Surabaya (Antaranews Jatim) - Kelompok teater Sanggar Lidi asal Kota Surabaya mementaskan lakon berjudul "Aktivsm" di Gedung Kesenian Cak Durasim Jalan Gentengkali Surabaya, Jawa Timur, Rabu malam.

Pementasan tersebut dawali dengan adegan yang memaksa penonton mengenang berbagai pergerakan yang pernah terjadi di tanah air, mulai dari pergerakan menentang pembunuhan massal yang terjadi di era 1965 - 1966, demonstrasi Malari 1974, hingga terakhir aksi reformasi yang berhasil menggulingkan pemerintahan Orde Baru di era Presiden Soeharto tahun 1998.

Adegan selanjutnya menggambarkan pergerakan di Indonesia yang stagnan di era kini. "Naskah Aktivsm berangkat dari berbagai pergerakan dari masa ke masa yang pernah terjadi di Indonesia hingga masa sekarang pasca reformasi," ujar penulis naskah yang juga sutradara Sanggar Lidi Totenk Mahdasi Tatang Rusmawan kepada wartawan usai pementasan.

Dia menilai banyak aktivis yang di masa lalu berhasil memperjuangna kepentingan rakyat Indonesia di era sekarang justru menjual idealismenya kepada penguasa yang memiliki kepentingan tertentu.

"Meski ada juga aktivis yang sampai sekarang masih mempertahankan ideologinya namun nasibnya justru penuh dengan kesengsaraan. Untuk menghidupi keluarganya saja susah," ucap pegiat teater asal Bandung, Jawa Barat, itu.

Pementasan lakon "Aktivsm" ini, lanjut pria yang telah banyak menimba ilmu dari Bengkel Teater asuhan mendiang dramawan WS Rendra itu, merupakan ungkapan epilog darinya untuk masyarakat secara luas.

Kelompok teater Sanggar Lidi terbentuk sejak 12 Oktober 2012, yang digagas oleh Totenk bersama sejumlah seniman senior di Kota Surabaya, yaitu Ndindy Indiati dan almarhum Wiek Herwiyatmo. Para aktornya banyak melibatkan para mahasiswa dan pelajar dari berbagai sekolah dan kampus di Kota Surabaya. Lakon "Aktivsm" merupakan produksi pementasan teater ke- 11 dari Sanggar Lidi Surabaya. (*)

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Tunggul Susilo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018