Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kini memliki iko baru di bidang ppariwisata dengan diresmikannya Taman Gandrung Terakota (TGT) berupa ratusan patung penari gandrung yang disebar di pinggir lahan sawah terasering di kaki Gunung Ijen, Senin.
"Terakota adalah nama lain dari tembikar atau gerabah sebagai bahan dasar visualisasi penari gandrung ini. Ini adalah situs untuk merawat dan meruwat Tari Gandrung sebagai salah satu identitas budaya Banyuwangi,” ujar Sigit Pramono, penggagas Taman Gandrung Terakota yang juga pemilik Jiwa Jawa Resort saat pembukaan taman tersebut
Sigit yang juga dikenal sebagai penggagas dan founder Jaz Gunung ini menambahkan, upaya merawat dan meruwat budaya tersebut sengaja dilakukan dengan pendekatan kawasan, di mana situs budaya ini terhampar di puluhan hektare lahan persawahan yang dibiarkan tetap alami.
"Pada intinya, kesenian Gandrung memang berasal dari tradisi rakyat, yang awalnya adalah wujud syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Karena itu, situs rawat-ruwat Tari Gandrung ini pun kita hamparkan berdampingan dengan aktivitas rakyat, yaitu petani yang tetap membajak sawah dengan kerbau, menanam dan memanen padi," ujar bankir senior mantan Direktur Utama BNI tersebut.
Berada di taman tersebut, pengunjung bisa menikmati keindahan Gunung Ijen yang memiliki tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut (mdpl) di sisi barat. Di Ijen itulah terdapat kawah yang memancarkan api biru (blue flame) yang terkenal hingga mendunia. Menengok ke timur, akan terlihat birunya Selat Bali dari ketinggian.
Sigit mengatakan, pihaknya sengaja memilih bahan tanah liat yang lebih rentan. Namun, dari kerentanan itulah, ada nilai tersendiri yang akan diusung dalam galeri raksasa terbuka itu. "Justru itulah makna dan nilai yang kita tawarkan, kesenian dan ketidakabadian. Karena, yang abadi adalah proses, makna dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya," katanya.
Taman Gandrung Terakota, katanya, terinspirasi dari "Terracotta Warrior and Horses" di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Penataan terakota gandrung melibatkan kurator seni rupa dari Galeri Nasional Indonesia sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Dr Suwarno Wisetrotomo.
Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung. Memasuki kawasan itu, pengunjung dipertontonkan bukit hijau dan hamparan sawah, para petani membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat.
Di tengah hamparan tersebut terdapat amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian berjadwal dan perhelatan musik jaz.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan sangat antusias dengan tumbuhnya objek baru di Banyuwangi itu.
"Kami sangat bangga dengan antusiasme berbagai pihak untuk terus mengembangkan Banyuwangi. Ini dibangun tanpa APBD, melainkan oleh swasta yang punya kepedulian terhadap seni-budaya Banyuwangi," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Terakota adalah nama lain dari tembikar atau gerabah sebagai bahan dasar visualisasi penari gandrung ini. Ini adalah situs untuk merawat dan meruwat Tari Gandrung sebagai salah satu identitas budaya Banyuwangi,” ujar Sigit Pramono, penggagas Taman Gandrung Terakota yang juga pemilik Jiwa Jawa Resort saat pembukaan taman tersebut
Sigit yang juga dikenal sebagai penggagas dan founder Jaz Gunung ini menambahkan, upaya merawat dan meruwat budaya tersebut sengaja dilakukan dengan pendekatan kawasan, di mana situs budaya ini terhampar di puluhan hektare lahan persawahan yang dibiarkan tetap alami.
"Pada intinya, kesenian Gandrung memang berasal dari tradisi rakyat, yang awalnya adalah wujud syukur atas hasil pertanian yang melimpah. Karena itu, situs rawat-ruwat Tari Gandrung ini pun kita hamparkan berdampingan dengan aktivitas rakyat, yaitu petani yang tetap membajak sawah dengan kerbau, menanam dan memanen padi," ujar bankir senior mantan Direktur Utama BNI tersebut.
Berada di taman tersebut, pengunjung bisa menikmati keindahan Gunung Ijen yang memiliki tinggi 2.443 meter di atas permukaan laut (mdpl) di sisi barat. Di Ijen itulah terdapat kawah yang memancarkan api biru (blue flame) yang terkenal hingga mendunia. Menengok ke timur, akan terlihat birunya Selat Bali dari ketinggian.
Sigit mengatakan, pihaknya sengaja memilih bahan tanah liat yang lebih rentan. Namun, dari kerentanan itulah, ada nilai tersendiri yang akan diusung dalam galeri raksasa terbuka itu. "Justru itulah makna dan nilai yang kita tawarkan, kesenian dan ketidakabadian. Karena, yang abadi adalah proses, makna dan nilai-nilai yang melekat di dalamnya," katanya.
Taman Gandrung Terakota, katanya, terinspirasi dari "Terracotta Warrior and Horses" di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Penataan terakota gandrung melibatkan kurator seni rupa dari Galeri Nasional Indonesia sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Dr Suwarno Wisetrotomo.
Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung. Memasuki kawasan itu, pengunjung dipertontonkan bukit hijau dan hamparan sawah, para petani membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat.
Di tengah hamparan tersebut terdapat amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian berjadwal dan perhelatan musik jaz.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyatakan sangat antusias dengan tumbuhnya objek baru di Banyuwangi itu.
"Kami sangat bangga dengan antusiasme berbagai pihak untuk terus mengembangkan Banyuwangi. Ini dibangun tanpa APBD, melainkan oleh swasta yang punya kepedulian terhadap seni-budaya Banyuwangi," katanya.(*)
Editor : Slamet Hadi Purnomo
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018