Probolinggo (Antaranews Jatim) - Harga garam krosok di tingkat petani Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur anjlok dengan kisaran Rp800 hingga Rp850 per kilogram pada akhir November 2018.
"Bulan lalu harga jual garam krosok di tingkat petani Rp1.200 per kilogram, namun sekarag garam petani dihargai Rp800 hingga Rp850 per kilogram," kata Nasution, petani garam di Desa Kebonagung, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Minggu.
Menurutnya petani garam masih berproduksi pada November ini, namun persediaan atau stok garam melimpah hingga menyebabkan gudang penyimpanan garam penuh, sehingga petani menjual hasil panennya karena tidak ada ruang lagi di gudang.
"Saya memiliki gudang berkapasitas 800 karung dengan berat per karung sekitar 85 kilogram dan saat ini gudang sudah penuh, sehingga panen garamnya di masa pancaroba ini terpaksa dijual ke tengkulak," tuturnya.
Ia mengatakan tidak ada ruang penyimpanan lagi di gudangnya, namun diperkirakan harga jual garam krosok di tingkat petani akan kembali tinggi saat musim hujan tiba
karena sebagian petani berhenti berproduksi.
"Saat musim hujan, mayoritas petani tidak memproduksi garam lagi karena minimnya sinar terik matahari yang menyebabkan tidak sempurnanya kristalisasi garam saat panen," katanya.
Ia berharap harga garam naik lagi mencapai Rp2.000 per kilogram atau bahkan bisa lebih seperti musim hujan tahun lalu yang mencapai Rp3.600 per kilogram, sehingga petani mendapatkan keuntungan dan garam yang disimpan di gudang bisa dijual di pasaran.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo menargetkan produksi garam tahun 2018 sebanyak 20.000 ton dan jumlah tersebut meningkat dibandingkan target tahun 2017 sebanyak 15.000 ton.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Bulan lalu harga jual garam krosok di tingkat petani Rp1.200 per kilogram, namun sekarag garam petani dihargai Rp800 hingga Rp850 per kilogram," kata Nasution, petani garam di Desa Kebonagung, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Minggu.
Menurutnya petani garam masih berproduksi pada November ini, namun persediaan atau stok garam melimpah hingga menyebabkan gudang penyimpanan garam penuh, sehingga petani menjual hasil panennya karena tidak ada ruang lagi di gudang.
"Saya memiliki gudang berkapasitas 800 karung dengan berat per karung sekitar 85 kilogram dan saat ini gudang sudah penuh, sehingga panen garamnya di masa pancaroba ini terpaksa dijual ke tengkulak," tuturnya.
Ia mengatakan tidak ada ruang penyimpanan lagi di gudangnya, namun diperkirakan harga jual garam krosok di tingkat petani akan kembali tinggi saat musim hujan tiba
karena sebagian petani berhenti berproduksi.
"Saat musim hujan, mayoritas petani tidak memproduksi garam lagi karena minimnya sinar terik matahari yang menyebabkan tidak sempurnanya kristalisasi garam saat panen," katanya.
Ia berharap harga garam naik lagi mencapai Rp2.000 per kilogram atau bahkan bisa lebih seperti musim hujan tahun lalu yang mencapai Rp3.600 per kilogram, sehingga petani mendapatkan keuntungan dan garam yang disimpan di gudang bisa dijual di pasaran.
Pemerintah Kabupaten Probolinggo menargetkan produksi garam tahun 2018 sebanyak 20.000 ton dan jumlah tersebut meningkat dibandingkan target tahun 2017 sebanyak 15.000 ton.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018