Surabaya (Antaranews Jatim) - Rumah Raden Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di ujung Jalan Peneleh Gang 7 Surabaya menumbuhkan pergerakan nasional, yang berkontribusi besar dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.

Pahlawan nasional kelahiran Ponorogo, Jawa Timur, 16 Agustus 1882, itu menempati rumah tersebut sejak tahun 1915.

Cendekiawan Dimas Oky Nugroho, PhD, saat dikonfirmasi di Surabaya, Minggu, mengenang HOS Tjokroaminoto sebagai mentor politik yang baik bagi pemuda-pemuda Indonesia di eranya.

Dia menyebut kakek buyut musisi Maia Estianti ini tak hanya tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin "Sarekat Islam", yang merupakan organisasi massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional, melainkan juga sebagai guru yang telah melahirkan banyak tokoh pendiri bangsa Indonesia.

Itu karena Tjokroaminoto hingga akhir hayatnya, yang wafat pada 17 desember 1934, kerap menggelar diskusi politik dan ideologi bagi para pemuda, yang berlangsung di ruang tamu rumahnya.

Sejumlah pemuda yang pernah indekos di rumahnya bahkan tumbuh menjadi tokoh berpengaruh dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, meski beberapa di antaranya sempat berseberangan dalam ideologi pemikiran politik, seperti Musso yang dikenal sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia, Maridjan Kartosoewirjo yang mendirikan Negara Islam Indonesia, serta Soekarno yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia.

Rumah HOS Tjokroaminoto yang berlokasi di perkampungan Peneleh Surabaya telah ditetapkan Pemerintah Kota Surabaya sebagai bangunan cagar budaya sejak tahun 1996 yang terbuka untuk umum.

Dimas mendorong forum diskusi di ruang tamu rumah itu, yang dulu kerap digelar Tjokroaminoto bersama para pemuda di zamannya, agar kembali digalakkan. Salah satunya dia menginisiasi diskusi bertema "Resolusi Pemuda di Tahun Politik 2019" yang berlangsung tadi malam, Sabtu, 5 Januari.

"Di rumah ini dulu Tjokroaminoto mengasuh berbagai anak-anak muda dari berbagai kalangan dengan pemikiran yang berbeda-beda. Indonesia hari ini butuh mentor politik seperti beliau. Generasi muda Indonesia membutuhkan keteladanan dari para pemimpin-pemimpinnya yang mampu membimbing seperti yang dulu dilakukan oleh HOS Tjokroaminoto," tuturnya.

Kelanjutan forum diskusi semacam ini, lanjut dia, memang tidak harus selalu digelar bertempat di Rumah HOS Tjokroaminoto.

"Lokasi diskusi bisa memanfaatkan ruang-ruang di mana saja. Tema diskusi tak harus soal politik. Bisa mengangkat tema bermacam-macam yang terkait dengan pemberdayaan, kerja sama dan kolaborasi, yang sifatnya kerukunan dan kesejahteraan bersama," ucap pendiri Kader Bangsa Fellowship Program itu. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019