Surabaya (Antaranews Jatim) - Sejumlah pemain drama kolosal "Surabaya Membara" mengirim doa untuk para korban yang saat menyaksikan pertunjukan tersebut, Jumat (9/11), berjatuhan dari atas viaduk rel kereta api di Jalan Pahlawan Surabaya.
"Kepada para korban yang meninggal dunia mudah-mudahan diampuni dosa-dosanya dan mendapat tempat di sisi-Nya," ujar penggagas sekaligus penanggung jawab pertunjukan drama kolosal Surabaya Membara, Taufik "Monyong" Hidayat, kepada wartawan, usai memimpin doa di kawasan Viaduk Jalan Pahlawan Surabaya, Senin sore.
Usai mengirim doa, mereka kemudian menaburkan bunga di bawah viaduk tersebut.
"Doa tadi juga kami tujukan kepada para korban luka-luka yang sampai hari ini masih dirawat di rumah sakit agar segera pulih," ucapnya.
Drama kolosal "Surabaya Membara" telah rutin digelar selama delapan tahun terakhir di kawasan Tugu Pahlawan Surabaya dalam rangka peringatan Hari Pahlawan.
Taufik menyerahkan keputusan terkait hal itu kepada segenap pemain apakah untuk peringatan Hari Pahlawan tahun depan masih akan digelar drama kolosal, setelah pada pertunjukan yang terakhir merenggut tiga nyawa korban dari kalangan penonton, serta beberapa lainnya luka-luka.
"Karena Surabaya Membara ini milik komunitas. Dananya juga berasal dari sumbangan atau swadaya kami sendiri. Saya tidak bisa memutuskan sendiri, apakah tahun depan tetap digelar atau tidak pascakejadian ini," ucap Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur itu.
Dia lebih lanjut mengimbau masyarakat agar tidak saling menyalahkan atas kejadian tragis saat pementasan Surabaya Membara pada 9 November lalu.
"Perizinan pertunjukan yang kemarin sudah saya urus dengan menyerahkan dokumen lengkap di Polrestabes Surabaya," ucapnya.
Taufik mengaku telah tiga kali memenuhi panggilan polisi untuk dimintai keterangan terkait tragedi "Surabaya Membara". "Apapun nantinya keputusan kepolisian dalam menangani perkara ini harus kita hormati," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kepada para korban yang meninggal dunia mudah-mudahan diampuni dosa-dosanya dan mendapat tempat di sisi-Nya," ujar penggagas sekaligus penanggung jawab pertunjukan drama kolosal Surabaya Membara, Taufik "Monyong" Hidayat, kepada wartawan, usai memimpin doa di kawasan Viaduk Jalan Pahlawan Surabaya, Senin sore.
Usai mengirim doa, mereka kemudian menaburkan bunga di bawah viaduk tersebut.
"Doa tadi juga kami tujukan kepada para korban luka-luka yang sampai hari ini masih dirawat di rumah sakit agar segera pulih," ucapnya.
Drama kolosal "Surabaya Membara" telah rutin digelar selama delapan tahun terakhir di kawasan Tugu Pahlawan Surabaya dalam rangka peringatan Hari Pahlawan.
Taufik menyerahkan keputusan terkait hal itu kepada segenap pemain apakah untuk peringatan Hari Pahlawan tahun depan masih akan digelar drama kolosal, setelah pada pertunjukan yang terakhir merenggut tiga nyawa korban dari kalangan penonton, serta beberapa lainnya luka-luka.
"Karena Surabaya Membara ini milik komunitas. Dananya juga berasal dari sumbangan atau swadaya kami sendiri. Saya tidak bisa memutuskan sendiri, apakah tahun depan tetap digelar atau tidak pascakejadian ini," ucap Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur itu.
Dia lebih lanjut mengimbau masyarakat agar tidak saling menyalahkan atas kejadian tragis saat pementasan Surabaya Membara pada 9 November lalu.
"Perizinan pertunjukan yang kemarin sudah saya urus dengan menyerahkan dokumen lengkap di Polrestabes Surabaya," ucapnya.
Taufik mengaku telah tiga kali memenuhi panggilan polisi untuk dimintai keterangan terkait tragedi "Surabaya Membara". "Apapun nantinya keputusan kepolisian dalam menangani perkara ini harus kita hormati," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018