Surabaya (Antaranews Jatim) - Mahasiswa Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menawarkan solusi dengan berinovasi pada sistem bagasi pesawat untuk mempermudah penumpang agar tak menunggu di bandara lama saat penumpang padat.
Salah satu mahasiswa ITS, Farras Rahardini Azizah di Surabaya, Sabtu bersama ketiga rekannya, yaitu Mayangkautserina, Ahmad Avisiena, dan Fachreza Reynaldi mengatakan inovasinya dilatarbelakangi permasalahan yang ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal 3, Cengkareng.
Farras menjelaskan, terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta kebanyakan untuk destinasi internasional, sehingga bandara sangat padat pendatang. Salah satu masalah yang masih dihadapi pengelola bandara saat ini adalah mencari cara bagaimana agar para penumpang bisa cepat mengambil barang bawaan mereka tanpa harus menunggu lama.
"Ketika masih padat akan pendatang yang menjadi permasalahan adalah sistem bagasi. Sistem bagasi ini adalah sistem agar bagasi bisa cepat sampai pada penumpang saat kedatangan di bandara," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa untuk peraturan di Indonesia sendiri regulasi "bagage handling system" diatur dengan ketetapan waktu tunggu 25 - 40 menit.
Hal itu, sangat berbeda dengan Bandara Changi Singapura yang hanya memerlukan waktu tunggu tujuh menit. Selain itu, terdapat banyak perbedaan antara Bandara Soekarno Hatta dan Changi.
"Perbedaan yang mencolok adalah konveyor di Bandara Changi lebih cepat, standar kerja lebih tinggi, dan teknologi lebih canggih," tutur dua.
Farras menambahkan bahwa di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 pada setiap pintu penerimaan bagasi hanya terdapat dua karyawan.
"Ditakutkan saat pesawat sedang datang, karyawan pada salah satu pintu konveyor akan kewalahan ketika memindahkan barang bawaan dari dolly (kereta angkut di bandara) ke konveyor dan ketika sedang tidak ramai mereka tidak melakukan apa-apa," katanya.
Solusi yang ditawarkan Farras dan timnya adalah manajemen penempatan dan alokasi waktu oleh pegawai bagian transfer bagasi ke konveyor.
"Ketika salah satu pintu konveyor bagasi sepi dan konveyor lain sedang ramai, karyawan pada konveyor sepi tersebut langsung dipindah ke bagian yang ramai untuk membantu," ujar Farras.
Dengan cara ini, kata Farras, maka dapat diminimalisasi waktu tunggu pada sebuah konveyor dengan akibat terlalu lama memindahkannya.
"Cara ini efektif apabila tidak ingin mengganti teknologi yang ada, karena dengan menambah karyawan dapat mempercepat terselesaikannya pemindahan barang," ucap Farras.
Farras juga mengatakan bahwa "bagage handling system" penting karena berkaitan dengan kepuasan konsumen. "Semakin cepat barang sampai kepada penumpang, maka semakin sedikit waktu tunggu penumpang pesawat di bandara dan tentu ini akan memenuhi kepuasan pelanggan," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
Salah satu mahasiswa ITS, Farras Rahardini Azizah di Surabaya, Sabtu bersama ketiga rekannya, yaitu Mayangkautserina, Ahmad Avisiena, dan Fachreza Reynaldi mengatakan inovasinya dilatarbelakangi permasalahan yang ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta Terminal 3, Cengkareng.
Farras menjelaskan, terminal 3 di Bandara Soekarno Hatta kebanyakan untuk destinasi internasional, sehingga bandara sangat padat pendatang. Salah satu masalah yang masih dihadapi pengelola bandara saat ini adalah mencari cara bagaimana agar para penumpang bisa cepat mengambil barang bawaan mereka tanpa harus menunggu lama.
"Ketika masih padat akan pendatang yang menjadi permasalahan adalah sistem bagasi. Sistem bagasi ini adalah sistem agar bagasi bisa cepat sampai pada penumpang saat kedatangan di bandara," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa untuk peraturan di Indonesia sendiri regulasi "bagage handling system" diatur dengan ketetapan waktu tunggu 25 - 40 menit.
Hal itu, sangat berbeda dengan Bandara Changi Singapura yang hanya memerlukan waktu tunggu tujuh menit. Selain itu, terdapat banyak perbedaan antara Bandara Soekarno Hatta dan Changi.
"Perbedaan yang mencolok adalah konveyor di Bandara Changi lebih cepat, standar kerja lebih tinggi, dan teknologi lebih canggih," tutur dua.
Farras menambahkan bahwa di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 pada setiap pintu penerimaan bagasi hanya terdapat dua karyawan.
"Ditakutkan saat pesawat sedang datang, karyawan pada salah satu pintu konveyor akan kewalahan ketika memindahkan barang bawaan dari dolly (kereta angkut di bandara) ke konveyor dan ketika sedang tidak ramai mereka tidak melakukan apa-apa," katanya.
Solusi yang ditawarkan Farras dan timnya adalah manajemen penempatan dan alokasi waktu oleh pegawai bagian transfer bagasi ke konveyor.
"Ketika salah satu pintu konveyor bagasi sepi dan konveyor lain sedang ramai, karyawan pada konveyor sepi tersebut langsung dipindah ke bagian yang ramai untuk membantu," ujar Farras.
Dengan cara ini, kata Farras, maka dapat diminimalisasi waktu tunggu pada sebuah konveyor dengan akibat terlalu lama memindahkannya.
"Cara ini efektif apabila tidak ingin mengganti teknologi yang ada, karena dengan menambah karyawan dapat mempercepat terselesaikannya pemindahan barang," ucap Farras.
Farras juga mengatakan bahwa "bagage handling system" penting karena berkaitan dengan kepuasan konsumen. "Semakin cepat barang sampai kepada penumpang, maka semakin sedikit waktu tunggu penumpang pesawat di bandara dan tentu ini akan memenuhi kepuasan pelanggan," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018