Komunitas literasi Kabupaten Tulungagung yang tergabung dalam Klub Pena Ananda menggelar kegiatan rembuk buku, sebuah forum diskusi nonformal yang mengupas tuntas sosok-sosok penulis sastra berpengaruh di Tanah Air guna merangsang motivasi penggiat literasi di daerah itu sambil "ngabuburit" menunggu berbuka puasa pada Ramadhan 1440 Hijriah.
"Kebetulan momentumnya bersamaan dengan bulan puasa. Jadi, kegiatan rembuk buku ini kami gelar sekalian 'ngabuburit' menunggu waktu buka puasa," kata Ketua Pena Ananda Club Tjut Zakiyah saat dikonfirmasi usai kegiatan rembuk buku di Taman Alun-Alun Kota Tulungagung, Jawa Timur, Minggu.
Tidak banyak sebenarnya peserta yang bergabung. Namun ketekunan dan diskusi aktif yang mereka lakukan di salah satu sudut ruang terbuka Alun-Alun itu cukup menyita perhatian masyarakat yang juga sedang menunggu jadwal buka puasa.
Di belakang kelompok diskusi asuhan Tjut Zakiyah itu terpasang spanduk bertuliskan berbunyi "Rembuk Buku".
Selain Tjut Zakiyah, ada 10-an pegiat literasi muda yang aktif berdiskusi. Di tangan mereka buku tulis atau kertas berisi sinopsis atau ringkasan buku yang sedang dikaji, dan ada buku utama karya penulis tertentu yang menjadi objek kajian.
"Fokusnya memang mengulas buku-buku sastra. Kegiatan ini bertujuan untuk menstimulasi teman-teman penulis lokal menulis karya sastra," katanya.
Ia ingin lebih membumikan penulis-penulis di Indonesia yang sebenarnya sangat banyak sekali akan tetapi kurang dikenal para penggiat literasi atau penulis lokal.
Padahal, karya-karya yang dihasilkan para penulis nasional itu punya pengaruh terhadap perkembangan sastra di Tanah Air.
Kegiatan rembuk buku oleh komunitas literasi Pena Ananda Club itu telah dimulai bertepatan dengan Hari Buku se-Dunia yang jatuh pada 22 April hingga 17 Mei yang merupakan Hari Buku Nasional.
"Kami menyebut rentang waktu antara Hari Buku se-Dunia dan Hari Buku Nasional ini sebagai bukan buku. Momentum ini yang kami gunakan sebagai landasan kegiatan rembuk buku setiap hari Sabtu sore di Taman Alun-Alun Kota Tulungagung ini," katanya.
Bukan bermaksud pamer, Tjut dan pegiat literasi memiliki obsesi dan harapan agar gerakan literasi melalui rembuk buku itu menarik minat masyarakat umum.
"Rembuk buku ini bertujuan buka semata buku sebagai pengaya wacana, tetapi buku sebagai sumber kehidupan, sumber kebahagiaan dan juga sebagai 'sumber kekayaan'," katanya.
Karenanya ia mempersilakan jika ada warga di luar peserta aktif rembuk buku jik ingin bergabung dalam forum diskusi dan kajian tersebut.
"Dalam kajian rembuk buku ini yang kami kupas lebih ke sosok penulisnya. Bukan materi karya buku yang dihasilkan, dengan tujuan supaya mengenal gaya penulisan, psikologisnya dan berbagai hal yang melatarbelakangi konsep saat yang dihasilkan. Pembedahan sisi penulis ini diharapkan membantu penulis lokal atau penulis pemula untuk membentuk genre tulisan ataupun karya sastranya," katanya.
Sejauh ini, kata Tjut, sejak pertama kegiatan ini digelar, sudah ada tiga sastrawan nasional yang dikupas tuntas melalui forum rembuk buku.
Ketiga penulis nasional itu adalah Ahmad Tohari, Joko Pinurbo dan Tere Lie.
Masing-masing penulis itu disebut Tjut Zakiyah memiliki keunggulan dan kekuatan sastra yang khas dan bisa menjadi barometer para penggiat literasi lokal untuk terus berkembang.
"Sementara ini kegiatan selama Ramadhan dan menjelang Lebaran kami hentikan dulu mengingat banyak peserta literasi Pena Ananda memasuki masa persiapan UAS (ujian akhir semester) dan menjelang mudik," katanya.
Ia berjanji kegiatan rembuk buku akan terus dilanjutkan, guna memperdalam khasanah dan wawasan sejarah serta kesusastraan Tanah Air.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kebetulan momentumnya bersamaan dengan bulan puasa. Jadi, kegiatan rembuk buku ini kami gelar sekalian 'ngabuburit' menunggu waktu buka puasa," kata Ketua Pena Ananda Club Tjut Zakiyah saat dikonfirmasi usai kegiatan rembuk buku di Taman Alun-Alun Kota Tulungagung, Jawa Timur, Minggu.
Tidak banyak sebenarnya peserta yang bergabung. Namun ketekunan dan diskusi aktif yang mereka lakukan di salah satu sudut ruang terbuka Alun-Alun itu cukup menyita perhatian masyarakat yang juga sedang menunggu jadwal buka puasa.
Di belakang kelompok diskusi asuhan Tjut Zakiyah itu terpasang spanduk bertuliskan berbunyi "Rembuk Buku".
Selain Tjut Zakiyah, ada 10-an pegiat literasi muda yang aktif berdiskusi. Di tangan mereka buku tulis atau kertas berisi sinopsis atau ringkasan buku yang sedang dikaji, dan ada buku utama karya penulis tertentu yang menjadi objek kajian.
"Fokusnya memang mengulas buku-buku sastra. Kegiatan ini bertujuan untuk menstimulasi teman-teman penulis lokal menulis karya sastra," katanya.
Ia ingin lebih membumikan penulis-penulis di Indonesia yang sebenarnya sangat banyak sekali akan tetapi kurang dikenal para penggiat literasi atau penulis lokal.
Padahal, karya-karya yang dihasilkan para penulis nasional itu punya pengaruh terhadap perkembangan sastra di Tanah Air.
Kegiatan rembuk buku oleh komunitas literasi Pena Ananda Club itu telah dimulai bertepatan dengan Hari Buku se-Dunia yang jatuh pada 22 April hingga 17 Mei yang merupakan Hari Buku Nasional.
"Kami menyebut rentang waktu antara Hari Buku se-Dunia dan Hari Buku Nasional ini sebagai bukan buku. Momentum ini yang kami gunakan sebagai landasan kegiatan rembuk buku setiap hari Sabtu sore di Taman Alun-Alun Kota Tulungagung ini," katanya.
Bukan bermaksud pamer, Tjut dan pegiat literasi memiliki obsesi dan harapan agar gerakan literasi melalui rembuk buku itu menarik minat masyarakat umum.
"Rembuk buku ini bertujuan buka semata buku sebagai pengaya wacana, tetapi buku sebagai sumber kehidupan, sumber kebahagiaan dan juga sebagai 'sumber kekayaan'," katanya.
Karenanya ia mempersilakan jika ada warga di luar peserta aktif rembuk buku jik ingin bergabung dalam forum diskusi dan kajian tersebut.
"Dalam kajian rembuk buku ini yang kami kupas lebih ke sosok penulisnya. Bukan materi karya buku yang dihasilkan, dengan tujuan supaya mengenal gaya penulisan, psikologisnya dan berbagai hal yang melatarbelakangi konsep saat yang dihasilkan. Pembedahan sisi penulis ini diharapkan membantu penulis lokal atau penulis pemula untuk membentuk genre tulisan ataupun karya sastranya," katanya.
Sejauh ini, kata Tjut, sejak pertama kegiatan ini digelar, sudah ada tiga sastrawan nasional yang dikupas tuntas melalui forum rembuk buku.
Ketiga penulis nasional itu adalah Ahmad Tohari, Joko Pinurbo dan Tere Lie.
Masing-masing penulis itu disebut Tjut Zakiyah memiliki keunggulan dan kekuatan sastra yang khas dan bisa menjadi barometer para penggiat literasi lokal untuk terus berkembang.
"Sementara ini kegiatan selama Ramadhan dan menjelang Lebaran kami hentikan dulu mengingat banyak peserta literasi Pena Ananda memasuki masa persiapan UAS (ujian akhir semester) dan menjelang mudik," katanya.
Ia berjanji kegiatan rembuk buku akan terus dilanjutkan, guna memperdalam khasanah dan wawasan sejarah serta kesusastraan Tanah Air.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019