Surabaya (Antaranews Jatim) - Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Dr H Muh Syarif MSi mendorong empat kepala daerah di Pulau Madura, Jawa Timur, segera melakukan konsolidasi demi percepatan pengembangan ekonomi di wilayah setempat setelah pemerintah menggratiskan tol Jembatan Suramadu.
"Saya kira pembebasan tarif tol Jembatan Surabaya-Madura atau Suramadu ini awal yang baik untuk segera menggerakkan ekonomi di Pulau Madura," katanya kepada wartawan, di sela menghadiri peresmian Jembatan Suramadu sebagai jalan non-tol, yang dipusatkan di bentang tengah jembatan sepanjang 5,4 kilometer itu, Sabtu petang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan Jembatan Suramadu sebagai jalan non-tol menyebut angka kemiskinan di berbagai daerah Jawa Timur hanya 4,6 persen, sedangkan di Madura mencapai 16 hingga 23 persen.
Terlebih, kendati Jembatan Suramadu telah berdiri dan dioperasikan sejak 10 Juni 2009, hingga kini dari empat kabupaten yang ada di wilayah Madura, dua di antaranya tergolong daerah tertinggal, yaitu Kabupaten Bangkalan dan Sampang.
Syarif meyakini, setelah Jembatan Suramadu digratiskan untuk seluruh jenis kendaraan, dua daerah tertinggal di Madura itu bisa segera diatasi.
"Pembebasan tarif tol Jembatan Suramadu ini adalah bagian dari proses pengembangan wilayah satu kawasan Madura," katanya.
Menurut ia, saat inilah waktu yang tepat bagi empat kepala daerah di Madura untuk segera melakukan konsolidasi dan saling berkomunikasi, membahas percepatan pengembangan ekonomi. "Saya yakin Madura bisa cepat membangun," ucapnya.
Syarif menyebut ada beberapa percepatan pembangunan infrastruktur yang bisa segera dilakukan, yaitu pengembangan wilayah utara Madura.
"Contohnya adalah pembangunan Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan di pesisir utara wilayah Kabupaten Bangkalan," katanya.
Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan memenuhi persyaratan sebagai pelabuhan alternatif yang bisa menggantikan posisi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
"Pembangunan Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan juga bisa mempercepat tumbuhnya industri di Madura," tuturnya.
Syarif menandaskan, pembangunan bandar udara baru di wilayah utara Pulau Madura juga sangat memungkinkan sebagai alternatif untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
"Dengan begitu usaha properti dan pariwisata di Madura bisa semakin cepat berkembang," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Saya kira pembebasan tarif tol Jembatan Surabaya-Madura atau Suramadu ini awal yang baik untuk segera menggerakkan ekonomi di Pulau Madura," katanya kepada wartawan, di sela menghadiri peresmian Jembatan Suramadu sebagai jalan non-tol, yang dipusatkan di bentang tengah jembatan sepanjang 5,4 kilometer itu, Sabtu petang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan Jembatan Suramadu sebagai jalan non-tol menyebut angka kemiskinan di berbagai daerah Jawa Timur hanya 4,6 persen, sedangkan di Madura mencapai 16 hingga 23 persen.
Terlebih, kendati Jembatan Suramadu telah berdiri dan dioperasikan sejak 10 Juni 2009, hingga kini dari empat kabupaten yang ada di wilayah Madura, dua di antaranya tergolong daerah tertinggal, yaitu Kabupaten Bangkalan dan Sampang.
Syarif meyakini, setelah Jembatan Suramadu digratiskan untuk seluruh jenis kendaraan, dua daerah tertinggal di Madura itu bisa segera diatasi.
"Pembebasan tarif tol Jembatan Suramadu ini adalah bagian dari proses pengembangan wilayah satu kawasan Madura," katanya.
Menurut ia, saat inilah waktu yang tepat bagi empat kepala daerah di Madura untuk segera melakukan konsolidasi dan saling berkomunikasi, membahas percepatan pengembangan ekonomi. "Saya yakin Madura bisa cepat membangun," ucapnya.
Syarif menyebut ada beberapa percepatan pembangunan infrastruktur yang bisa segera dilakukan, yaitu pengembangan wilayah utara Madura.
"Contohnya adalah pembangunan Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan di pesisir utara wilayah Kabupaten Bangkalan," katanya.
Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan memenuhi persyaratan sebagai pelabuhan alternatif yang bisa menggantikan posisi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
"Pembangunan Pelabuhan Tanjung Bulu Pandan juga bisa mempercepat tumbuhnya industri di Madura," tuturnya.
Syarif menandaskan, pembangunan bandar udara baru di wilayah utara Pulau Madura juga sangat memungkinkan sebagai alternatif untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
"Dengan begitu usaha properti dan pariwisata di Madura bisa semakin cepat berkembang," ucapnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018