Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuka dua program baru yakni
kelas internasional dan program fast track guna mempersiapkan sumber daya manusia menghadapi tantangan globalisasi.
Wakil Rektor I ITS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Dr Ir Heru Setyawan di Surabaya, Sabtu mengatakan beberapa tantangan antara lain Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan wacana didirikannya perguruan tinggi asing.
"ITS harus mempersiapkan mahasiswanya untuk menghadapi tantangan tersebut ke depannya. Untuk itu dua program baru ini akan diberlakukan ITS mulai semester depan," tuturnya.
Kelas Internasional, lanjut Heru, akan diberlakukan pada 16 program studi (prodi) di seluruh ITS mulai tahun ajaran 2019/2020. Nantinya kelas tersebut akan berlangsung dengan pengantar keseluruhan berbahasa Inggris.
Berkapasitas maksimal 30 orang, mahasiswa asing maupun lokal hanya bisa masuk kelas ini melalui seleksi jalur mandiri yang pendaftarannya mulai dibuka pada Juni 2019.
Tidak hanya itu, kelas internasional ini juga digadang-gadang memiliki beberapa kelebihan lain. Nantinya para mahasiswa akan difasilitasi untuk melakukan pertukaran pelajar ke kampus luar negeri yang telah menjalin mitra dengan ITS.
Mahasiswa yang melakukan "exchange" yang mengambil mata kuliah di kampus tujuannya tersebut dapat melakukan transfer kredit mata kuliah yang diakui ITS.
"Selain itu kelas akan didesain lebih modern, baik dari infrastrukturnya maupun metode mengajarnya," tutur guru besar Teknik Kimia ini.
Heru pun mengaku persiapan untuk membuka kelas internasional ini telah dilakukan jauh-jauh hari. Tenaga pendidik hingga staf administrasi pun telah diberi pelatihan agar siap menghadapi perubahan ini.
Sementara program kedua yang akan dimulai tahun depan, fast track, merupakan program percepatan untuk meraih gelar sarjana dan magister hanya dalam waktu lima tahun. Pada program ini mahasiswa bisa mulai mengambil mata kuliah magister di semester 6 atau 7, sehingga setelah program sarjana selesai hanya perlu menyelesaikan thesis untuk gelar magisternya.
"Program ini juga merupakan upaya kita untuk menuju World Class University," katanya.
Rektor ITS Prof Mochamad Ashari mengaku, dua program ini merupakan jawaban ITS akan ketakutan masyarakat terhadap masuknya tenaga kerja asing akibat MEA yang diresmikan beberapa tahun lalu. Program ini pun baru bisa dilaksanakan tahun ini karena dinilai persiapannya yang mulai matang.
"Kita harus mempersiapkan sumber daya untuk bersaing, baik dari segi komunikasi maupun kesiapan untuk hidup di mancanegara," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
kelas internasional dan program fast track guna mempersiapkan sumber daya manusia menghadapi tantangan globalisasi.
Wakil Rektor I ITS Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Dr Ir Heru Setyawan di Surabaya, Sabtu mengatakan beberapa tantangan antara lain Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan wacana didirikannya perguruan tinggi asing.
"ITS harus mempersiapkan mahasiswanya untuk menghadapi tantangan tersebut ke depannya. Untuk itu dua program baru ini akan diberlakukan ITS mulai semester depan," tuturnya.
Kelas Internasional, lanjut Heru, akan diberlakukan pada 16 program studi (prodi) di seluruh ITS mulai tahun ajaran 2019/2020. Nantinya kelas tersebut akan berlangsung dengan pengantar keseluruhan berbahasa Inggris.
Berkapasitas maksimal 30 orang, mahasiswa asing maupun lokal hanya bisa masuk kelas ini melalui seleksi jalur mandiri yang pendaftarannya mulai dibuka pada Juni 2019.
Tidak hanya itu, kelas internasional ini juga digadang-gadang memiliki beberapa kelebihan lain. Nantinya para mahasiswa akan difasilitasi untuk melakukan pertukaran pelajar ke kampus luar negeri yang telah menjalin mitra dengan ITS.
Mahasiswa yang melakukan "exchange" yang mengambil mata kuliah di kampus tujuannya tersebut dapat melakukan transfer kredit mata kuliah yang diakui ITS.
"Selain itu kelas akan didesain lebih modern, baik dari infrastrukturnya maupun metode mengajarnya," tutur guru besar Teknik Kimia ini.
Heru pun mengaku persiapan untuk membuka kelas internasional ini telah dilakukan jauh-jauh hari. Tenaga pendidik hingga staf administrasi pun telah diberi pelatihan agar siap menghadapi perubahan ini.
Sementara program kedua yang akan dimulai tahun depan, fast track, merupakan program percepatan untuk meraih gelar sarjana dan magister hanya dalam waktu lima tahun. Pada program ini mahasiswa bisa mulai mengambil mata kuliah magister di semester 6 atau 7, sehingga setelah program sarjana selesai hanya perlu menyelesaikan thesis untuk gelar magisternya.
"Program ini juga merupakan upaya kita untuk menuju World Class University," katanya.
Rektor ITS Prof Mochamad Ashari mengaku, dua program ini merupakan jawaban ITS akan ketakutan masyarakat terhadap masuknya tenaga kerja asing akibat MEA yang diresmikan beberapa tahun lalu. Program ini pun baru bisa dilaksanakan tahun ini karena dinilai persiapannya yang mulai matang.
"Kita harus mempersiapkan sumber daya untuk bersaing, baik dari segi komunikasi maupun kesiapan untuk hidup di mancanegara," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019