Jember (Antaranews Jatim) - Dua anjing pelacak narkoba tim K-9 Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kantor Wilayah Jawa Timur I unjuk kebolehan dengan menemukan narkoba jenis sabu-sabu di Gedung Multimedia Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jember, Jumat.
Unjuk kebolehan tim K-9 DJBC Kanwil Jatim I diperagakan di hadapan mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis sebelum mereka menerima materi kuliah umum bertema "Peran Bea Cukai dan Manfaat Cukai Dalam Pembangunan Daerah" yang disampaikan oleh Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi.
"Ini Bolli, tipe anjing pelacak narkoba yang agresif yang tugasnya melacak narkoba yang ada di bagasi bawaan penumpang, sedangkan rekannya Frendiska bertipe pasif yang tugas sehari-harinya adalah melacak penumpang yang dicurigai membawa narkoba," kata Ketua Tim K-9 DJBC Kanwil Jatim I Robert di Jember.
Untuk membuktikan kemampuan dua anjing labrador hitam itu, Robert meletakkan beberapa kardus dalam kondisi tertutup rapat yang disegel dengan selotip tebal dan salah satu kardus di antaranya berisi sabu-sabu.
Begitu diperintahkan oleh sang pawang (handler), Bolli langsung bereaksi dan gerakannya gesit memeriksa setiap kardus yang ada, sehingga tanpa kesulitan Bolli pun menemukan target yang disiapkan sang pawang.
Di peragaan kedua, Robert yang dibantu dua pawang meminta sepuluh peserta kuliah umum untuk berdiri antre seperti pemeriksaan imigrasi di bandara dan salah satu peraga membawa tas kecil yang berisi narkoba.
Anjing Frendiska menghampiri setiap peraga dan berhasil menemukan sang pembawa obat methamphetamin itu. "Itulah bedanya Bolli yang tipe agresif dengan Frendiska yang tipe pasif. Frendiska sudah kami latih memiliki kemampuan mengendus narkoba, tanpa harus membuat target penumpang yang diperiksa menjadi resah atau ketakutan," katanya.
Untuk membentuk anjing pelacak narkoba yang handal tentu bukan perkara yang mudah, seperti yang diceritakan oleh sang pawang Jaka Maulana yang mengatakan anjing yang terpilih akan mendapatkan pelatihan intensif selama tiga bulan.
"Walaupun sudah mendapatkan pelatihan, setiap anjing pelacak harus terus berlatih karena jenis narkoba yang ada juga terus berkembang," ujarnya.
Ia mengatakan setiap pagi semua anjing pelacak narkoba yang dimiliki oleh DJBC Kanwil Jatim I diajak berlatih berlari agar selalu sehat dan siap bertugas, serta setiap anjing juga dilatih berdisiplin.
"Misalnya makan harus tepat waktu dengan jumlah yang juga sudah ditentukan, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang sesuai arahan dokter hewan yang tujuannya agar mereka selalu siap sedia bertugas," katanya.
Jaka menjelaskan pada dasarnya setiap anjing memiliki kemampuan untuk menjadi anjing pelacak, namun memang jenis anjing tertentu diketahui memiliki kemampuan yang lebih baik untuk dijadikan anjing pelacak seperti jenis labrador.
"Setiap kali berdinas, anjing pelacak bertugas selama kurang lebih delapan jam, sehingga mirip jam kerja karyawan pada umumnya. Bahkan untuk Frendiska itu sudah pernah menggagalkan kasus pengiriman ganja cair di Kantor Pos Pasar Besar Jakarta," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Unjuk kebolehan tim K-9 DJBC Kanwil Jatim I diperagakan di hadapan mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis sebelum mereka menerima materi kuliah umum bertema "Peran Bea Cukai dan Manfaat Cukai Dalam Pembangunan Daerah" yang disampaikan oleh Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi.
"Ini Bolli, tipe anjing pelacak narkoba yang agresif yang tugasnya melacak narkoba yang ada di bagasi bawaan penumpang, sedangkan rekannya Frendiska bertipe pasif yang tugas sehari-harinya adalah melacak penumpang yang dicurigai membawa narkoba," kata Ketua Tim K-9 DJBC Kanwil Jatim I Robert di Jember.
Untuk membuktikan kemampuan dua anjing labrador hitam itu, Robert meletakkan beberapa kardus dalam kondisi tertutup rapat yang disegel dengan selotip tebal dan salah satu kardus di antaranya berisi sabu-sabu.
Begitu diperintahkan oleh sang pawang (handler), Bolli langsung bereaksi dan gerakannya gesit memeriksa setiap kardus yang ada, sehingga tanpa kesulitan Bolli pun menemukan target yang disiapkan sang pawang.
Di peragaan kedua, Robert yang dibantu dua pawang meminta sepuluh peserta kuliah umum untuk berdiri antre seperti pemeriksaan imigrasi di bandara dan salah satu peraga membawa tas kecil yang berisi narkoba.
Anjing Frendiska menghampiri setiap peraga dan berhasil menemukan sang pembawa obat methamphetamin itu. "Itulah bedanya Bolli yang tipe agresif dengan Frendiska yang tipe pasif. Frendiska sudah kami latih memiliki kemampuan mengendus narkoba, tanpa harus membuat target penumpang yang diperiksa menjadi resah atau ketakutan," katanya.
Untuk membentuk anjing pelacak narkoba yang handal tentu bukan perkara yang mudah, seperti yang diceritakan oleh sang pawang Jaka Maulana yang mengatakan anjing yang terpilih akan mendapatkan pelatihan intensif selama tiga bulan.
"Walaupun sudah mendapatkan pelatihan, setiap anjing pelacak harus terus berlatih karena jenis narkoba yang ada juga terus berkembang," ujarnya.
Ia mengatakan setiap pagi semua anjing pelacak narkoba yang dimiliki oleh DJBC Kanwil Jatim I diajak berlatih berlari agar selalu sehat dan siap bertugas, serta setiap anjing juga dilatih berdisiplin.
"Misalnya makan harus tepat waktu dengan jumlah yang juga sudah ditentukan, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang sesuai arahan dokter hewan yang tujuannya agar mereka selalu siap sedia bertugas," katanya.
Jaka menjelaskan pada dasarnya setiap anjing memiliki kemampuan untuk menjadi anjing pelacak, namun memang jenis anjing tertentu diketahui memiliki kemampuan yang lebih baik untuk dijadikan anjing pelacak seperti jenis labrador.
"Setiap kali berdinas, anjing pelacak bertugas selama kurang lebih delapan jam, sehingga mirip jam kerja karyawan pada umumnya. Bahkan untuk Frendiska itu sudah pernah menggagalkan kasus pengiriman ganja cair di Kantor Pos Pasar Besar Jakarta," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018