Surabaya (Antaranews Jatim) - Kamar dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur mengirimkan tim yang terdiri dari toga orang ke Jerman untuk melakukan studi banding dan belajar program pendidikan vokasi di negara tersebut.

Ketua Umum Kadin Jatim, La Nyalla Mahmud Mattalitti di Surabaya, Kamis mengatakan di era industri 4.0 pendidikan vokasi atau kejuruan menjadi penting untuk mengangkat daya saing ekonomi.

Sebab, kata dia, melalui pendidikan vokasi yang terprogram secara baik, akan tercipta tenaga kerja dengan kompetensi sesuai kebutuhan pasar atau dunia industri.

"Kami menyambut baik pengiriman tim ini, sebagai undangan dari Jerman. Dan Kadin Jatim berharap tim tersebut nantinya bisa menggali ilmu sebanyak-banyaknya," kata La Nyalla.

Ia mengatakan, dengan adanya pendidikan vokasi diharapkan mampu menekan angka pengangguran di kalangan anak muda, khususnya lulusan SMK yang memberikan kontribusi terbesar terhadap jumlah pengangguran di Jatim.

"Pendidikan vokasi jangan hanya sebatas program pemagangan singkat selama 2-3 bulan seperti yang lazim berlangsung selama ini di berbagai perusahaan/industri. Pendidikan kejuruan perlu digarap lebih serius dan intens dengan mengadopsi sistem yang telah berjalan baik seperti di Jerman," kata La Nyalla.

Sementara itu, rencananya tim Kadin Jatim akan bergabung dengan tim Kadin dari berbagai daerah lainnya dengan total 31 orang, yang berasal dari Kadin pusat dan daerah (Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY), Bappenas, Kemendikbud, Kementerian Pertanian, Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi Jawa Timur, unsur pemerintah daerah, serta para pelatih tempat kerja di berbagai industri.

"Pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia sebenarnya memiliki modal besar karena ada komitmen tinggi dari Presiden Joko Widodo," katanya.

La Nyalla mengakui, meski belum ada regulasi dari pusat yang bisa menjadi pedoman bagi semua elemen untuk menjalankan program vokasi secara terintegrasi, namun sejumlah daerah telah proaktif mengembangkan vokasi sesuai kondisi masing-masing.

"Kalau di Jerman telah memiliki landasanya, seperti "Bundesinstitut für Berufsbildung atau Federal Institut for Vocational Education and Training (BiBB), atau Undang-undang yang mengatur tentang pendidikan vokasi yang ada sejak 1969," katanya.

Oleh karena itu, dia berharap, metode di Jerman bisa disesuaikan dengan kondisi pendidikan dan industri di Indonesia.

“Di Jerman pendidikan vokasi ditangani oleh industri bekerja sama dengan IHK. Karena itu, titik beratnya adalah praktik selama empat hari dalam sepekan. Teori di sekolah hanya dipelajari dalam satu hingga dua hari per minggu," katanya.***1***

 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019