Madiunn (Antaranews Jatim) - Hama tikus menyerang puluhan hektare lahan padi di sejumlah wilayah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, hingga meresahkan petani karena dapat berimbas pada gagal panen.
Ketua Gapoktan Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Suyatno mengatakan, dari 222 hektare sawah di Kedungrejo, seluas 74 hektare di antaranya terserang hama tikus.
"Serangan tikus ini sudah dua kali sejak tanaman padi disemai. Kami juga harus gropyokan pada malam hari untuk membasmi tikus. Kalau tidak, padi yang sekarang berumur 40 hari ini tak bisa dipanen," ujar Suyatno kepada wartawan di Madiun, Sabtu.
Meski susah, para petani di desanya terus melakukan pembasmian hama tikus. Jika terlampau sering disemprot pestisida, justru meningkatkan kekebalan tikus.
Jika mengandalkan jebakan listrik, justru semakin berbahaya. Karena jika lalai, bisa mencelakai pemilik sawah.
"Karenanya, jebakan tikus dengan listrik tidak direkomendasikan. Kami membasmi tikus dengan cara tradisional yakni gropyokan," kata dia.
Menurutnya sejak sebulan terakhir ini para petani di Kecamatan Pilangkenceng intensif melakukan gropyokan tikus. Bahkan, Bupati Madiun Ahmad Dawami terlibat langsung dalam kegiatan gropyokan saat meninjau lokasi sawah yang diserang hama tikus pada Jumat (18/1).
Sementara, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun Edy Bintardjo mengatakan pemkab ikut terlibat dalam pembasmian hama tikus dengan menyediakan bantuan belerang dan pestisida. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, petani bisa mengambilnya di kantor dinas.
"Serangan tikus paling banyak terdapat di Kecamatan Pilangkenceng, Balerejo, dan Saradan," kata Edy Bintardjo.
Pihaknya menyatakan selama sebulan dilakukan gropyokan, hasilnya sangat signifikan menekan populasi tikus. Selain itu, pembasmian tikus dengan gropyokan juga dinilai lebih baik. Cara itu tidak akan mengganggu keseimbangan ekosistem. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Ketua Gapoktan Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Suyatno mengatakan, dari 222 hektare sawah di Kedungrejo, seluas 74 hektare di antaranya terserang hama tikus.
"Serangan tikus ini sudah dua kali sejak tanaman padi disemai. Kami juga harus gropyokan pada malam hari untuk membasmi tikus. Kalau tidak, padi yang sekarang berumur 40 hari ini tak bisa dipanen," ujar Suyatno kepada wartawan di Madiun, Sabtu.
Meski susah, para petani di desanya terus melakukan pembasmian hama tikus. Jika terlampau sering disemprot pestisida, justru meningkatkan kekebalan tikus.
Jika mengandalkan jebakan listrik, justru semakin berbahaya. Karena jika lalai, bisa mencelakai pemilik sawah.
"Karenanya, jebakan tikus dengan listrik tidak direkomendasikan. Kami membasmi tikus dengan cara tradisional yakni gropyokan," kata dia.
Menurutnya sejak sebulan terakhir ini para petani di Kecamatan Pilangkenceng intensif melakukan gropyokan tikus. Bahkan, Bupati Madiun Ahmad Dawami terlibat langsung dalam kegiatan gropyokan saat meninjau lokasi sawah yang diserang hama tikus pada Jumat (18/1).
Sementara, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun Edy Bintardjo mengatakan pemkab ikut terlibat dalam pembasmian hama tikus dengan menyediakan bantuan belerang dan pestisida. Jika sewaktu-waktu dibutuhkan, petani bisa mengambilnya di kantor dinas.
"Serangan tikus paling banyak terdapat di Kecamatan Pilangkenceng, Balerejo, dan Saradan," kata Edy Bintardjo.
Pihaknya menyatakan selama sebulan dilakukan gropyokan, hasilnya sangat signifikan menekan populasi tikus. Selain itu, pembasmian tikus dengan gropyokan juga dinilai lebih baik. Cara itu tidak akan mengganggu keseimbangan ekosistem. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019