Probolinggo (Antaranews Jatim) - Sistem kristalisasi "on/off" atau buka/tutup yang diterapkan Kelompok Garam Kalibuntu Sejahtera I di Desa Kalibuntu, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur diadopsi oleh sejumlah daerah untuk mengantisipasi musim hujan.

"Alhamdulillah, sistem garam on/off itu sudah mulai diadopsi oleh beberapa petani garam di luar daerah Probolinggo sejak Februari 2018," kata Ketua Kalibuntu Sejahtera I Suparyono di Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Kamis.

Ada beberapa daerah yang sudah mengadopsi sistem kristalisasi garam on/off yakni sejumlah kabupaten di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Sumenep di Madura, Rembang, Jepara sampai Tegal di Jawa Tengah, serta Indramayu di Jawa Barat.

Sistem garam on/off pertama kali dilakukan oleh Kelompok Garam Kalibuntu Sejahtera I di Desa Kalibuntu, Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo pada tahun 2017 dan sistem itu diterapkan untuk mengantisipasi musim hujan karena sebelumnya saat musim hujan, maka petani tidak bisa memproduksi garam lagi.

Suparyono sering memposting tentang garam on/off nya di sejumlah media sosial dan juga rajin memposting sistem itu di status WhatsApp, sehingga sering dilihat oleh teman-temannya, sesama petani garam.

"Mereka banyak tertarik untuk menerapkan pola yang sama dan akhirnya saya mengajari mereka dan tidak ada royalti untuk saya, namun saya hanya meminta pencantuman nama `on/off` di nama depannya," tuturnya.

Sistem on/off milik Suparyono itu diberi nama "On/Off Katup Gadis" yang merupakan kepanjangan Buka Tutup, Garam Jadi Super dan petani garam di NTB mengadopsi sistem itu dengan pemberian nama "On/Off Tulen" karena nama on/off itu ada sejarahnya bagi kelompok petani garam di Desa Kalibuntu tersebut dan hanya dimiliki Probolinggo.

Ia menjelaskan sistem on/off itu sebenarnya sederhana yakni meja kristal yang biasanya dari tanah diganti menggunakan geo isolator dan bukan hanya itu, dipasang juga batang-batang bambu berukuran kecil namun panjang dan bambu melintang dengan arah melebar.

"Dari atas bambu itu nantinya akan dipasang penutup dari geo isolator. Jadi kalau mau turun hujan, tidak perlu khawatir gagal panen yakni sukup meja kristalnya ditutup sama geo isolator dan besoknya tinggal dibuka untuk dijemur lagi," paparnya.

Dengan ukuran meja kristal 4x40 meter, lanjut dia, petani bisa panen 1,5 ton garam dalam waktu tujuh hari dan petani pun tetap bisa produksi garam ketika masa pancaroba dan musim hujan.

"Jika konsep ini diterapkan merata di seluruh wilayah sentra garam di Indonesia, maka saya yakin tidak perlu lagi ada impor garam," ujarnya.

Suparyono mengatakan produksi garam di Indonesia akan berlangsung sepanjang tahun tanpa terkendala cuaca dan para petani berharap ke depan tidak ada lagi impor, sehingga harga garam petani tetap stabil dan tidak anjlok.(*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018