Kediri (Antaranews Jatim) - PT Gudang Garam, Tbk, Kediri, Jawa Timur, ikut memeriahkan parade mobil hias yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Kediri, dalam rangkaian acara Pekan Budaya dan Pariwisata 2018.
"Satu kehormatan bagi kami ikut memeriahkan parade mobil hias dalam rangka perayaan Pekan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kediri 2018," kata Kabid Humas PT Gudang Garam Tbk, Iwhan Tri Cahyono di Kediri, Minggu.
Dalam kesempatan ini, Gudang Garam mengusung tema Raden Panji (Panji Asmorobangun) dari Kerajaan Jenggala dan Putri Candrakirana (Dewi Sekartaji) dari Kerajaan Daha atau Kediri.
Raden Panji dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu, sedang Dewi Sekartaji sebagai titisan dari Dewi Sri. Penyatuan Panji dan Sekartaji, sebagai bentuk penyatuan pria dan wanita yang menghasilkan kesuburan atau keturunan, dijadikan simbol kesuburan padi.
Dalam acara tersebut, kata dia, juga melibatkan puluhan personel dari berbagai lembaga di internal PT Gudang Garam Tbk. Kegiatan itu juga sekaligus ikut berpartisipasi dalam acara yang digelar oleh Pemkab Kediri tersebut.
"Ini juga sebagai suatu salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan ikut berpartisipasi dalam Pekan Budaya dan Pariwisata 2018, memajukan potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Kediri," ujar Iwhan.
Sementara itu, Kisah antara Panji Asmorobangun dan Putri Candra kirana terjadi setelah kerajaan besar yang dibangun oleh Airlangga terpecah menjadi dua. Sebelum turun tahta, Airlangga memberikan kekuasaan kepada Dewi Kilisuci. Menerima jabatan yang besar itu, dia menolak dan memilih menjadi seorang pertapa saja. Jabatan yang dimiliki diberikan kepada dua adiknya yang bernama Lembu Amiluhur dan Lembu Amerdadu yang akhirnya memecah kerajaan ini menjadi dua.
Setelah berjalan lama, para pemimpin dari dua kerajaan ini memiliki putra dan putri. Dari pihak kerajaan Jenggala hadir Raden Inu Kertapati dan saudaranya. Sedangkan dari Penjalu hadir Galuh Candra Kirana (Sekartaji) dan saudara tirinya bernama Galuh Ajeng.
Untuk tetap mempererat tali persatuan antara dua saudara, Galuh Candra Kirana dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati yang sudah menaruh hati padanya sejak lama.
Dari perjodohan ini, permaisuri dari Penjalu dibunuh oleh selirnya yang merupakan ibu dari Galuh Ajeng. Selir ini akhirnya menjodohkan Galung Ajeng dengan Raden Inu Kertapati agar anaknya memiliki nasib baik ke depannya. Selir dari Jenggala ini terus berusaha membuat suaminya mau menjodohkan Galuh Ajeng degan Inu Kertapati apa pun caranya.
Mengetahui Galuh Candra Kirana sedih setelah ibunya meninggal, Raden Inu Kertapati membuat boneka. Dia membuat dua, satu untuk Galuh Candra Kirana dan satu untuk Galuh Ajeng. Boneka yang dibuat oleh Raden Inu Kertapati terbuat dari emas tapi dibungkus kain biasa dan perak tapi dibungkus sutera. Melihat hal ini Galuh Ajeng memilih boneka dengan bungkus sutera karena berharap dalamnya ada perhiasan mahal.
Namun, boneka yang didapatkan sangat buruk. Akhirnya dia merebut punya Galuh Candra Kirana. Pada konflik ini keduanya terus adu mulut hingga membuat ayah dari keduanya mengamuk. Akhirnya Galuh Candra Kirana yang tidak salah apa-apa diusir dari kerajaan dan harus pergi menemui bibinya, Dewi Kilisuci.
Setelah Galuh Candra Kirana diusir dari kerajaan, perjodohan tetap dijalankan antara Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng. Mengetahui hal ini, Galuh Candra Kirana diminta menyamar menjadi pengamen untuk datang ke Kerajaan Jenggala. Dengan penyamaran ini, dia berharap untuk bisa bertemu dengan Raden Inu Kertapati meski namanya sudah diganti menjadi Panji Semirang.
Mengetahui perjodohan tetap dijalankan, Raden Inu Kertapati akhirnya memilih pergi dari istana. Dia pergi mencari Dewi Kilisuci untuk mencari tahu perihal Galuh Candra Kirana. Berdasarkan petunjuk dari bibinya, Raden Inu Kertapati menyamar menjadi Panji Asmoro Bangun.
Setelah mencari ke sana dan kemari keduanya bertemu lagi dengan nama yang berbeda. Dua orang ini akhirnya menikah dan hidup sederhana tanpa kekayaan yang melimpah di dalam kerajaan.
Dua orang ini menjadi kisah klasik yang dipentaskan dalam drama. Kisah tentang Panji Asmorobangun dan Galuh Candrakirana yang merupakan Romeo dan Juliet ala Kerajaan Nusantara di masa lalu. Walaupun ditentang dan harus melepas status ningratnya, keduanya mampu hidup bahagia hingga akhirnya hayatnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Satu kehormatan bagi kami ikut memeriahkan parade mobil hias dalam rangka perayaan Pekan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Kediri 2018," kata Kabid Humas PT Gudang Garam Tbk, Iwhan Tri Cahyono di Kediri, Minggu.
Dalam kesempatan ini, Gudang Garam mengusung tema Raden Panji (Panji Asmorobangun) dari Kerajaan Jenggala dan Putri Candrakirana (Dewi Sekartaji) dari Kerajaan Daha atau Kediri.
Raden Panji dianggap sebagai titisan Dewa Wisnu, sedang Dewi Sekartaji sebagai titisan dari Dewi Sri. Penyatuan Panji dan Sekartaji, sebagai bentuk penyatuan pria dan wanita yang menghasilkan kesuburan atau keturunan, dijadikan simbol kesuburan padi.
Dalam acara tersebut, kata dia, juga melibatkan puluhan personel dari berbagai lembaga di internal PT Gudang Garam Tbk. Kegiatan itu juga sekaligus ikut berpartisipasi dalam acara yang digelar oleh Pemkab Kediri tersebut.
"Ini juga sebagai suatu salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan ikut berpartisipasi dalam Pekan Budaya dan Pariwisata 2018, memajukan potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Kediri," ujar Iwhan.
Sementara itu, Kisah antara Panji Asmorobangun dan Putri Candra kirana terjadi setelah kerajaan besar yang dibangun oleh Airlangga terpecah menjadi dua. Sebelum turun tahta, Airlangga memberikan kekuasaan kepada Dewi Kilisuci. Menerima jabatan yang besar itu, dia menolak dan memilih menjadi seorang pertapa saja. Jabatan yang dimiliki diberikan kepada dua adiknya yang bernama Lembu Amiluhur dan Lembu Amerdadu yang akhirnya memecah kerajaan ini menjadi dua.
Setelah berjalan lama, para pemimpin dari dua kerajaan ini memiliki putra dan putri. Dari pihak kerajaan Jenggala hadir Raden Inu Kertapati dan saudaranya. Sedangkan dari Penjalu hadir Galuh Candra Kirana (Sekartaji) dan saudara tirinya bernama Galuh Ajeng.
Untuk tetap mempererat tali persatuan antara dua saudara, Galuh Candra Kirana dijodohkan dengan Raden Inu Kertapati yang sudah menaruh hati padanya sejak lama.
Dari perjodohan ini, permaisuri dari Penjalu dibunuh oleh selirnya yang merupakan ibu dari Galuh Ajeng. Selir ini akhirnya menjodohkan Galung Ajeng dengan Raden Inu Kertapati agar anaknya memiliki nasib baik ke depannya. Selir dari Jenggala ini terus berusaha membuat suaminya mau menjodohkan Galuh Ajeng degan Inu Kertapati apa pun caranya.
Mengetahui Galuh Candra Kirana sedih setelah ibunya meninggal, Raden Inu Kertapati membuat boneka. Dia membuat dua, satu untuk Galuh Candra Kirana dan satu untuk Galuh Ajeng. Boneka yang dibuat oleh Raden Inu Kertapati terbuat dari emas tapi dibungkus kain biasa dan perak tapi dibungkus sutera. Melihat hal ini Galuh Ajeng memilih boneka dengan bungkus sutera karena berharap dalamnya ada perhiasan mahal.
Namun, boneka yang didapatkan sangat buruk. Akhirnya dia merebut punya Galuh Candra Kirana. Pada konflik ini keduanya terus adu mulut hingga membuat ayah dari keduanya mengamuk. Akhirnya Galuh Candra Kirana yang tidak salah apa-apa diusir dari kerajaan dan harus pergi menemui bibinya, Dewi Kilisuci.
Setelah Galuh Candra Kirana diusir dari kerajaan, perjodohan tetap dijalankan antara Raden Inu Kertapati dengan Galuh Ajeng. Mengetahui hal ini, Galuh Candra Kirana diminta menyamar menjadi pengamen untuk datang ke Kerajaan Jenggala. Dengan penyamaran ini, dia berharap untuk bisa bertemu dengan Raden Inu Kertapati meski namanya sudah diganti menjadi Panji Semirang.
Mengetahui perjodohan tetap dijalankan, Raden Inu Kertapati akhirnya memilih pergi dari istana. Dia pergi mencari Dewi Kilisuci untuk mencari tahu perihal Galuh Candra Kirana. Berdasarkan petunjuk dari bibinya, Raden Inu Kertapati menyamar menjadi Panji Asmoro Bangun.
Setelah mencari ke sana dan kemari keduanya bertemu lagi dengan nama yang berbeda. Dua orang ini akhirnya menikah dan hidup sederhana tanpa kekayaan yang melimpah di dalam kerajaan.
Dua orang ini menjadi kisah klasik yang dipentaskan dalam drama. Kisah tentang Panji Asmorobangun dan Galuh Candrakirana yang merupakan Romeo dan Juliet ala Kerajaan Nusantara di masa lalu. Walaupun ditentang dan harus melepas status ningratnya, keduanya mampu hidup bahagia hingga akhirnya hayatnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018