Trenggalek (Antaranres Jatim) - Pembangunan tembok penahan tebing di beberapa ruas jalur Trenggalek-Ponorogo, Jawa Timur, saat ini dilaporkan tersendat karena kendala hujan yang memicu serangkaian peristiwa longsor dan struktur beton yang tak kunjung mengering.

"Semoga beberapa hari ke depan ada panas sehingga bangunan cepat kering," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ruas Trenggalek, Ponorogo, dan Pacitan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) VIII Jawa Timur Ramlan di Trenggalek, Minggu.

Kendati pengerjaan terus dilakukan, Ramlan tidak yakin kemajuannya bisa optimal. Apalagi kondisi tebing di jalur antarkota itu kini sangat rawan terjadi pergerakan tanah yang bisa berujung longsor.

"Itu sebabnya kami membangun tembok penahan tebing yang pengerjaannya terdiri empat paket, dengan tujuan agar longsor tidak langsung mengenai jalan raya, apalagi mengenai warga/pengendara yang mungkin sedang melintas," katanya.

Ia menambahkan, struktur lapisan tanah pada tebing di jalan raya Trenggalek-Ponorogo Km-16 itu terdiri dari batu dan pasir. Akibatnya, tidak ada posisi yang mengikat pada daerah tersebut, sehingga diprediksi sangat mudah longsor.

Dia melanjutkan, dari empat ruas yang meliputi Km 16, Km 17, Km 18, dan satu lokasi di wilayah Kabupaten Ponorogo, berdasarkan studi "detail engineering design" (DED) oleh ahli geologi, lokasi yang paling berbahaya adalah di Km 16.

Hal itu dibuktikan dengan tebing yang mudah sekali longsor, seperti yang baru saja terjadi akhir-akhir ini.

"Makanya, sebelum memulai pengerjaan, kami diwanti-wanti oleh ahli geologi yang melakukan DED untuk berhati-hati ketika mengerjakan di Km 16," katanya.

Ramlan mengatakan, di tengah tingginya intensitas curah hujan yang mulai mengguyur Trenggalek pascakemarau, BBPJN terus berupaya secepatnya menyelesaikan pembangunan tembok tersebut.

Diharapkan pembangunannya yang saat ini masih setinggi lima meter bisa selesai akhir bulan ini. Mengingat ketika pekerja akan melakukan pengecoran satu meter tambahan, urung dilakukan mengingat hujan terus turun.

Sedangkan untuk targetnya, tembok penahan tebing tersebut akan dipasang setinggi tujuh meter, sehingga diharapkan bisa meminimalisasi potensi longsor.

Struktur tanah vulkanik muda dan gundulnya di tebing itu disinyalir menjadi pemicu, sehingga di lokasi itu rawan terjadi longsor.

"Kami sudah melakukan penghitungan dan dengan tembok penahan tebing itu jika terjadi longsor tidak sampai turun ke jalan. Selain itu, rencana ke depannya akan ada pengadaan alat berat untuk mengambil material longsor dibalik tembok penahan tebing," katanya. (*)

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018