Palu (Antaranews Jatim) - Anak-anak pengungsi korban gempa dan likuifaksi di Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengikuti kegiatan pemulihan kondisi psikologis pada Rabu.

Tim pemulihan trauma mengajak anak-anak yang kebanyakan berusia Sekolah Dasar bermain, membaca, menulis, menggambar, dan menceritakan kembali kejadian yang mereka alami saat gempa.

"Kami belum bisa memastikan sampai kapan kegiatan pemulihan mental korban gempa dilakukan, proses pemulihan ini cukup panjang, biasanya jangka waktu dua hingga tiga bulan," kata Muhammad Basir, ahli psikologi klinis, usai mengajar anak-anak korban gempa di tenda pengungsian.

"Saya belum lihat tingkat trauma anak-anak, kami akan bagi kelompok-kelompok kecil, biasanya di situ baru bisa terdeteksi," katanya.

Ia menjelaskan pemulihan kondisi psikologi pascabencana sangat penting bagi anak-anak.

"Kan kasihan kalau sampai ada anak mengalami gangguan kejiwaan. Ini tidak boleh terjadi, sehingga kami cepat melakukan langkah antisipasi," katanya.

Basir mengatakan kegiatan pemulihan trauma pascabencana tidak hanya dijalankan di Petobo. Posko-posko pemulihan trauma juga dibangun di posko pengungsian Kelurahan Layana, Balaroa, dan Vatulemo Palu.

Upaya pemulihan pun mencakup orang-orang dewasa maupun lanjut usia.  Kepada mereka, tim antara lain memberikan ruang untuk menceritakan kembali apa yang telah dilalui saat bencana terjadi.

"Mengobati rasa takut korban bencana seperti saat ini ada tahapannya, menghadapi anak-anak, orang dewasa dan lansia punya cara masing-masing," kata Basri, yang bekerja dengan dukungan Forum Anak Sulteng. (*)

Pewarta: Muhammad Hajiji dan Moh Ridwan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018