Orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) bernama Wiji Fitria (21), warga Desa Ngadi, Kabupaten Kediri, Jawa Timur,  melukai anggota badannya sendiri, dengan menggigit jari tangannya hingga kini membusuk.

Jirah, nenek dari Wiji mengatakan cucunya itu mengalami perubahan kejiwaan sejak orangtuanya pergi. Ibu dan bapaknya  tidak diketahui keberadaannya. 

"Saya hanya tinggal dengan Wiji. Ibunya kata orang di Kalimantan, bapaknya saya sudah tidak tahu kemana," kata Jirah di rumahnya, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Sabtu. 

Ia mengatakan, cucunya itu sering mengamuk, bahkan para tetangga juga sering takut jika ia sudah mengamuk.

Kondisinya kini cukup parah, sebab ia juga tidak segan melukai dirinya sendiri. Jari tangannya digigit hingga luka. Bahkan, kini membusuk.

Jirah juga mengatakan, perbuatan cucunya itu dilakukan selama setahun terakhir. Ia pernah bertanya mengapa melakukan hal itu dan dijawab oleh cucunya bahwa mendatkan bisikan halus.

"Katanya ada yang membisiki. Kadang setelah menggigit ia teriak-teriak," katanya dengan sedih.

Ia juga mengaku sudah berusaha untuk memberi pengobatan pada cucunya itu. Bahkan pemerintah desa dengan pihak puskesmas juga turut membantu mengobatkan cucunya tersebut. Wiji juga pernah dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Kabupaten Malang, hingga tiga kali, namun dirinya lebih ingin merawat cucunya di rumah. 
 
Dirinya tidak punya pilihan lain, dimana ketika cucunya sedang mengamuk terpaksa dikurung di sebuah kamar dengan pintu besi. Ia dibantu dengan kerabat dan tetangga, dengan harapan cucunya tidak lagi mengamuk. 

Kini kedua tangan Wiji yang luka parah itu hanya diberi perban oleh tim medis untuk mencegah Wiji melukai tangannya lagi. Keluarga juga tidak ingin Wiji mendapatkan perawatan lebih intensif, dengan alasan tempat perawatan jauh.   

Selain itu, keluarga juga terkendala dengan ekonomi. Sehari-hari, nenek Wiji tersebut hanya berjualan tahu di sekitar Pondok Pesantren Al Falah, Desa Ploso, Kabupaten Kediri. 

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Puskesmas Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri Rindang F, mengatakan pihaknya memang sudah berulang kali menangani Wiji. 

Ia menyebutkan, Wiji Fitria menderita gangguan jiwa, Skizofrenia atau gangguan jiwa akibat fungsi otak yang terganggu. Hal ini dimungkinkan yang menjadi alasan Wiji merasa seakan mendapatkan bisikan yang sulit ia kendalikan. 

"Ini memang pasien dengan gangguan jiwa. Penyakitnya namanya Skizofrenia, jadi merasa ada bisikan-bisikan, halusinasi suara dan lain-lain sehingga menggigiti tangannya," katanya. 

Ia menambahkan, Skizofrenia sebenarnya bisa dicegah dengan pengobatan rutin baik maupun pelatihan di posyandu jiwa yang rutin digelar oleh desa. Namun, hal ini terkadang terjadi penolakan dari keluarga, termasuk saat pasien Wiji hendak dirujuk ke RSJ Lawang di Kabupaten Malang.

Bahkan, pasien juga sempat dibawa ke rumah sakit, namun keluarga akhirnya menjemput. Hal ini membuat pengobatan kurang optimal, yang bisa memicu sering kambuh sewaktu-waktu. 

"Kami dan perangkat desa telah bersama-sama berupaya, membuat rujukan ke RSJ Lawang, tapi keluarga menjemput sendiri kesana," kata dia. 

Sementara itu, terkait dengan luka sendiri di tangannya, Rindang menduga terjadi luka di tangannya karena tidak diobati dengan maksimal. Diharapkan, keluarga juga lebih perhatian, agar luka yang diderita itu bisa sembuh.

Kejadian yang dialami oleh Wiji tersebut juga mendapatkan perhatian dari sejumlah relawan kesehatan, dinas kesehatan bahkan dari Pemerintah Provinsi Jatim. Mereka ikut serta memantau dan memberikan pengobatan pada yang bersangkutan. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019