“Mbak Zona Atung di mana ya?,” tanya seorang ibu muda kepada tenaga sukarelawan Asian Games di area Gelora Bung Karno, Jakarta, yang kemudian dijawabnya dengan mengarahkan tangannya.

Tak hanya sekali petugas yang usianya masih remaja itu menjawab pertanyaan sama dari pengunjung di GBK. Tapi, perempuan berhijab yang ditemani dua temannya itu tetap tersenyum dan sabar mengarahkan sekaligus menunjukkan tempat yang dimaksud.

Zona Atung menjadi satu dari beberapa area umum untuk pengunjung selama pergelaran Asian Games 2018 di Jakarta, 18 Agustus hingga 2 September 2018.

Zona itu terletak di dekat Gedung Istora yang selama gelaran Asian Games menjadi lokasi paling ramai karena atlet-atlet bulu tangkis Indonesia bermain di sana.

Setiap pengunjung akan disapa oleh gapura dan boneka Atung, yang menjadi salah satu maskot Asian Games. Atung sendiri adalah maskot berbentuk Rusa Bawean.

Masuk ke zona tersebut, berjajar tenda-tenda yang menyuguhkan berbagai menu kuliner, mulai makanan nusantara, makanan jepang, makanan turki dan lain-lain, termasuk stan-stan aneka kopi.

“Enak di sini tinggal pilih makannya, tapi ramai dan saya tidak kebagian tempat duduk,” kata Gebi, salah seorang pengunjung yang datang bersama tiga rekannya.

Perempuan asal Jakarta itu sengaja datang karena ingin melihat dari dekat bagaimana suasana Asian Games di GBK, terlebih ajang seperti ini menjadi sejarah Bangsa Indonesia.

“Saya kalau ada waktu juga ingin lihat pertandingan dan mendukung atlet Indonesia berjuang,” ucapnya sembari mengaku ingin kembali saat malam penutupan yang digelar Minggu malam, 2 September 2018.

Tak hanya kuliner, pengunjung juga bisa menikmati musik yang setiap malamnya mendatangkan band dan penyanyi, baik lokal maupun yang namanya sudah menasional.

Sejumlah kios-kios dari sponsor juga berjajar, dan didalamnya menyuguhkan berbagai promosi dan permainan untuk menarik konsumen.

Di atasnya juga tergantung bola-bola lampu yang menjadi spot menarik untuk berfoto ria.

Di depan Zona Atung, juga ada Zona Kaka, yang lokasinya tepat berhadap-hadapan. Kedua zona tersebut menjadi favorit pengunjung karena memberikan berbagai fasilitas, bahkan arena permainan anak-anak ditambah layar lebar untuk nonton bareng.

Di zona yang gambarnya penuh dengan maskot badak bercula satu itu menjadi pilihan alternatif bagi pengunjung yang tidak kebagian tiket masuk arena pertandingan, khususnya bulu tangkis sehingga beramai-ramai nobar.

Tak itu saja, di area GBK juga ada Zona Bhin-Bhin, yang juga terdapat kios-kios makanan, bahkan proses transaksinya mayoritas menggunakan nontunai.

Di ketiga zona tersebut, ribuan pengunjung datang setiap malamnya. Tak hanya dari Jakarta, tapi juga luar Ibu Kota, bahkan turis-turis mancanegara juga terlihat menikmati suasana setempat.

Pengunjung yang ke zona-zona tersebut bisa masuk dari pintu 6 GBK, yang berlokasi di Jalan Sudirman, berjalan 100 meter, lalu ke kanan. Jika berjalan lurus maka pengunjung mengarah ke stadion utama sepak bola.

Setelah ke kanan, di sisi kiri pengunjung akan menjumpai Zona Bhin-Bhin, tapi bagi yang mengarah ke Zona Atung dan Kaka maka berjalan lagi hingga menemui Gedung Istora.

Dari Istora, pengunjung berjalan ke kiri dan lurus mengarah ke Gedung Jakarta Convention Center (JCC). Setelah melintasi Istora atau tepatnya sebelum arena Aquatic, pengunjung sudah sampai di Zona Atung (sisi kanan) dan Zona Kaka (sisi kiri).

Yang penting diingat, pengunjung tidak diperbolehkan membawa kendaraannya masuk ke area GBK. Dari pintu masuk, pengunjung harus berjalan kaki atau naik "shuttle" bus yang disiapkan secara gratis.

"Saya milih jalan saja, kalau naik bus antre di halte, kemudian berdiri saat kursinya penuh. Berjalan di GBK capek, tapi senang karena ramai dan suasananya Asian Games, apalagi banyak orang turisnya," kata Putra, pengunjung asal Jakarta.

Catatan lainnya, meski masuk ke setiap zona tidak dikenai biaya, tapi pengunjung yang masuk ke area GBK membayar tiket Rp10 ribu per orang. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018