Jember (Antaranews Jatim) - Beras menjadi salah satu komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi pada bulan November 2018 di Kabupaten Jember, Jawa Timur, kata Kepala Seksi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Candra Birawa.
     
"Beras menjadi komoditas penyumbang deflasi selama dua bulan terakhir, yakni September dan Oktober, sehingga kemungkinan harga beras akan naik seiring dengan habisnya masa panen dan kemungkinan bisa menjadi penyumbang inflasi pada bulan berikutnya," katanya di Jember, Kamis.
     
Selain beras, komoditas yang diprediksi menyumbang inflasi, yakni telur ayam ras seiring dengan meningkatnya kebutuhan menjelang Hari Raya Natal.
     
"Kami berharap Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember mewaspadai kenaikan dua komoditas tersebut dan melakukan langkah-langkah untuk mengendalikan laju inflasi November 2018," tuturnya.
     
Sementara itu, stok beras di Bulog Subdivre XI Jember tercatat sekitar 45 ribu ton setara beras yang tersimpan di sejumlah gudang yang dimiliki Bulog. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat penerima bantuan selama 13 bulan ke depan.
     
Wakil Ketua TPID Jember Hestu Wibowo mengatakan, biasanya tren inflasi terjadi pada November dan Desember karena kebutuhan meningkat dan stok beras juga berkurang, namun secara nasional dan daerah stok beras cukup aman.
     
"Kalau melihat karakteristiknya, sebenarnya Jember adalah produsen beras dan adanya tekanan terhadap ketersediaan beras juga agak kecil, sehingga kami masih optimistis bahwa komoditas beras tidak akan memberikan tekanan yang besar terhadap inflasi pada Novemver 2018," tuturnya.
     
Kendati demikian, lanjut dia, TPID terus melakukan koordinasi dan langkah-langkah dengan Bulog dan Disperindag untuk mengendalikan inflasi di Kabupaten Jember, khususnya terkait harga beras.
     
"Kami akan memantau pasar dan setiap hari harga bahan pokok dipantau, sehingga ketika harga sudah mulai meningkat, maka biasanya akan melakukan kerja sama untuk melakukan inspeksi mendadak guna mengetahui apakah peningkatan tersebut wajar atau tidak," katanya.
     
Kalau harga beras dinilai tidak wajar karena meningkat dan tinggi, TPID akan berkoordinasi dengan Bulog dan Disperindag untuk menggelar operasi pasar dalam rangka stabilisasi harga beras di pasaran.
     
"Beberapa hal tersebut dilakukan TPID sebagai langkah-langkah untuk mengendalikan inflasi di daerah, sehingga harga bahan pokok, terutama beras bisa dikendalikan dan tidak menjadi penyumbang inflasi," ujarnya.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018