Tujuh organisasi mahasiswa di Surabaya yang tergabung dalam kelompok "Cipayung Plus" mengimbau masyarakat menghormati Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang hingga kini masih  merekapitulasi suara hasil pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Legislatif 2019. 
 
Cipayung Plus terdiri dari  Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

"Kami meminta sejumlah pihak berhenti membangun narasi yang menyalahkan penyelenggara pemilu," ucap Ketua Pengurus Koordinator PMII Jawa Timur Abdul Ghoni, mewakili tujuh organisasi mahasiswa tersebut kepada wartawan di Surabaya, Rabu.

Narasi yang terbangun selama ini dinilai telah menggiring opini masyarakat yang menyudutkan penyelenggara Pemilu, mulai dari KPU hingga Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) beserta seluruh elemennya, seolah tidak mampu menjalankan tugasnya dan bahkan menuduh telah melakukan kejahatan terstruktur. 

"Padahal KPU dan Bawaslu beserta semua elemennya sudah menjalankan tugas sebagai mana mestinya," katanya. 

Kondisi seperti ini, lanjut dia, telah membuat suasana masyarakat di tingkat akar rumput menjadi terbelah. 

Goni menegaskan di negara Indonesia tidak hanya terdapat kelompok "Kampret" dan "Cebong".

"Masih banyak elemen masyarakat lainnya yang menginginkan pembangunan Indonesia berjalan," ujarnya.

Untuk itu kelompok mahasiswa Cipayung Plus mengimbau agar masing-masing pihak yang berkepentingan di Pemilu Presiden dan Legislatif 2019 menghentikan perseturuannya dan selanjutnya agar bersama-sama menunggu pengumuman resmi rekapitulasi suara dari KPU yang dijadwalkan pada tanggal 22 Mei mendatang. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019