Malang (Antaranews Jatim) - Rektor IKIP Budi Utomo Malang Dr Nurcholis Sunuyeko menyatakan bahwa lulusan perguruan tinggi yang dipimpinnya tidak hanya jago kandang, tetapi harus bisa menembus kancah nasional, bahkan internasional yang diawali dengan magang mengajar di luar negeri.
"Duta-duta pendidik yang akan membawa nama baik kampus dan negara ini bukan hanya sebagai jago kandang, tapi juga harus mampu menjadi jago di negara lain, bahkan siap berkompetisi antar-negara," kata Nurcholis Sunuyeko di sela melepas tujuh mahasiswi perguruan tinggi itu untuk magang mengajar di Thailand, Jumat.
Menurut Nurcholis, ke depan, ladang mahasiswa tidak hanya di Indonesia, tapi juga internasional. Oleh karenanya, lulusan IKIP Budi Utomo (IBU) harus bisa mengepakkan sayap dan siap berkompetisi di kancah internasional, tidak hanya menjadi jago kandang.
Apalagi, lanjut Ketua Forki Kota Malang itu, tidak lama lagi, sekitar akhir Februari atau awal Maret 2019, IBU juga menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Kamboja, sehingga akan lebih banyak peluang dan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengeksplore kemampuan, tidak hanya di kampus atau di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Pelepasan mahasiswa magang mengajar di Thailand itu juga dihadiri puluhan mahasiswa yang tengah mengikuti program Penelitian Tindakan Kelas (PTK), harapannya puluhan PTK ini akan menyusul bukan hanya di Thailand, tapi Asia dan internasional.
Menurut Nurcholis, IBU menjadi pioner di Malang sebagai perguruan tinggi yang bisa mendarmabaktikan mahasiswanya di negara lain. Meski dari kota kecil, IBU harus bisa mengangkat sebagian generasi muda negeri ini sebagai duta bangsa.
"Pesan saya, jaga nama baik IBU dan bangsa Indonesia selama di negeri orang," kata Nurcholis.
Sementara itu, tujuh mahasiswa yang diberangkatkan untuk magang di Yayasan Lukmanulhakeem, Yala, Thailand, tersebut, harus bersaing ketat dengan 41 peserta tes lainnya yang juga berkeinginan magang mengajar di Negeri Gajah Putih tersebut.
Materi tes yang harus dijalani para peserta, di antaranya kemampuan mengajar bahasa Inggris, bahasa Indonesia, membaca Alquran, motivasi, dan saving money untuk pembelian tiket pulang pergi Indonesia-Thailand. Sedangkan untuk biaya hidup dan tempat tinggal sudah ditanggung pihak Thailand.
Lebih lanjut, mantan Wakil Ketua PSSI Kota Malang itu menambahkan, pemberangkatan ketujuh mahasiswa ke Thailand tersebut merupakan tahap pertama, sebab akan dilakukan secara berkelanjutan seiap bulan dan beralngsung selama satu tahun, dimana setiap bulan ada empat mahasiswa yang diberangkatkan.
"Pada tahap pertama ini seharusnya juga empat mahasiswa, namun pihak Thailand minta tambahan kuota menjadi tujuh mahasiswa," ucapnya.
Ketujuh mahasiswa yang diberangkatkan magang mengajar di Thailand itu adalah Eka Akhmaliatul Janah (Bahasa dan Sastra Indonesia), Nuria Ulfa Eka Juli Yanti, Wempi Sisilia Huda (Bahasa Inggris), Ida Liyatul Ulyah, Khumaini Maulida (Bahasa dan Sastra Indonesia), Hilma Zuroida (Pendidikan Bahasa Inggris) dan Hikmah Arzilia (Pendidikan Bahasa Inggris).
Ketujuh mahasiswa yang magang mengajar itu diberangkatkan pada 29 Januari 2019 dan didampingi seorang dosen. Mereka akan mengajar di sejumlah sekolah, baik jenjang SD, SMP maupun SMA di bawah naungan Yayasan Lukmanulhakeem.
Mahasiswa yang lolos program magang mengajar di Thailand tersebut, tetap mendapatkan nilai dan akan dikonversikan ke salah satu mata kuliah wajib. Mereka bisa memilih dikonversikan ke nilai Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) atau praktik mengajar, serta Pengabdian Masyarakat Berbasis Pendidikan (PMBP).
Sementara itu, salah seorang mahasiswi peserta magang mengajar yang akan diberangkatkan ke Thailand, Nuria Ulfa Eka mengaku mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, meski harus mengeluarkan dana pribadi untuk pembelian tiket berangkat dan pulang ke Tanah Air.
"Saya tidak masalah harus mengeluarkan uang untuk 'saving money', apalagi orang tua saya juga memberikan dukungan penuh. Bagi saya kesempatan tidak akan datang dua kali, sekarang berangkat (diambil) atau tidak sama sekali," tutur mahasiswi semester 4 asal Pamekasan, Madura, Jawa Timur, tersebut.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Duta-duta pendidik yang akan membawa nama baik kampus dan negara ini bukan hanya sebagai jago kandang, tapi juga harus mampu menjadi jago di negara lain, bahkan siap berkompetisi antar-negara," kata Nurcholis Sunuyeko di sela melepas tujuh mahasiswi perguruan tinggi itu untuk magang mengajar di Thailand, Jumat.
Menurut Nurcholis, ke depan, ladang mahasiswa tidak hanya di Indonesia, tapi juga internasional. Oleh karenanya, lulusan IKIP Budi Utomo (IBU) harus bisa mengepakkan sayap dan siap berkompetisi di kancah internasional, tidak hanya menjadi jago kandang.
Apalagi, lanjut Ketua Forki Kota Malang itu, tidak lama lagi, sekitar akhir Februari atau awal Maret 2019, IBU juga menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Kamboja, sehingga akan lebih banyak peluang dan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengeksplore kemampuan, tidak hanya di kampus atau di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Pelepasan mahasiswa magang mengajar di Thailand itu juga dihadiri puluhan mahasiswa yang tengah mengikuti program Penelitian Tindakan Kelas (PTK), harapannya puluhan PTK ini akan menyusul bukan hanya di Thailand, tapi Asia dan internasional.
Menurut Nurcholis, IBU menjadi pioner di Malang sebagai perguruan tinggi yang bisa mendarmabaktikan mahasiswanya di negara lain. Meski dari kota kecil, IBU harus bisa mengangkat sebagian generasi muda negeri ini sebagai duta bangsa.
"Pesan saya, jaga nama baik IBU dan bangsa Indonesia selama di negeri orang," kata Nurcholis.
Sementara itu, tujuh mahasiswa yang diberangkatkan untuk magang di Yayasan Lukmanulhakeem, Yala, Thailand, tersebut, harus bersaing ketat dengan 41 peserta tes lainnya yang juga berkeinginan magang mengajar di Negeri Gajah Putih tersebut.
Materi tes yang harus dijalani para peserta, di antaranya kemampuan mengajar bahasa Inggris, bahasa Indonesia, membaca Alquran, motivasi, dan saving money untuk pembelian tiket pulang pergi Indonesia-Thailand. Sedangkan untuk biaya hidup dan tempat tinggal sudah ditanggung pihak Thailand.
Lebih lanjut, mantan Wakil Ketua PSSI Kota Malang itu menambahkan, pemberangkatan ketujuh mahasiswa ke Thailand tersebut merupakan tahap pertama, sebab akan dilakukan secara berkelanjutan seiap bulan dan beralngsung selama satu tahun, dimana setiap bulan ada empat mahasiswa yang diberangkatkan.
"Pada tahap pertama ini seharusnya juga empat mahasiswa, namun pihak Thailand minta tambahan kuota menjadi tujuh mahasiswa," ucapnya.
Ketujuh mahasiswa yang diberangkatkan magang mengajar di Thailand itu adalah Eka Akhmaliatul Janah (Bahasa dan Sastra Indonesia), Nuria Ulfa Eka Juli Yanti, Wempi Sisilia Huda (Bahasa Inggris), Ida Liyatul Ulyah, Khumaini Maulida (Bahasa dan Sastra Indonesia), Hilma Zuroida (Pendidikan Bahasa Inggris) dan Hikmah Arzilia (Pendidikan Bahasa Inggris).
Ketujuh mahasiswa yang magang mengajar itu diberangkatkan pada 29 Januari 2019 dan didampingi seorang dosen. Mereka akan mengajar di sejumlah sekolah, baik jenjang SD, SMP maupun SMA di bawah naungan Yayasan Lukmanulhakeem.
Mahasiswa yang lolos program magang mengajar di Thailand tersebut, tetap mendapatkan nilai dan akan dikonversikan ke salah satu mata kuliah wajib. Mereka bisa memilih dikonversikan ke nilai Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) atau praktik mengajar, serta Pengabdian Masyarakat Berbasis Pendidikan (PMBP).
Sementara itu, salah seorang mahasiswi peserta magang mengajar yang akan diberangkatkan ke Thailand, Nuria Ulfa Eka mengaku mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya, meski harus mengeluarkan dana pribadi untuk pembelian tiket berangkat dan pulang ke Tanah Air.
"Saya tidak masalah harus mengeluarkan uang untuk 'saving money', apalagi orang tua saya juga memberikan dukungan penuh. Bagi saya kesempatan tidak akan datang dua kali, sekarang berangkat (diambil) atau tidak sama sekali," tutur mahasiswi semester 4 asal Pamekasan, Madura, Jawa Timur, tersebut.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019