Surabaya (Antaranews Jatim) - Pernahkah Anda memerhatikan warna daging dan telur ayam saat membelinya di pasar?, Komposisi pakan yang diberikan pada ternak ayam ternyata sangat berpengaruh pada warna dan kualitas daging juga telur ayam. 

Itu sebabnya kalangan pengusaha makanan ternak tak banyak menggunakan gandum dalam campuran pakan ayam sebagai pengganti jagung, karena peternak pun tak mau kualitas hasil ternaknya menurun. 

Campuran gandum yang berlebih akan membuat warna daging dan telur ayam pucat. Berbeda dengan pakan jagung yang akan menghasilkan daging merah segar serta warna kuning telur yang cerah.

"Kalau pakai gandum itu warnanya pucat dan perlu ada tambahan zat lagi. Nah, kalau jagung itu nggak perlu tambahan," kata Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman.

Hal ini berbeda dengan analisa salah seorang komisioner Ombudsman awal Februari 2019, yang menyebutkan terjadi politik pengalihan impor (dari jagung) kepada komoditas yang tidak terlalu sensitif (gandum). 

Menyusul capaian Pemerintah yang disampaikan Presiden Jokowi dalam Debat Capres kedua Ahad 17 Februari 2019, bahwa Indonesia berhasil mengendalikan angka impor jagung. 

Dalam Debat Capres kedua itu, Jokowi membeberkan angka penurunan jumlah impor jagung. Di 2014, kata dia, Indonesia mengimpor 3 juta ton lebih jagung. Namun di 2018 impor jagung menurun.

“Terima kasih ke petani jagung. Di 2014 kita masih impor 3,5 juta ton jagung. Di 2018 hanya 180.000 ton jagung. Artinya ada produksi dari petani sebanyak 3,3 juta ton, Ini lompatan besar," kata Jokowi. 

Apa yang disampaikan Jokowi membuat impor 200 ribu ton gandum oleh perusahaan pakan ternak pada 2016 lalu, kemudian diungkap lagi dan jadi bahan perbincangan. 

Sekretaris GPMT Askam mengatakan, impor gandum pada saat itu dinilai tepat karena keberadaan jagung sedikit langka.

"Namun masalah itu hanya berlangsung beberapa saat. Karena periode Januari mulai memasuki masa panen," kata Askam. 

Krisis jagung ketika itu kemudian mampu diatasi pemerintah melalui berbagai program bantuan bibit, mesin pengering dan alat teknologi lainnya. Terlebih saat itu juga sedang mendekati masa panen yang berlangsung di sejumlah daerah.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pun mengaku telah memberikan izin impor gandum sebanyak 200 ribu ton untuk perusahaan pakan. Namun hingga akhir tahun 2018 lalu belum ada realisasi impor gandum. 

Sebaliknya Amran menyampaikan keberhasilan (mengurangi impor jagung) ini merupakan buah kerja keras petani di seluruh Indonesia. Dengan bangga dalam berbagai kesempatan ia menyampaikan, dulu Indonesia impor jagung dari negara lain. Sekarang keadaan sudah berbalik, Indonesia mulai bisa ekspor jagung.

"Di tahun 2018 kita impor 100.000 ton, tapi kita ekspor 380.000 ton. Artinya di tahun 2018 produksi jagung surplus. Sekarang sudah kita balik, kita yang ekspor jagung ke luar negeri," kata Mentan Amran beberapa waktu lalu.

Menguatkan apa yang disampaikan Jokowi, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita memberi data lebih rinci. Karena rekomendasi komoditas pangan dikeluarkan Dirjen PKH Kementan. 

"Jadi saya yang tahu datanya, sejak 2014 rekomendasi impor terus menurun. Dan pada tahun 2018 kami hanya mengeluarkan rekomendasi impor jagung pakan ternak sebanyak 73 ribu ton yang digunakan sebagai cadangan pemerintah melalui Rakortas dengan pelaksana impor jagung adalah Bulog," tegas Diarmita. (*)
 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019