Surabaya (Antaranews Jatim) - Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Surabaya mendamaikan dua kelompok atau organisasi massa Gerakan Pemuda Ansor dan Front Pembela Islam (FPI), menyusul pro-kontra aksi "2019 Ganti Presiden" yang memanas pada 26 Agustus lalu.

"Mereka sudah saling memaafkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. Kedua belah pihak sepakat tidak ada lagi bentrokan fisik maupun melalui perkataan di media sosial," ujar Kepala Polrestabes Surabaya Komisaris Besar Polisi Rudi Setiawan, usai menggelar silaturahmi atau pertemuan dengan perwakilan dari dua kelompok tersebut, yang berlangsung tertutup di Surabaya, Rabu.

Dia mengatakan pertemuan ini digagas oleh Forum Komunikasi Pimpinan Kota Surabaya, yang turut dihadiri Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Gerakan Pemuda Ansor Surabaya tampak dihadiri oleh ketuanya, Muhammad Farid Afif, yang juga Panglima Banser Surabaya. Sedangkan dari FPI dihadiri oleh unsur pimpinannya, salah satunya adalah Muhammad Khoiruddin, yang menjabat sebagai Sekretaris FPI Jawa Timur.

Melalui pertemuan itu, Rudi memastikan antara Gerakan Pemuda Ansor dan FPI sudah bertekad untuk bersama-sama menjaga Kota Surabaya yang aman dan damai.

Ketua Gerakan Pemuda Ansor Surabaya Muhammad Farid Afif mengatakan dalam pertemuan itu lebih mengedepankan "tabayun" atas perselisihan yang terjadi di lapangan pada 26 Agustus lalu, maupun yang kemudian berkembang di media sosial, yaitu terkait pro-kontra aksi "2019 Ganti Presiden".

"Telah tercapai kesepakatan dalam pertemuan tadi, yaitu tidak ada lagi perselisihan dan tidak ada dendam. Tadi sudah diselesaikan secara damai," ujarnya.

Sekretaris FPI Jawa Timur Muhammad Khoiruddin membenarkan pihaknya dengan Gerakan Pemuda Ansor sudah tidak ada permasalahan. "Kami telah sepakat untuk saling minta maaf. Sekarang tidak ada lagi masalah," katanya. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018