Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Pejabat Dinas Pariwisata Pemkab Kabupaten Banyuwangi mengklaim Festival Gandrung Sewu yang sudah digelar sejak 2011 telah mampu menggerakkan ekonomi lokal serta menjadi media pembelajaran mengenai sejarah kepahlawanan melawan penjajah.

"Alhamdulillah, selama ini Festival Gandrung Sewu telah disambut antusias oleh wisatawan, dan ini berdampak positif ke ekonomi lokal. Ada ribuan warga yang menerima berkah ekonominya, mulai warung, jasa transportasi, restoran, homestay, hotel, sampai UMKM produsen oleh-oleh," ujar Kepala Dinas Pariwisata Pemkab Banyuwangi MY Bramuda di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.

Dia menjelaskan, kedatangan ribuan wisatawan dalam dan luar negeri secara langsung ikut menambah pendapatan warga Banyuwangi.

"Semoga ini bisa terus meningkat dan ikut menciptakan peluang ekonomi bagi warga," ujarnya.

Tari Gandrung adalah tari khas daerah yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di masa kolonialisme, Tari Gandrung adalah bagian tak terpisahkan dari taktik untuk melawan penjajahan.

Bramuda menjelaskan, tahun ini, pergelaran Gandrung Sewu mengangkat tema "Layar Kumendung". Penonton tidak hanya akan menyaksikan kemegahan tarian, tapi juga fragmen drama kepahlawanan yang menyertainya. Pertunjukan ini melibatkan sebanyak 1.173 penari, 64 penampil fragmen, dan 65 pemusik.

"Di pertunjukan ini koreografi tarian akan diselingi dengan fragmen drama Layar Kumendung dengan perbandingan 70 persen tarian dan 30 persen fragmen. Dijamin pertunjukan Gandrung Sewu akan semakin menarik," ujar Bramuda.

Tema Layar Kumendung merupakan salah satu judul tembang yang menjadi pengiring pada tari Gandrung. Tema ini masih berkaitan dengan tema di tahun-tahun sebelumnya yang juga mengangkat gending-gending pengiring gandrung, seperti Podo Nonton, Seblang Lukinto, dan Kembang Pepe.

Tema Layar Kumendung yang diangkat pada tahun ini, kata Bramuda, akan menampilkan kisah heroisme Bupati pertama Banyuwangi Raden Mas Alit dalam menentang pendudukan VOC Belanda di Banyuwangi. Meski kemudian Raden Mas Alit gugur dalam sebuah ekspedisi pelayaran (Layar) hingga menyebabkan kesedihan (Kumendung) bagi rakyat Banyuwangi.

"Kisah kepahlawanan itu dikemas dalam fragmen menarik, sehingga pertunjukan ini tidak sekadar peristiwa seni dan budaya, tapi juga menjadi media untuk kembali mengingat sejarah pahlawan yang telah berjasa bagi daerah ini. Sehingga kita bisa terus mencintai daerah ini serta tergerak untuk memajukannya," ujar Bramuda.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, katanya, sebelum dimulai acara selalu diawali dengan pemberian santunan kepada anak yatim dan warga kurang mampu untuk menyampaikan pesan solidaritas agar kita semua saling membantu.(*)

Baca juga: Ketika Gandrung Banyuwangi Ikut Meriahkan Pembukaan Asian Games
Baca juga: Gandrung Banyuwangi akan Unjuk Kebolehan di AS
Baca juga: Festival Gandrung Sewu Sukses Hibur Ribuan Wisatawan

Pewarta: Masuki M. Astro

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018