Surabaya (Antaranews Jatim) - Penampilan Kepala Polrestabes Surabaya Kombes Pol. Rudi Setiawan dalam pertunjukan kesenian tradisional dengan tema "Jogo Suroboyo" yang digelar di Balai Pemuda Surabaya, Minggu, memukau banyak penonton.    
     
"Saya tidak nyangka, Pak Kapolrestabes bagus memainkan perannya. Meski tidak menggunakan bahasa khas arek Suroboyo, tapi substansinya mengena," kata salah seorang penonton, Indra saat melihat acara tersebut.
     
Selain itu, lanjut dia, kapolrestabes bisa cepat melakukan improvisasi sehingga penampilannya terlihat tidak terlalu tegang dan tidak mononton pada saat pertunjukan ludruk berlangsung. 
     
Sementara itu, Sutradara Ludruk tema "Jogo Surobyo", Meimura mengatakan meski kapolrestabes berasal dari Lampung, tapi bisa dengan baik memainkan perannya dalam ludruk. 
     
"Beliau juga berkenan ikut berlatih bersama dengan anak-anak. Ini sesuatu yang luar biasa," katanya. 
     
Menurut dia, ludruk ini berbeda dengan akting lainnya karena pemeran lelaki dituntut sampai bisa memerankan seorang perempuan. Selain itu, lanjut dia, ludruk juga bagian dari pergerakan bangsa ini merebut kemerdekaan RI.
     
"Malam hari memberikan informasi kepada masyarakat dengan ludruk dan pagi hari mengangkat senjata. Itu yang terjadi saat itu," katanya. 
     
Ia mengatakan banyak literasi yang bisa didapatkan terkait sejarah ludruk. Ludruk merupakan teater besar yang dimiliki Jatim, khususnya Surabaya. Ludruk 
merupakan teater lengkap yang meliputi seni sastra, seni musik, seni suara, seni rupa dan seni peran. 
     
"Kami mencoba menjadi pertunjukan ludruk saat ini mendekatkan pada era kekinian," katanya.
     
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol. Rudi Setiawan mengatakan bahwa penampilannya dalam ludruk kali ini adalah pengalaman pertama yang cukup menegangkan, seru sekaligus menyenangkan.
     
"Ini pertama saya ikut main ludruk. Tapi seru dan menegangkan," kata Kombes Pol. Rudi Setiawan usai pertunjukan ludruk.
     
Menurut dia, tidak banyak persiapan atau latihan pada saat memerankan sosok Moehammad Jasin yakni seorang inspektur atau pemimpin Polisi Istimewa, salah satu kekuatan tempur militer hasil bentukan Jepang pada saat perang 10 November 1945.
     
Ia mengaku dalam pertunjukan ludruk tersebut hanya ikut latihan sekali. "Saya datang kemudian dikasih naskah dan langsung latihan," ujarnya.
     
Saat ditanya kesulitan, Rudi mengaku selama ini hanya belum pernah main ludruk sehingga pada saat tampil agak menegangkan. "Ada sesuatu yang belum kita lakukan. Tapi ternyata bisa improvisasi dan menjiwai sehingga bisa mengedukasi ke masyarakat," katanya.
   
Rudi mengatakan ludruk merupakan seni drama yang berasal dari Kota Surabaya
yang sudah lama mungkin ditinggalkan atau dilupakan oleh kebanyakan warga. Untuk itu,  ia mengajak warga Surabaya untuk menghidupkan kembali  kesenian itu.
     
"Mari mulai saat ini mencoba melesatrikan budaya yang ada di Surabaya. Kita terus menjaga Kota Surabaya," katanya.
     
Adapun pemeran lainnya di acara tersebut yakni Adrian Perkasa (akademisi Unair), Autar Abdillah (akademisi Unesa), Seno Bagaskara (Ketua Aliansi Pelajar Surabaya) dan lainnya. (*)

Video Oleh Abdul Hakim
 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019