Jakarta (Antara) -  Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, menguat tipis 12 poin menjadi Rp15.208, sedangkan  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa pagi, dibuka menguat 10 poin menjadi 5.737,94 dari posisi sebelumnya 5.727,25.

 Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, menguat tipis 12 poin menjadi Rp15.208 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.220 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada menilai pergerakan rupiah masih memiliki kecenderungan yang stagnan di pasar valuta asing.

"Adanya rilis surplus perdagangan senilai 0,23 miliar dolar AS, meski mendapat apresiasi positif dari sejumlah kalangan terutama Kementerian Keuangan, belum banyak memberikan sentimen positif pada rupiah," kata dia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 mengalami surplus 0,23 miliar dolar AS, yang dipicu oleh surplus sektor nonmigas 1,30 miliar dolar AS meskipun sektor migas mengalami defisit 1,07 miliar dolar AS.

Di sisi lain, lanjut Reza, sentimen dari kesepakatan swap antara Indonesia dan Jepang masih belum mendapatkan tanggapan yang positif.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) dan Bank of Japan telah menandatangani amandemen perjanjian kerja sama Bilateral Swap Arrangement (BSA) pada tanggal 14 Oktober 2018.

Sebagaimana perjanjian sebelumnya, nilai fasilitas swap masih sama, yaitu sampai dengan 22,76 miliar dolar AS.

Reza memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp15.188 dan Rp15.215 per dolar AS.

"Meski rilis dari BPS terkait surplusnya neraca perdagangan belum membuat rupiah menguat, namun diharapkan tekanan global dapat lebih berkurang," ujar dia.


IHSG Menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa pagi, dibuka menguat 10 poin menjadi 5.737,94 dari posisi sebelumnya 5.727,25. Sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak naik 2,69 poin atau 0,32 persen menjadi 903,21.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Selasa, menilai kondisi surplus neraca perdagangan senilai 0,23 miliar dolar AS yang dibarengi dengan aksi beli investor asing tampaknya belum terlalu mengangkat IHSG.

Meskipun September 2018 mengalami surplus, secara akumulasi neraca perdagangan Januari sampai dengan September tahun ini tetap masih defisit 3,78 miliar dolar AS.

"Apalagi ditambah dengan stagnannya rupiah dan kembali naiknya imbal hasil obligasi membuat IHSG kehilangan momentum untuk bertahan positif," kata dia.

Reza mengatakan IHSG diharapkan selanjutnya dapat bertahan di atas support 5.689-5.700 dan resisten diharapkan dapat menyentuh kisaran 5.738-5.749.

IHSG juga diperkirakan akan terkonsolidasi terlebih dahulu sebelum kembali mengalami kenaikan. Diharapkan aksi jual tidak membesar agar tidak menambah tekanan pada IHSG.(*)

Pewarta: Calvin Basuki

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018