Pamekasan (Antaranews Jatim) - Tahapan pelaksanaan pemilihan kepada daerah (pilkada) di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur mempengaruhi penjualan batik tulis bagi perajin dan pengusaha batik di wilayah itu.

"Sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pamekasan menetapkan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan sebagai peserta Pilkada 2018, penjualan batik di sini meningkat," ujar salah seorang perajin batik tulis di Dusun Banyumas, Pamekasan Haji Alwi kepada Antara di Pamekasan, Selasa.

Hal ini terjadi, karena di antara dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan yang menjadi kontestan peserta pilkada menggunakan seragam batik. Sehingga para tim sukses, pengurus partai politik pendukung pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan itu juga memesan seragam batik, sesuai dengan seragam yang digunakan pasangan calon tersebut.

Hanya saja, dari dua pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan yang menjadi kontestan pilkada yang akan digelar 27 Juni 2018 itu, hanya satu pasangan saja yang menggunakan seragam batik, yakni Pasangan Badrut Tamam - Raja`e (Berbaur).

"Jika semuanya menggunakan seragam batik, dampak ekonominya terhadap para perajin batik di Pamekasan ini tentunya akan lebih bagus lagi," ujar Alwi.

Alwi dan para perajin batik lainnya di desa ini menuturkan, pada awal batik diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, omset penjualan batik tulis Pamekasan memang meningkat tajam.

Karena pada saat itu, pemerintah menetapkan kebijakan baru, yakni mengharuskan semua abdi negara dan siswa di berbagai lembaga pendidikan menggunakan seragam batik.

Apalagi dalam setiap kegiatan kenegaraan, diharuskan menggunakan seragam batik dan selalu digelar pameran batik, baik di tingkat kabupaten, provinsi, maupun di tingkat nasional.

Namun dalam perkembangannya, usaha batik lokal Pamekasan mulai lesu, terutama dengan masuknya batik cat dan batik printing ke pasar lokal Pamekasan dengan harga yang jauh lebih murah.

Kurangnya bantuan promosi dari pemkab juga menjadi salah satu penyebab lesunya pasaran batik tulis lokal Pamekasan.

"Adanya pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Pamekasan yang menggunakan seragam batik tulis lokal Pamekasan ini menjadi angin segar bagi perajin batik tulis lokal Pamekasan disini," ujar Alwi, menjelaskan.

Secara terpisah, Calon Bupati Pamekasan Badrut Tamam menyatakan, dirinya bersama Calon Wakil Bupati Raja`e sengaja menggunakan batik tulis Pamekasan sebagai seragam resmi pasangan calon, karena ingin memanfaatkan momentum Pilkada Pamekasan 2018 bernilai ekonomis bagi masyarakat perajin dan pedagang batik tulis Pamekasan.

"Jadi apa yang saya lakukan dengan menggunakan seragam batik tulis Pamekasan ini sebagai langkah aplikatif dalam upaya mendorong peningkatan ekonomi para perajin dan pedagang batik di Pamekasan ini," ujar Badrut.

Calon bupati yang juga penulis buku berjudul "Nalar Tradisi Pesantren: Geliat Santri Menghadapi Terorisme, Fundamentalisme dan Transnasionalisme Islam" ini lebih lanjut menjelaskan, kebijakan menggunakan seragam batik tulis Pamekasan ini juga sebagai realisasi dari gerakan "Ayo Berbelanja ke Toko Tetangga" yang dicanangkan dirinya sebelumnya ditetapkan KPU sebagai calon bupati pada Pilkada Pamekasan 27 Juni 2018.

Sementara calon bupati lainnya, yakni Kholilurrahman - Fathor Rohman (Kholifah) juga mengaku, memiliki komitmen yang sama dalam upaya mengembangkan usaha batik para perajin dan pengusaha batik lokal Pamekasan, meski tidak menggunakan seragam batik sebagaimana Cabup/Cawabup Berbaur.

Kholil bahkan sempat blusukan ke pasar batik di Pamekasan, yakni di Pasar 17 Agustus, Kelurahan Bugih, Pamekasan bersama para tim suksesnya dan berdialog dengan pedagang batik di pasar itu. Budi Suyanto. (*)

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2018