Malang (Antaranews Jatim) - Puluhan mahasiswa asing program Darmasiswa Kemendikbud maupun Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) terlihat antusias belajar membatik di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo atau IBU Malang.
Salah seorang mahasiswa asing asal Jerman, Jacqueline Kirchner (31), mengaku senang dengan budaya Indonesia, salah satunya membatik. Meskipun, ia sedikit mengalami kesulitan saat membatik.
"Sedikit sulit untuk membuat batik, apalagi harus lebih precise (presisi)," kata Jacqueline di sela belajar membatik di kampus setempat, Kamis.
Perempuan asli Jerman itu mengatakan tertarik untuk belajar budaya Indonesia karena keunikannya.
"Budaya di sini sangat menarik bagi kami. Saya pikir batik budaya yang unik. Saya akan membawa batik ini ke Jerman. "Saya ingin perkenalkan budaya Indonesia ke sana (Jerman). Apa yang saya pelajari di sini akan saya kenalkan di sana," paparnya.
Rektor IKIP Budi Utomo (IBU) Malang Dr Nurcholis Sunuyeko mengatakan, kegiatan belajar membatik dilakukan selama satu semester, namun jika mahasiswa bersangkutan bisa menyelesaikan tugasnya sebelum satu semester tidak masalah. Artinya, mereka belajar membatik sampai tuntas dan menghasilkan sebuah karya batik.
"Mahasiswa asing dari berbagai negara ini sangat antusias mengikuti kegiatan membatik. Kami mendatangkan guru (ahli membatik) dari Kota Malang. Program membatik ini memang secara pengetahuan juga ada di kampus lain," kata Nurcholis.
Namun, kata Ketua Forki Kota Malang itu, ada yang membedakan. Di kampus IBU, mereka diajari langsung bagaimana praktik membatik dan nilai lebihnya ada pengalaman langsung, bukan hanya dilatih, tapi juga diorientasikan.
Selain belajar membatik, mahasiswa asing yang menempuh pendidikan tinggi di IBU, baik mahasiswa reguler (BIPA) maupun program Darmasiswa Kemendikbud juga belajar budaya bangsa Indonesia lainnya, seperti tari dan olahraga tradisional pencak silat.
Sebelum mengikuti perkuliahan, mereka juga dikenalkan tentang daerah wisata yang ada di sekitar wilayah Malang raya serta lokasi-lokasi ikonik di daerah itu.
"Batik sebagai alat pemersatu bangsa dan simbol bangsa sudah seharusnya dilestarikan, batik itu milik Indonesia, sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan," tuturnya.
Batik yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, terlebih di kancah internasional, menjadi kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan dan menjadi tanggung jawab bersama dalam menjaga warisan dari leluhur.
Batik sarat akan kentalnya budaya dari berbagai suku dan daerah yang ada di Indonesia, sehingga melalui kegiatan seperti ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah batik di mata masyarakat lokal maupun asing.
"Harapannya, melalui kegiatan membatik bagi mahasiswa asing ini, mereka bisa mengenalkan budaya Indonesia di negara masing-masing ketika sudah kembali, salah satunya adalah batik. Batik juga dapat dijadikan sebagai media untuk menunjukkan identitas Indonesia di kancah Internasional," paparnya.
Pada tahun akademik 2018/2019, ada 22 mahasiswa asing dari berbagai negara, seperti Italia, Australia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Amerika Serikat, Afghanistan, dan Sudan, mengikuti program budaya di IKIP Budi Utomo Malang, salah satunya belajar membatik.
Setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, setelah UNESCO pada 2009 menetapkan batik sebagai warisan dunia. UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Salah seorang mahasiswa asing asal Jerman, Jacqueline Kirchner (31), mengaku senang dengan budaya Indonesia, salah satunya membatik. Meskipun, ia sedikit mengalami kesulitan saat membatik.
"Sedikit sulit untuk membuat batik, apalagi harus lebih precise (presisi)," kata Jacqueline di sela belajar membatik di kampus setempat, Kamis.
Perempuan asli Jerman itu mengatakan tertarik untuk belajar budaya Indonesia karena keunikannya.
"Budaya di sini sangat menarik bagi kami. Saya pikir batik budaya yang unik. Saya akan membawa batik ini ke Jerman. "Saya ingin perkenalkan budaya Indonesia ke sana (Jerman). Apa yang saya pelajari di sini akan saya kenalkan di sana," paparnya.
Rektor IKIP Budi Utomo (IBU) Malang Dr Nurcholis Sunuyeko mengatakan, kegiatan belajar membatik dilakukan selama satu semester, namun jika mahasiswa bersangkutan bisa menyelesaikan tugasnya sebelum satu semester tidak masalah. Artinya, mereka belajar membatik sampai tuntas dan menghasilkan sebuah karya batik.
"Mahasiswa asing dari berbagai negara ini sangat antusias mengikuti kegiatan membatik. Kami mendatangkan guru (ahli membatik) dari Kota Malang. Program membatik ini memang secara pengetahuan juga ada di kampus lain," kata Nurcholis.
Namun, kata Ketua Forki Kota Malang itu, ada yang membedakan. Di kampus IBU, mereka diajari langsung bagaimana praktik membatik dan nilai lebihnya ada pengalaman langsung, bukan hanya dilatih, tapi juga diorientasikan.
Selain belajar membatik, mahasiswa asing yang menempuh pendidikan tinggi di IBU, baik mahasiswa reguler (BIPA) maupun program Darmasiswa Kemendikbud juga belajar budaya bangsa Indonesia lainnya, seperti tari dan olahraga tradisional pencak silat.
Sebelum mengikuti perkuliahan, mereka juga dikenalkan tentang daerah wisata yang ada di sekitar wilayah Malang raya serta lokasi-lokasi ikonik di daerah itu.
"Batik sebagai alat pemersatu bangsa dan simbol bangsa sudah seharusnya dilestarikan, batik itu milik Indonesia, sebagai warisan leluhur yang harus dilestarikan," tuturnya.
Batik yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, terlebih di kancah internasional, menjadi kekayaan bangsa yang wajib dilestarikan dan menjadi tanggung jawab bersama dalam menjaga warisan dari leluhur.
Batik sarat akan kentalnya budaya dari berbagai suku dan daerah yang ada di Indonesia, sehingga melalui kegiatan seperti ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah batik di mata masyarakat lokal maupun asing.
"Harapannya, melalui kegiatan membatik bagi mahasiswa asing ini, mereka bisa mengenalkan budaya Indonesia di negara masing-masing ketika sudah kembali, salah satunya adalah batik. Batik juga dapat dijadikan sebagai media untuk menunjukkan identitas Indonesia di kancah Internasional," paparnya.
Pada tahun akademik 2018/2019, ada 22 mahasiswa asing dari berbagai negara, seperti Italia, Australia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Amerika Serikat, Afghanistan, dan Sudan, mengikuti program budaya di IKIP Budi Utomo Malang, salah satunya belajar membatik.
Setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, setelah UNESCO pada 2009 menetapkan batik sebagai warisan dunia. UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019