereja, umat Kristiani, maupun kelompok minoritas lain, tetapi juga lantang disuarakan masyarakat alim ulama Trenggalek.
Aksi massa berujung ricuh yang dilakukan para pengunjuk rasa menunjukkan mereka belum matang dan tidak dewasa dalam menekuni dunia politik.
"Kami mengecam dan mengutuk keras segala bentuk aksi pembangkangan sipil yang dilakukan dengan cara-cara tidak konstitusional seperti kemarin," kata Sekretaris MUI Trenggalek sekaligus Ketua Pengurus Daerah Jamaah Al Khidmah, KH Jamaludin Malik.
Sebaliknya, apresiasi dan dukungan diucapkan masyarakat komunitas gereja maupun sejumlah tokoh muslim di Trenggalek atas keberhasilanku TNI/Polri dalam mengawal dan mengamankan aksi massa tersebut dengan cara-cara yang humanis, sehingga gerakan aksi tidak melebar dan merembet ke ranah konflik horizontal.
"Kami memberikan dukungan terhadap tindakan tegas yang telah dilakukan aparat keamanan, secara khusus kepada TNI dan Polri dan telah memperlakukan para peserta aksi, bahkan terhadap perusuh sekalipun, secara humanis dan berperikemanusiaan," kata Nicolas Andrew mewakili seluruh komunitas Kristiani di Trenggalek maupun daerah-daerah lain di Indonesia.
Di Trenggalek, isu people power yang sempat mengemuka dan menjadi trending topik di Twitter dan jagat medsos nyaris tidak diapresiasi masyarakat yang tinggal di pesisir selatan bagian barat Jawa Timur tersebut.
Warga Trenggalek terus beraktivitas seperti biasa, namun terus memantau perkembangan politik nasional saat ini
Sikap penolakan gerakan dan wacana people power bahkan telah ramai disuarakan berbagai elemen di Trengalek sejak isu tersebut mulai muncul seiring hasil rekapitulasi suara pemilu/pilpres versi Situng yang tidak menguntungkan salah satu kubu.
Gelombang kecaman kemudian juga mengalir setelah aksi massa di Jakarta dan beberapa daerah lain pecah dan menimbulkan sejumlah korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Aksi kerusuhan itu benar-benar layak dikecam, karena selain membuat situasi tidak kondusif, gerakannya bisa memicu sentimen SARA dan itu sangat merugikan, terutama bagi kelompok minoritas," kata Ketua Badan Musyawarah Antar-Gereja (Bamag) Kabupaten Trenggalek Nicolas Andrew Marvin Ante di Trenggalek, Minggu.
Kecaman tidak hanya datang dari komunitas gereja, umat Kristiani, maupun kelompok minoritas lain, tetapi juga lantang disuarakan masyarakat alim ulama Trenggalek.
Aksi massa berujung ricuh yang dilakukan para pengunjuk rasa menunjukkan mereka belum matang dan tidak dewasa dalam menekuni dunia politik.
"Kami mengecam dan mengutuk keras segala bentuk aksi pembangkangan sipil yang dilakukan dengan cara-cara tidak konstitusional seperti kemarin," kata Sekretaris MUI Trenggalek sekaligus Ketua Pengurus Daerah Jamaah Al Khidmah, KH Jamaludin Malik.
Sebaliknya, apresiasi dan dukungan diucapkan masyarakat komunitas gereja maupun sejumlah tokoh muslim di Trenggalek atas keberhasilanku TNI/Polri dalam mengawal dan mengamankan aksi massa tersebut dengan cara-cara yang humanis, sehingga gerakan aksi tidak melebar dan merembet ke ranah konflik horizontal.
"Kami memberikan dukungan terhadap tindakan tegas yang telah dilakukan aparat keamanan, secara khusus kepada TNI dan Polri dan telah memperlakukan para peserta aksi, bahkan terhadap perusuh sekalipun, secara humanis dan berperikemanusiaan," kata Nicolas Andrew mewakili seluruh komunitas Kristiani di Trenggalek maupun daerah-daerah lain di Indonesia.
Di Trenggalek, isu people power yang sempat mengemuka dan menjadi trending topik di Twitter dan jagat medsos nyaris tidak diapresiasi masyarakat yang tinggal di pesisir selatan bagian barat Jawa Timur tersebut.
Warga Trenggalek terus beraktivitas seperti biasa, namun terus memantau perkembangan politik nasional saat ini
Sikap penolakan gerakan dan wacana people power bahkan telah ramai disuarakan berbagai elemen di Trengalek sejak isu tersebut mulai muncul seiring hasil rekapitulasi suara pemilu/pilpres versi Situng yang tidak menguntungkan salah satu kubu.
Gelombang kecaman kemudian juga mengalir setelah aksi massa di Jakarta dan beberapa daerah lain pecah dan menimbulkan sejumlah korban jiwa.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019