Ngawi (Antaranwes Jatim) - BPBD Provisi Jawa Timur mencatat hingga akhir Agustus telah mendistribusikan air bersih 1.670 tangki ke seluruh wilayah yang krisis air sebagai upaya penanganan bencana kekeringan saat musim kemarau 2018.

"Untuk penyaluran bantuan air bersih di seluruh Jatim, totalnya sejak musim kemarau hingga akhir Agustus sudah mencapai 1.670 pengiriman dengan truk tangki. Hingga pertengahan September ini, diprediksi sudah 2.000 pengiriman truk tangki air bersih," ujar Kepala Pelaksana BPBD Jatim Suban Wahyudiono di Ngawi, Sabtu.

Dia menjelaskan cakupan penyaluran tersebut baru 13 dari 23 kabupaten/kota di Jawa Timur yang terdampak kekeringan parah.

Sesuai pemetaan BPBD, total 422 desa yang mengalami kekeringan di Jawa Timur di mana 199 desa kekeringan kritis atau tidak ada air, sedangkan sisanya 223 desa kekeringan namun masih berpotensi mendapat air.

"Sebanyak 199 desa itu tersebar di 23 kabupaten yang pada musim kemarau kali ini mengalami kekeringan," kata Suban Wahyudiono.

Salah satu dari 23 kabupaten yang mengalami kekeringan tersebut, adalah Kabupaten Ngawi, yang merupakan daerah nomor tiga terparah mengalami kekeringan.

Di Kabupaten Ngawi, hasil pemetaan BPBD setempat terdapat 45 dari 217 desa yang terdampak kekeringan. Dari jumlah 45 desa tersebut, 30 desa di antaranya kategori kekeringan kritis, sedangkan 10 desa lainnya kekeringan namun masih berpotensi mendapat air.

Sejak akhir Agustus, setiap desa berstatus kering kritis di Ngawi mulai mendapatkan bantuan air bersih dari BPBD Jatim, salah satunya Desa Dumplengan, Kecamatan Pitu.

Untuk sekali pengiriman, BPBD Jatim menyalurkan 6.000 liter air bersih yang diberikan di tandon-tandon.

Suban menyatakan pengiriman bantuan air bersih dengan truk tangki merupakan upaya jangka pendek dalam mengatasi kekeringan, sedangkan untuk jangka panjang, penanggulangan dengan pembuatan infrastruktur penyediaan air bersih bagi desa yang memiliki potensi air.

Warga desa setempat mengaku senang dengan bantuan tersebut, sebab sudah dua bulan terakhir sumur di rumah kering atau tidak ada air.

"Sangat terbantu sekali. Sebelum ada bantuan, untuk mencari air, warga terpaksa harus menuju belik di tepi Sungai Bengawan Soloyang jaraknya hingga satu kilo lebih," kata warga Desa Dumplengan, Sani.

Selama 2018, BPBD Jatim mengklaim telah menurunkan tingkat kekeringan yang melanda 422 desa hingga 25 persen.

Khusus di 223 desa masih memiliki potensi air, 126 desa di antaranya telah diberikan bantuan infrastruktur penyediaan air minum, mulai dari sumur pompa, pipanisasi, dan tandon air. (*)

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018