Jakarta (Antaranews jatim) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang lebih dalam terjadi akibat tekanan eksternal yang berasal dari peningkatan arus modal keluar (capital outflow) Argentina.
Ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat, Darmin menganggap kondisi yang terjadi di Argentina tersebut mengejutkan karena sebelumnya sudah ada bantuan sebesar 50 miliar dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF).
"Dia (Argentina) sudah dapat bantuan dari IMF sebesar 50 miliar dolar AS. Orang-orang menganggap dia semestinya akan survive dengan itu, tetapi ternyata gerakan capital outflow makin besar makanya dia menaikkan suku bunga sampai 60 persen," kata Darmin.
Menurut dia, peningkatkan suku bunga acuan menjadi 60 persen oleh bank sentral Argentina memungkinkan adanya kegelisahan pasar finansial dan investor (market jitters).
Darmin juga mengatakan dampak eksternal dari Argentina terhadap pelemahan nilai tukar rupiah serupa dengan dampak yang sebelumnya dihasilkan dari situasi ekonomi Turki.
Namun, Darmin menilai dampak sentimen ke pasarnya akan lebih sedikit mengingat hubungan Indonesia dengan negara Amerika Latin tidak lebih besar dari hubungan Indonesia dengan Turki.
"Artinya secara umum itu akan ada dampaknya sampai dia kemudian ada jalan keluar. Bisa direm di sana baru kemudian dia tenang secara global. Negara-negara paling maju pun semua kena, bukan cuma negara berkembang," kata dia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat, Darmin menganggap kondisi yang terjadi di Argentina tersebut mengejutkan karena sebelumnya sudah ada bantuan sebesar 50 miliar dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF).
"Dia (Argentina) sudah dapat bantuan dari IMF sebesar 50 miliar dolar AS. Orang-orang menganggap dia semestinya akan survive dengan itu, tetapi ternyata gerakan capital outflow makin besar makanya dia menaikkan suku bunga sampai 60 persen," kata Darmin.
Menurut dia, peningkatkan suku bunga acuan menjadi 60 persen oleh bank sentral Argentina memungkinkan adanya kegelisahan pasar finansial dan investor (market jitters).
Darmin juga mengatakan dampak eksternal dari Argentina terhadap pelemahan nilai tukar rupiah serupa dengan dampak yang sebelumnya dihasilkan dari situasi ekonomi Turki.
Namun, Darmin menilai dampak sentimen ke pasarnya akan lebih sedikit mengingat hubungan Indonesia dengan negara Amerika Latin tidak lebih besar dari hubungan Indonesia dengan Turki.
"Artinya secara umum itu akan ada dampaknya sampai dia kemudian ada jalan keluar. Bisa direm di sana baru kemudian dia tenang secara global. Negara-negara paling maju pun semua kena, bukan cuma negara berkembang," kata dia.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018