Krematorium atau tempat pengabuan jenazah untuk warga non muslim di Tempat Pemakaman Umum Kaputih Kota Surabaya, Jawa Timur, yang dibangun pemerintah kota setempat ditargetkan mulai diperasionalkan pada April atau awal Mei 2019.

Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya, Mohamad Iman Rahmadi, di Surabaya, Jumat, mengatakan sebelum dioperasionalkan, akan dilakukan sosialisasi terlebih dulu ke masyarakat, melalui kelurahan dan kecamatan serta mengandeng para pengusaha jasa pemakaman seperti Ario, Carara, Adi Yasa, Bagus dan lainnya.

"Krematorium saat ini masih dilakukan pembenahan akses jalan dan tempat parkir. Insya Allah dalam bulan ini selesai," katanya.

Diketahui krematorium berbentuk pendopo tersebut berdiri dilahan seluas 4.000 m2 milik Pemkot Surabaya yang berlokasi satu kawasan dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih. Keberadaan krematorium itu untuk memenuhi kebutuhan pemakaman bagi warga Surabaya, khususnya bagi warga beragama Hindu, Budha dan Khonghucu.

Adapun untuk besaran tarif, lanjut dia, hingga kini masih mengunakan tarif lama sesuai Perda 7 Tahun 2012 tentang Restribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat yakni antara Rp500 ribu sampai Rp3 juta.

"Untuk tarif tergantung dari tebal dan tipisnya peti," ujarnya.

Sedangkan untuk bahan bakar yang digunakan di krematorium, kata dia, berupa solar. Namun tidak menutup kemungkinan ke depannya akan beralih dengan menggunakan gas.

"Untuk standarnya, waktu studi banding ke Krematorium di Jalan Raya Juanda, bahan bakar yang dibutuhkan 150 liter sekali pengabuan. Untuk sekali pengabuan butuh waktu 2 sampai 3 jam," katanya.*




 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019