Senior Vice President Marketing Viu Indonesia Myra Suraryo mengemukakan saat ini di Indonesia masih kekurangan jumlah screen teater, sehingga tidak memiliki cukup kanvas yang mengakibatkan jalur distribusi sineas juga sangat kurang.

"Dari minimnya distribusi ini, efeknya sineas tidak dapat berkembang. Dan bertepatan dengan adanya festival film semacam ini, sehingga tepat dengan sasaran yang dituju oleh Viu," kata Myra Sunaryo kepada wartawan di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Rabu.

Myra mengatakan melalui tema Sintesa ini, Malang Film Festival (MAFI Fest) mencoba menjabarkan kolaborasi hasil dari penggabungan unsur–unsur seni, seperti seperti seni musik, sastra, lukis, fotografi, serta teatrikal dalam membentuk unsur seni yang baru, yakni seni film.

Hasil penjabaran ini, lanjutnya, kemudian dituangkan dalam berbagai bentuk program yang bertujuan untuk memupuk pemikiran mahasiswa dan pelajar sebagai bibit dari sineas muda Indonesia agar dapat bersintesis guna mengambil peran dalam pertumbuhan film ke depannya.

Tahun ini merupakan tahun ke-15 penyelenggaraan MAFI Fest sebagai Festival Film Mahasiswa tertua di Indonesia. MAFI Fest merupakan  acara tahunan yang digelar oleh Kine Klub UMM yang berawal dari program kerja dari divisi DEFA, dengan mengusung tema Sintesa.

Sintesa berarti gabungan dari beberapa elemen sehingga membentuk suatu yang selaras, artinya hal tersebut bisa diinterpretasikan di dunia perfilman dalam bentuk program-program yang sifatnya kolaboratif. "Dengan unsur-unsur yang selaras, sehingga perfilman mampu tumbuh dan bersinergi dengan unsur-unsur lainnya," kata Aliya Dwi Citra, Direktur MAFI Fest.  

Seperti road show (pertunjukan keliling) pertama tahun ini berkolaborasi dengan TBM (Teras Baca Masyarakat), dan Teras Literasi. Pertunjukan keliling kedua yang berkolaborasi dengan Parade Film Malang guna memperingati Hari Film Nasional.

MAFI Fest kali ini juga bertepatan dengan suasana pemilu, sehingga MAFI Fest mengundang salah satu film tamu, yaitu "Nyanyian Akar Rumput" yang disutradarai oleh Yuda Kurniawan, Film ini berkisah tentang istri dan kedua anak dari aktivis Widji Thukul dalam menjalani hidup setelah suami dan atau ayah mereka dinyatakan hilang dan disertai dengan footage peristiwa kerusuhan Mei 1998.

Tetapi, ini tidak membawa kepentingan politik apapun, hanya ingin turut andil dalam perayaan pesta demokrasi.

Jumlah film yang masuk dan berpartisipasi dalam MAFI Fest tahun ini mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 477 film. Dari 477 film ini ada 23 film yang lolos kurasi. Kemudian film–film yang telah lolos kurasi tersebut akan dikompetisikan, sehingga mengerucut menjadi 1 film per kategori.

Adapun program non kompetisi yang tidak kalah menarik, diantaranya Sesi Malangan sebagai bentuk tanggung jawab kami untuk menjaga kuantitas dan kualitas ekosistem perfilman di Kota Malang. Program penayangan perdana (Produksi Bersama Kine Klub UMM ke-16 dan Malang Sinau Dokumenter), Diskusi umum dan Kelas Kritik.

Dan yang terakhir Malam Penghargaan sebagai pengujung puncak adalah pengumuman film pemenang dan pemberian penghargaan bagi filmmaker pemenang program kompetisi. Semua program dirangkum di 4 hari pelaksanaan yaitu pada 10 sampai 13 April 2019.

Pada tahun ini MAFI Fest didukung oleh Viu Indonesia melalui program kerja sama, yaitu Pitching Forum. Program tersebut merupakan bentuk dukungan Viu Indonesia bagi para filmmaker muda khususnya di Malang raya yang memiliki ide cerita untuk diproduksi.

Selain itu juga sebagai wadah bagi para pembuat film mahasiswa, pelajar maupun umum untuk mengembangkan pola distribusi film yang tidak hanya terhenti di festival maupun kompetisi tetapi juga platform digital.

MAFI Fest tahun ini memiliki empat kategori lomba, terdiri fiksi pendek mahasiswa, fiksi pendek pelajar, dokumenter mahasiswa, dan dokumenter pelajar.

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019