Malang (Antaranews Jatim) - Upaya mendaftarkan sekaligus mematenkan (sertifikasi) durian varietas baru yang dikembangkan Universitas Brawijaya (UB) Malang di kawasan Ngantang dan Jatikerto, Kabupaten Malang, masih terhambat pendanaan.
"Kami terus berusaha bagaimana caranya bisa segera mendaftarkan sejumlah varietas baru buah durian yang kami temukan selama penelitian ini ke pendaftaran varietas tanaman (PVT)," kata Direktur Agro Techno Park (ATP) Universitas Brawijaya Malang Prof Sumeru Ashari di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Menurut Semeru, hasil tanaman durian hasil penelitian UB sudah layak dijadikan bibit unggul dan dengan adanya sertifikasi varietas tersebut, pengembangan durian jenis baru dan seluruhnya lokal tersebut bisa semakin pesat, apalagi petani durian di Kecamatan Ngantang dan Kasembon, Kabupaten Malang ini sudah mulai menanam jenis baru hasil temuan UB.
Ia berharap Pemkab Malang dapat membantu dan memanfaatkan hasil penelitian UB atas durian dengan mengganti tanaman durian dengan bibit unggul. Dengan cara itu, selain produksi akan meningkat, juga memberikan kesejahteraan bagi petani karena harga durian akan meningkat, lebih tinggi, dari durian yang ada saat ini.
Sumeru menerangkan di Ngantang dan Kasembon, ada sekitar 60.000 pohon durian. Jika kebutuhan dananya terlalu besar untuk mengganti tanaman eksisting, bisa dilakukan secara bertahap.
Ada lima jenis durian baru yang dikembangkan dari hasil penelitian tersebut, yakni durian Jingga, Arab, Sepanjang Musim, Cikrak dan Hibrida. "Untuk durian hibrida ini kami kembangkan di Jatikerto, Kecamatan Kromengan dengan sejumlah tanaman lainnya yang potensial," ujarnya.
Ia mengakui untuk menghasilkan buah durian yang tebal, lebih manis dan berwarna pink dari jenis hibrida tersebut membutuhkan waktu cukup lama. Durian Hibrida ini merupakan perpaduan durian Montong dan Lai asal Kalimantan yang berwarna merah, sehingga warna perpaduannya menjadi pink.
"Durian Hibrida dan beberapa varietas baru durian ini akan kami luncurkan sekitar pertengahan bulan depan di Jatikerto. Kami upayakan tahun depan varietas baru itu sudah bisa kami daftarkan ke PVT dan dipatenkan. Harapan kami Pemkab Malang bisa membantu," ucapnya.
Selain di Jatikerto, Agro Techno Park UB juga ada di Cangar, Kota Batu. Lahan di Jatikerto seluas 18 hektare dengan berbagai tanaman durian dan buah lainnya, seperti pepaya, rambutan dan jeruk. Selain itu, juga untuk pengembangan peternakan bibit unggul.
Sedangkan di Cangar seluas 15 hektare dan dikhususkan untuk tanaman sayuran organik dan buah-buahan organik, seperti jeruk lemon dan buah bit. Untuk tanaman sayuran organik yang dikembangkan di Cangar, di antaranya adalah wortel, kentang, brokoli, terong Belanda dan Kubis.
Untuk jangka panjang, Agro Techno Park Cangar di Kota Batu dan Jatikerto di Kecamatan Kromengan akan dijadikan objek wisata edukasi, selain itu juga ebagai pusat pelatihan di bidang pertanian dan peternakan. "Ke depan, kedua Agro Techno Park ini menjadi objek wisata edukasi maupun wisata keluarga," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018
"Kami terus berusaha bagaimana caranya bisa segera mendaftarkan sejumlah varietas baru buah durian yang kami temukan selama penelitian ini ke pendaftaran varietas tanaman (PVT)," kata Direktur Agro Techno Park (ATP) Universitas Brawijaya Malang Prof Sumeru Ashari di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Menurut Semeru, hasil tanaman durian hasil penelitian UB sudah layak dijadikan bibit unggul dan dengan adanya sertifikasi varietas tersebut, pengembangan durian jenis baru dan seluruhnya lokal tersebut bisa semakin pesat, apalagi petani durian di Kecamatan Ngantang dan Kasembon, Kabupaten Malang ini sudah mulai menanam jenis baru hasil temuan UB.
Ia berharap Pemkab Malang dapat membantu dan memanfaatkan hasil penelitian UB atas durian dengan mengganti tanaman durian dengan bibit unggul. Dengan cara itu, selain produksi akan meningkat, juga memberikan kesejahteraan bagi petani karena harga durian akan meningkat, lebih tinggi, dari durian yang ada saat ini.
Sumeru menerangkan di Ngantang dan Kasembon, ada sekitar 60.000 pohon durian. Jika kebutuhan dananya terlalu besar untuk mengganti tanaman eksisting, bisa dilakukan secara bertahap.
Ada lima jenis durian baru yang dikembangkan dari hasil penelitian tersebut, yakni durian Jingga, Arab, Sepanjang Musim, Cikrak dan Hibrida. "Untuk durian hibrida ini kami kembangkan di Jatikerto, Kecamatan Kromengan dengan sejumlah tanaman lainnya yang potensial," ujarnya.
Ia mengakui untuk menghasilkan buah durian yang tebal, lebih manis dan berwarna pink dari jenis hibrida tersebut membutuhkan waktu cukup lama. Durian Hibrida ini merupakan perpaduan durian Montong dan Lai asal Kalimantan yang berwarna merah, sehingga warna perpaduannya menjadi pink.
"Durian Hibrida dan beberapa varietas baru durian ini akan kami luncurkan sekitar pertengahan bulan depan di Jatikerto. Kami upayakan tahun depan varietas baru itu sudah bisa kami daftarkan ke PVT dan dipatenkan. Harapan kami Pemkab Malang bisa membantu," ucapnya.
Selain di Jatikerto, Agro Techno Park UB juga ada di Cangar, Kota Batu. Lahan di Jatikerto seluas 18 hektare dengan berbagai tanaman durian dan buah lainnya, seperti pepaya, rambutan dan jeruk. Selain itu, juga untuk pengembangan peternakan bibit unggul.
Sedangkan di Cangar seluas 15 hektare dan dikhususkan untuk tanaman sayuran organik dan buah-buahan organik, seperti jeruk lemon dan buah bit. Untuk tanaman sayuran organik yang dikembangkan di Cangar, di antaranya adalah wortel, kentang, brokoli, terong Belanda dan Kubis.
Untuk jangka panjang, Agro Techno Park Cangar di Kota Batu dan Jatikerto di Kecamatan Kromengan akan dijadikan objek wisata edukasi, selain itu juga ebagai pusat pelatihan di bidang pertanian dan peternakan. "Ke depan, kedua Agro Techno Park ini menjadi objek wisata edukasi maupun wisata keluarga," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018