Surabaya (Antaranews Jatim) - Salah satu yang menjadi andalan Taiwan, selain sebagai tempat tujuan tenaga kerja khususnya dari Indonesia, juga dikenal peduli terhadap isu-isu kesehatan.

Bagi Taiwan, kesehatan adalah isu yang sangat penting bagi seluruh umat manusia. Oleh karenanya Taiwan memiliki keunggulan dalam bidang ilmu kedokteran, riset, teknologi, dan layanan medis.

Taiwan yang pertama kali di Asia yang mengimplementasikan program Jaminan Kesehatan Nasional yang memiliki tingkat cakupan mencapai 99.9 persen. Tidak hanya itu, di panggung internasional Taiwan juga telah beralih peran dari penerima bantuan menjadi pemberi bantuan.

Taiwan banyak menciptakan sistem pencegahan penyakit yang komprehensif dan mengorganisir banyak pelatihan yang ditujukan untuk mencegah Ebola, MERS, demam berarah, dan Zika di kawasan Asia-Pasifik dan Asia Tenggara.

Director General Taipei Economic and Trade Office in Surabaya (TETOS) atau Perwakilan Taiwan di Surabaya, Jeffrey S.C. Hsiao, mengatakan TETO Surabaya berusaha untuk menggiatkan komunikasi dan kesadaran atas isu kesehatan kepada masyarakat di Jawa Timur dan Indonesia Timur dengan mengadakan kegiatan seperti memberikan bantuan medis di Maluku Selatan pada Juni 2016.

Selain itu, TETO Surabaya menjembatani NGO Taiwan dalam memberikan seminar dan penyuluhan, mengundang rumah sakit daerah untuk mengikuti training program medis yang diselenggarakan oleh Taiwan International Healthcare Training Center (TIHTC) di Taiwan secara gratis di Taiwan. Juga, memfasilitasi dan mendukung seminar dan kerja sama penelitian terkait layanan medis gawat darurat Indonesia.



Empat Aspek Kebijakan

Sementara itu, guna mengimplementasi kebijakan Menuju Ke Arah Selatan (The New Southbound Policy), TETO Surabaya memfokuskan terhadap empat aspek meliputi pertukaran talenta, promosi pariwisata Taiwan, promosi kerja sama bilateral dalam aspek ekonomi dan perdagangan dan Mendirikan Asosiasi Purna TKI Jawa Timur dan Asosiasi Teman Taiwan (Friends of Taiwan).

Saat ini, kebijakan tersebut mulai dikembangkan dengan menitikberatkan pada pengembangan talenta, inovasi dan kerja sama industri, kerja sama pertanian regional, pengembangan mata rantai industri dan kerja sama medis, Forum Yusan dan pertukaran pemuda.

"Dengan upaya ini, Taiwan berusaha untuk memperkuat rasa komunitas ekonomi regional," kata Director General TETOS Jeffrey S.C. Hsiao.

Jeffrey menjelaskan Taiwan saat ini semakin diminati sebagai destinasi studi bagi para pelajar dari Indonesia. Tidak hanya karena majunya riset dan kualitas pendidikannya, Taiwan diminati karena para mahasiswa dapat sekaligus belajar budaya dan bahasa Mandarin.

Taiwan memiliki masyarakat yang siap menerima perbedaan budaya. Untuk itu, Pemerintah Taiwan memberikan lebih banyak beasiswa bagi para pelajar khususnya dari negara-negara Asia Tenggara.

Tidak hanya memfasilitasi dari segi kebutuhan kelengkapan dokumen, TETO Surabaya berkerja sama dengan Taiwan Chamber of Commerce Surabaya dan IKATI (Ikatan Alumnus Taiwan Indonesia) setiap tahunnya mengadakan gathering alumni Taiwan dan mengumpulkan data base mereka untuk career match. Sehingga para alumnus yang kembali ke Indonesia dapat mendapatkan pekerjaan di perusahaan-perusahaan Taiwan yang berada di Jawa Timur.

Selain itu, dilakukan kerja sama antara Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Asia University untuk mendirikan Taiwan Education Center Indonesia di Surabaya.

Tidak hanya itu, Taiwan terus berbenah dalam menciptakan Muslim Friendly Tourism dengan menyediakan fasilitas ibadah di area tour dan termasuk juga memperbanyak restaurant dan hotel bersetifikat halal.

TETO Surabaya secara rutin mengadakan seminar travel ke Taiwan dengan mengundang pebisnis Tour dan Travel di Surabaya dan sekitarnya. "Seminar rutin diberikan sebagai bentuk forum diskusi dua arah, dimana kami review pelayanan dan memberikan update terkini terkait informasi wisata di Taiwan dan kami juga mendengar masukan dari instansi yang bersangkutan," katanya.

TETO Surabaya juga giat memfasilitasi kerja sama dagang antara Taiwan dengan Indonesia. Salah satu contohnya pada 19 Januari 2018, TETO Surabaya mengantarkan delegasi Menteri Ekonomi Taiwan berkunjung ke Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) yang merupakan daerah industri terintegrasi terbesar di Indonesia Timur.

Saat ini, lanjut dia, ada setidaknya 260.000 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Taiwan, 60 persen-nya berasal dari Jawa Timur. Tentu saja, tidak sedikit juga yang sudah pulang dan kembali ke daerahnya.

TETO Surabaya menjangkau mereka dan terus menjalin hubungan baik dengan cara mendirikan Asosiasi TKI Jawa Timur pada Desember 2016 bertepatan dengan ulang tahun pertama TETO Surabaya.

Bersama dengan Asosiasi ini, TETO Surabaya mengadakan forum/seminar tahunan untuk melakukan kajian dan mendengar masukan-masukan dari pelbagai instansi yang terkait seperti; BP2TKI, Asosiasi Agen TKI, Akademisi.

"Dalam forum ini kami mendengar cerita dari purna TKI, memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka, dan juga membawa kajian tersebut sebagai umpan balik bagi pembuat kebijakan terkait ketenagakerjaan di Taiwan," katanya.

Tidak hanya Asosiasi TKI, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kedua, pada Desember 2017, TETO Surabaya juga membentuk Asosiasi Teman Taiwan (Friends of Taiwan), yaitu komunitas yang terdiri dari tokoh-tokoh yang pernah diundang ke Taiwan dan memberi info terkini dari Taiwan kepada mereka.



Permudah Pengajuan Visa

Taiwan juga memberikan kemudahan bagi para calon tenaga kerja profesional khususnya Warga Negara Indonesia (WNI) untuk mengajukan visa residen bekerja di Taiwan.

Deputy Director TETO Surabaya Brian H. T. Ko mengatakan kebijakan ini terus dilakukan  Taiwan untuk mempererat kerja dengan negara-negara Asia Tenggara, khususnya Indonesia sebagai mitra penting Taiwan.

Saat ini Taiwan terus menerus memperbaharui kebijakan baru terhadap beberapa jenis visa, yakni visa wiraswasta, visa pencarian pekerjaan untuk warga nagara asing, visa mahasiswa internasional dan visa berobat.

Adapun keuntungan terhadap jenis visa yakni untuk visa wiraswasta (investasi/mendirikan perusahaan di Taiwan) yakni tidak diharuskan mendirikan perusahaan di taiwan terlebih dahulu, bisa langsung mendapatkan visa residen selama satu tahun dan dapat diperpanjang tanpa meninggalkan Taiwan.

"Dapat membawa tim maksimal tiga orang. Sekaligus juga dapat membawa pasangan dan anak yang dibawah umur 20 tahun," katanya.

Untuk visa pencarian pekerjaan bagi WNA, lanjut dia, visa ini dapat digunakan untuk mencari pekerjaan dengan masa berlaku multiple visa dan masa tinggal selama di Taiwan maksimal 180 hari pertahun.

Sedangkan untuk visa mahasiswa internasional, dijelaskan sesuai peraturan sebelumnya, mahasiswa asing wajib tinggal selama satu tahun terlebih dahulu dan kemudian dapat membawa keluarga, namun untuk peraturan baru mahasiswa S2 dan S3 bisa langsung membawa keluarga dan bisa tinggal dalam jangka waktu panjang.

Begitu juga dengan visa berobat, Brian mengatakan visa ini bisa diajukan secara daring dari bagi Imigrasi, e-visa, pengajuan visa bisa langsung melalui kantor konsulat terdekat.

Ia menjelaskan sistem kesehatan di Taiwan merupakan terbesar ketiga di dunia dan pertama di Asia. "Biaya kesehatan di Taiwan bisa bersaing dengan negara lain termasuk di Singapura. Kami di TETO bisa membantu pengurusan visa itu," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018