Surabaya (Antaranews Jatim) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima kunjungan  sejumlah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Indonesia dan Konjen RI di Ruang Sidang Wali Kota Surabaya, Rabu, guna menggali potensi ekonomi daerah setempat. 
     
"Jadi, tujuan kami lebih banyak menggali potensi untuk bisa kami kerjasamakan di seluruh perwakilan kita dan luar negeri," kata Kepala Biro Hukum dan Administrasi Kementerian dan Perwakilan Kementerian Luar Negeri RI Okto Dorinus Manik saat bertemu dengan Wali Kota Risma.

Tampak hadir dalam pertemuan itu  Duta Besar dan Konjen RI adalah  Abdul Kadir Jailani Duta (Kanada), Usra Hendra Harahap (Nigeria), Julang Pujianto (Suriname), Chandra Widya Yudha (Serbia), Berlian Napitupulu (Korea Utara), Hajriyanto Thohari (Lebanon), Cheppy Wartono (Mexico), Arrmanatha Nasir (Perancis), Andriana Supandy (Papua Nugini), Abdurrahman Dimas Wahab (Hongaria), Siti Nugraha Mauludiah (Polandia), Al Busya Basnur (Ethiopia), Wajid Fauzi (Syria) dan Saud Purwanto Krisnawan (Los Angeles - AS)

Sementara itu, beberapa pejabat pendamping dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI yakni Okto Dorinus Manik (Kepala Biro Hukum dan Administrasi Kementerian dan Perwakilan), Daniel Tumpal Simanjuntak (Direktur Afrika), Ratu Silvy Gayatri (Sesditjen Amerika dan Eropa), Rossy Verona (Sesditjen Asia Pasifik dan Afrika), Rainer Lauhanapessy (Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Amerika I) dan Suaji Raja (Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Timur Tengah).
     
Menurut Okto Dorinus, kunjungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pontensi ekonomi daerah terutama produk andalan yang potensial untuk dipromosikan ke luar negeri. Tentunya juga sebagai materi pembekalan guna mendukung pelaksanaan tugas di negara tujuan.
     
Selain itu, kata dia, kunjungannya kali ini untuk meminta masukan dan arahan dari Wali Kota Risma sebab pihaknya menilai, selama ini wali kota perempuan pertama di Surabaya itu dikenal sudah banyak pengalaman dalam berbagai bidang kerja sama dengan dunia internasional. 
     
"Makanya kami datang langsung untuk bertemu dengan Bu Risma. Karena kita juga tahu bagaimana kiprah Bu Risma di dunia Internasional," ujarnya.
     
Bahkan, lanjut dia, pihaknya mengaku senang, selain bisa bertemu langsung dengan pejabat nomor satu di jajaran Pemkot Surabaya, masukan-masukan yang telah diberikan Wali Kota Risma itu, dinilai sangat bermanfaat untuk mendukung tugas masing-masing duta besar saat menjalankan misi di negara tujuan. 
     
"Kami malah senang bisa datang bertemu dengan Bu Risma. Artinya, kerja sama kami khususnya perwakilan duta-duta besar baru dalam bertugas, nanti bisa meningkatkan kerja sama kami yang selama ini sudah ada," katanya.
     
Ia menambahkan sebelumnya pihaknya juga telah melakukan kunjungan ke asosiasi pengusaha industri di Surabaya dan beberapa kota Jawa Timur. Ia menjelaskan bahwa pengembangan ekonomi lokal nantinya akan menjadi fokus utama untuk dikembangkan ke luar negeri. 
     
"Kami  kemarin juga ketemu dengan asosiasi pengusaha. Jadi saya kira, potensi (ekonomi) itu akan kita kembangkan, akan kita kerja samakan lebih lanjut," katanya.
     
 Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyambut baik kedatangan para Duta Besar dan Konjen RI tersebut. Kedatangan mereka ini bukan yang pertama kalinya karena sebelum berangkat menjalankan tugas, mereka biasanya berkunjung ke beberapa pihak untuk melakukan "sharing" sekaligus meminta saran. 
     
"Sebetulnya (kunjungan) ini bukan pertama kali, sudah dua atau tiga kali . Sebelum mereka bertugas, mereka ke sini dulu," kata Risma.
     
Risma berbagi beberapa hal kepada para Duta Besar dan Konjen RI di antaranya potensi pangsa pasar asing, serta pengalaman-pengalaman saat ia berkunjung dan berinteraksi langsung dengan dunia internasional. 
     
"Saya sering keluar negeri, jadi pengalaman apa itu yang tak sampaikan. Bagaimana hubungan 'sister city' itu bisa imbang. Nah itu yang tak sampaikan tadi," katanya.
     
Wali Kota Risma mengatakan selama ini orang menganggap bahwa potensi pasar luar negeri itu bagus. Namun, ia menilai, seharusnya yang menjadi fokus utama adalah bagaimana memperbaharui daya beli masyarakat lokal. 
     
Alasannya, ia mencontohkan, jika saja salah satu kota di luar negeri penduduknya hanya 300 ribu sampai 1 juta, namun mereka bisa hidup sejahtera dan makmur, seharusnya kota-kota Indonesia bisa lebih sejahtera, karena jumlah penduduknya lebih unggul. 
     
"Mungkin sekitar berapa persen itu miskin. Nah, bagaimana memperbaharui yang miskin ini supaya dia bisa membeli produk. Artinya, saya mencoba konsentrasi di pasar lokal," katanya.
     
Dengan begitu, lanjut dia, industri-industri lokal khususnya para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bisa meningkat. Ia menjelaskan, dalam persaingan dunia industri global, ada standar-standar persyaratan yang harus dipenuhi, namun jika tidak bisa memenuhi hal itu, justru dapat merugikan pelaku industri sendiri. 
     
Untuk itu, ia mengimbau bahwa standarisasi menjadi aspek utama, sebelum pelaku industri itu ingin mengembangkan sayap ke dunia internasional. "Kita kalau tidak hati-hati justru kita kemudian akan kalah, dan itu kalahnya bahaya sekali, karena biaya yang sudah kita keluarkan untuk pengiriman itu biayanya tidak mudah," katanya.
     
Pada pertemuan itu dihadiri oleh beberapa Pejabat Pendamping dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI yakni, Okto Dorinus Manik (Kepala Biro Hukum dan Administrasi Kementerian dan Perwakilan), Daniel Tumpal Simanjuntak (Direktur Afrika), Ratu Silvy Gayatri (Sesditjen Amerika dan Eropa), Rossy Verona (Sesditjen Asia Pasifik dan Afrika), Rainer Lauhanapessy (Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Amerika I) dan Suaji Raja (Pejabat Fungsional Diplomat Direktorat Timur Tengah).
     
Sementara itu, untuk Duta Besar dan Konjen RI yang hadir yakni, Abdul Kadir Jailani Duta (Kanada), Usra Hendra Harahap (Nigeria), Julang Pujianto (Suriname), Chandra Widya Yudha (Serbia), Berlian Napitupulu (Korea Utara), Hajriyanto Thohari (Lebanon), Cheppy Wartono (Mexico), Arrmanatha Nasir (Perancis), Andriana Supandy (Papua Nugini), Abdurrahman Dimas Wahab (Hongaria), Siti Nugraha Mauludiah (Polandia), Al Busya Basnur (Ethiopia), Wajid Fauzi (Syria) dan Saud Purwanto Krisnawan (Los Angeles - AS). (*)


 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019