Probolinggo (Antaranews Jatim) - Petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, memanen garam lebih dini pada musim pancaroba saat ini guna menghindari gagal panen akibat diguyur hujan.
"Memasuki musim peralihan dari kemarau ke musim hujan cukup membuat petani garam khawatir karena biasanya hujan turun sore hari," kata petani garam Hamzah di Kabupaten Probolinggo, Sabtu.
Menurutnya para petani garam tidak mau ambil risiko, sehingga memilih panen garam lebih dini. "Biasanya saya memanen garam ketika berusia 7-10 hari di meja kristalisasi garam dan paling sering umur 8 hari dipanen," katanya.
Namun, saat ini cuaca sering mendung dan garam umur lima hari pun terpaksa dipanen daripada gagal panen, meskipun panen dini tersebut berdampak pada kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan.
"Garam yang dipanen dini memiliki kadar air yang lebih tinggi. Di sisi lain, jumlah garam yang dipanen lebih sedikit dibandingkan garam yang dipanen dalam waktu normal," ujarnya.
Ia mengatakan produksi garam yang dipanen lebih dini memang lebih sedikit dan selisihnya hampir separo.
Dengan lahan panjang 46 x 7,6 meter, petani garam asal Kraksaan itu bisa memanen 36 karung garam, dengan berat rata-rata 80-85 kilogram per karung jika masa panen 8 hari.
"Kalau panen lima hari, dapatnya sekitar 20 karung," katanya, menambahkan.
Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo Buhar mengakui masih banyak petani yang memproduksi garam, kendati sudah beberapa wilayah diguyur hujan.
"Petani masih produksi garam karena hujannya turun kadang-kadang dan hujan tidak setiap hari turun," tuturnya.
Selama masih ada terik matahari, lanjut dia, lahan garam bisa dimanfaatkan dan bisa menghasilkan uang, sehingga petani garam diprediksi benar-benar berhenti memproduksi garam jika hujan mengguyur di Probolinggo setiap hari. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Memasuki musim peralihan dari kemarau ke musim hujan cukup membuat petani garam khawatir karena biasanya hujan turun sore hari," kata petani garam Hamzah di Kabupaten Probolinggo, Sabtu.
Menurutnya para petani garam tidak mau ambil risiko, sehingga memilih panen garam lebih dini. "Biasanya saya memanen garam ketika berusia 7-10 hari di meja kristalisasi garam dan paling sering umur 8 hari dipanen," katanya.
Namun, saat ini cuaca sering mendung dan garam umur lima hari pun terpaksa dipanen daripada gagal panen, meskipun panen dini tersebut berdampak pada kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan.
"Garam yang dipanen dini memiliki kadar air yang lebih tinggi. Di sisi lain, jumlah garam yang dipanen lebih sedikit dibandingkan garam yang dipanen dalam waktu normal," ujarnya.
Ia mengatakan produksi garam yang dipanen lebih dini memang lebih sedikit dan selisihnya hampir separo.
Dengan lahan panjang 46 x 7,6 meter, petani garam asal Kraksaan itu bisa memanen 36 karung garam, dengan berat rata-rata 80-85 kilogram per karung jika masa panen 8 hari.
"Kalau panen lima hari, dapatnya sekitar 20 karung," katanya, menambahkan.
Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo Buhar mengakui masih banyak petani yang memproduksi garam, kendati sudah beberapa wilayah diguyur hujan.
"Petani masih produksi garam karena hujannya turun kadang-kadang dan hujan tidak setiap hari turun," tuturnya.
Selama masih ada terik matahari, lanjut dia, lahan garam bisa dimanfaatkan dan bisa menghasilkan uang, sehingga petani garam diprediksi benar-benar berhenti memproduksi garam jika hujan mengguyur di Probolinggo setiap hari. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018