Tulungagung (Antaranews Jatim) - Lebih dari seribu warga di sekitar Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengikuti permainan tradisional "gogoh iwak" di sebuah pematang sawah yang telah ditaburi sekitar lima ton ikan budidaya dalam rangkaian kampanye pasangan calon petahana setempat, Minggu.

Tradisi gogoh iwak berlangsung seru saat warga serempak memasuki kolam sawah dan mulai berburu ikan dengan tangan tanpa bantuan alat apapun.

Panas-terik matahari tak dihiraukan. Suasana justru kian meriah lantaran kondisi sawah penuh air dan yang bertanah gembur membuat para peserta seperti mandi lumpur.

Begitu ada yang mendapat ikan, warga segera memeriksa ada/tidaknya tanda pita yang dipasang panitia.

"Hanya warga yang mendapat ikan dengan tanda pita merah atau hijau yang berhak mendapat hadiah uang tunai. Pita merah  mendapat hadiah uang Rp50 ribu, sedangkan hijau mendapat Rp100 ribu," tutur panitia penyelenggara permainan gogoh iwak, Mujito.

Tak hanya warga yang saling berebut ikan di pematang sawah. Calon Bupati petahana Syahri Mulyo juga terjun langsung ke tengah sawah. Ia berbaur dengan warga dan ikut berburu menangkap ikan dengan kedua tangannya.

"Alhamdulillah ini tadi dapat dua ekor. Sudah dapat dua dan tidak mencari lagi. Ini kebetulan nomornya bertepatan dengan nomor urut (pencalonan)," kata  Syahri Mulyo dikonfirmasi usai acara.

Ia tampak gembira melihat keramaian acara gogoh iwak yang diikuti dan ditonton ribuan warga tersebut.

Menurutnya kemasan acara dalam rangkaian kampanye dengan model permainan tradisi semacam itu bagus sebagai upaya pelestarian budaya sosial.

Kata Syahri, tradisi gogo iwak sudah ada sejak lama. Saat ia masih kecil, gogoh iwak di sawah kerap dilakukan petani dan masyarakat sebagai upaya berburu aneka ikan, terutama belut, yang biasanya berkembang biak karena pasokan air yang stabil dan minimnya penggunaan pestisida.

Namun seiring pola tanam yang cenderung berubah tiap musim, serta penggunaan teknologi pupuk nonorganik yang kurang ramah lingkungan, habitat ikan-ikan sawah terus menyusut bahkan hilang.

"Sekarang sudah sangat jarang acara gogoh iwak. Ini permainan yang membutuhkan ketekunan, kesabaran, ketelatenan dan fokus yang tinggi. Filosofinya adalah perlu kesabaran dan kerja keras untuk mencapai hasil maksimal," kata Syahri.

Selain itu, lanjut dia, acara gogoh iwak perlu sekali tempo digelar untuk menyegarkan kembali seni dan permainan tradisional agar fikiran tidak melulu mengurusi rutinitas pekerjaan maupun pengaruh budaya luar yang masuk.

"Kegiatan ini juga bisa menjadi ajang silaturahim dengan warga desa. Ini luar biasa karena ternyata respon masyarakat sangat tinggi," kata Syahri.

Ada beberapa jenis ikan yang dilepas oleh panitia dalam acara gogoh iwak tersebut, yakni lele, belut, kutuk, dan cendil. Seluruh ikan yang dilepas merupakan hasil budidaya yang diangkut menggunakan beberapa tong lalu diceburkan ke dalam sawah yang telah disiapkan penuh air-lumpur setinggi betis orang dewasa. (*)
Video Oleh Destyan H Sujarwoko

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018